39. Set MV

4.3K 420 146
                                    

Jennie POV

Senyumku mengembang begitu melihat set-up terakhir dari music video kami. Jungkat-jungkit dengan bunga-bunga di sekelilingnya? Bukankah ini mengingatkan kami pada sesuatu?

Sutradara Jung bilang rangkaian alur MV kami memang dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan hubungan kami sebagai idola. Terutama set-up yang satu ini. Pada scene ini yang ingin kami highlight adalah bagaimana hal sederhana bisa menjadi suatu masalah besar bagi idola seperti kami. Iya, ciuman di depan jungkat-jungkit yang waktu itu sempat menjadi trending. Kali ini juga kami akan memasukkan bagian itu.

"Jennie, sepertinya ada yang kurang. Kau tau apa itu?"

Aku dan Yoongi sudah duduk berhadap-hadapan di depan jungkat-jungkit itu. Kami sedang menunggu, sementara Sutradara Jung masih memberikan arahan kepada beberapa kameramennya.

"Hmm? Apa yang kurang? Make-up ku?"

Yoongi menggeleng lalu berbisik. "Ice cream. Bukankah justru itu yang paling penting?" Ia lalu terkekeh sambil menatapku dengan mata berbinar-binar.

Secara otomatis aku mengulang memori tentang ice cream itu. Aku tertawa. Benar, inti dari ciuman kami di depan jungkat-jungkit itu adalah ice cream yang kutawarkan pada Yoongi. "Kalau dipikir-pikir bukankah itu kebodohanku? Kalau saja aku tidak menawarimu ice cream pasti kau tidak akan...."

"Madja! Jinja paboyya. Kenapa kau terus menerus menawariku ice cream padahal itu tinggal sedikit, eoh? Kau sengaja melakukannya?" Telunjuk Yoongi menyentuh daguku singkat.

"Aninde," bantahku.

Yoongi berdecih, seolah tidak percaya. "Eiyy.. waktu itu kau bahkan tidak membelikanku ice cream juga. Benar-benar mencurigakan."

Aku membuka mulutku, tetapi mendadak sulit untuk membantah. Jika dipikirkan, memang wajar jika Yoongi menarik kesimpulan seperti itu. "Aniyya, Yoongi-yya.. Sungguh tidak seperti itu."

"Kalau seperti itupun juga tidak apa," dia tertawa puas. "Aku tidak keberatan dengan kebodohanmu yang seperti itu."

Aku menggeleng. Merasa wajahku merona tanganku dengan sigap langsung menutup wajah. "Aisshh.. Tidak. Aku benar-benar lupa saat itu."

"Arraseo.. arraseo.." Masih dengan sisa-sisa tawanya Yoongi mengusap kepalaku sekilas. Ia lalu menurunkan tanganku yang menutupi wajah, kemudian menggenggamnya. "Haruskah kita membeli ice cream lagi setelah ini?"

Dasar Yoongi! Sama persis seperti di taman waktu itu, kali ini dia juga menanyakan hal yang sama dengan tatapan yang langsung turun ke bibirku. Jelas-jelas menyiratkan maksud lain.

Harusnya aku juga bereaksi sama yaitu mengulurkan tangan untuk mencubit pinggangnya, memberi pelajaran. Tapi, bukankah sekarang Yoongi punyaku? Jadi, kali ini aku membalasnya santai. Meniru Yoongi, tatapanku turun ke bibirnya lalu beralih lagi ke matanya, "haruskah?" ucapku bertanya balik menantangnya.

Percakapan kami yang saling menjahili satu sama lain ini akhirnya berhenti begitu suara Sutradara Jung terdengar memberi arahan.

"Baiklah.. kita akan mulai sekarang. Kalian siap?" tanya Sutradara Jung. "Ingat bahwa pada scene ini aku mau kalian menunjukkan dua perasaan yang kontras hanya dalam hitungan detik. Di awal tunjukkan perasaan saling mencintai dan perasaan berbunga-bunga, kemudian dengan cepat ubah menjadi ekspresi dingin seolah marah dengan keberadaan kamera yang mengganggu privasi kalian."

Kami pun langsung mendalami perasaan yang diinstruksikan oleh Sutradara Jung. Yoongi dan aku saling tatap selama beberapa detik. Secara bergantian kamera merekam eskpresi bahagia dan senyuman lebar kami secara close-up. Kemudian, kamera memutari kami tiga ratus enam puluh derajat. Lalu saat kamera kembali ke posisi awal, Yoongi meletakkan tangannya di leherku, ia memajukan wajahnya perlahan mendekatkan bibir kami. Saat jarak yang tersisa hanya beberapa centi, kami terdiam. Selanjutnya, kami menoleh ke kamera dengan senyuman yang berangsung-angsur sirna dan tatapan yang tajam. Terakhir, sebuah smirk muncul di wajah kami.

Sweet SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang