33. Sleep Tight pt.2

5.8K 508 222
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yoongi POV

Sepertinya hujan. Aku bisa mendengar suara rintik-rintik di luar sana dengan suara gemuruh yang samar. Udaranya juga lebih sejuk dari biasanya. Sungguh, pagi yang sempurna untuk tetap bergelung di bawah selimut. Terlebih, ada Jennie di pelukanku.

"Mau ke kamarku?"

Tentu saja aku terkejut saat Jennie bertanya begitu tadi malam. Tapi, aku menutupi rasa kaget itu supaya Jennie tidak berubah pikiran. Kalau saja aku tidak ingat mata sembab Jennie saat membukakan pintu untukku, aku pasti akan menanggapi pertanyaan itu dengan senyuman jahil dan berpikir yang aneh-aneh.

Sejujurnya, Jennie memintaku untuk menemaninya di kamar bukanlah pertanda bagus. Dia bilang dia mimpi buruk. Tapi, menurutku sepertinya sesuatu telah terjadi padanya hari ini. Bohong jika aku percaya bahwa ia tidak jadi pulang ke dorm hanya karena dia ada urusan yang mengharuskannya pulang ke rumah. Aku ingin sekali meminta Jennie menceritakan apapun itu yang terjadi padanya, tapi mengingat perdebatan kecil kami saat di rooftop tadi, aku mengurungkan niatku.

"Kau mau aku temani di kamarmu supaya tidak mimpi buruk?"

Pada akhirnya hanya pertanyaan itu yang kulontarkan. Setelahnya, Jennie mengangguk dan aku menuruti Jennie, menemaninya di kamar. Satu ranjang, satu selimut, dengan Jennie di pelukanku hingga pagi ini.

Di nakas, tepat di belakang kepalaku, handphone-ku bergetar. Aku yakin itu bukan alarm jadi kupikir itu pasti panggilan masuk. Siapa ya pagi-pagi begini? Eomma Jennie? Manager-ku? Aku tidak bisa bergerak karena kepala Jennie berbaring di sebelah tanganku. Aku menggeser tubuhku sedikit, begitu perlahan dan hati-hati agar tidak membuat Jennie terbangun. Usaha yang cukup memakan waktu hingga akhirnya handphone-ku berhenti begetar dengan sendirinya, bahkan sebelum aku berhasil melepaskan diri dari Jennie.

"Mau kemana?"

"Eoh?" Aku mengalihkan perhatianku dari nakas pada Jennie. Rupanya dia terbangun. Tangannya mengusap wajah dan matanya menatapku sayu, terlihat masih mengantuk dan mengumpulkan nyawa.

"Aniya.." ucapku sambil merebahkan diri lagi.

"Di luar hujan?"

"Mm.. di luar hujan."

"Jam berapa sekarang?" Jennie mengangkat wajahnya sedikit, tatapannya bertemu dengan mataku. Mata bening Jennie dan wajah tanpa make-up nya membuatku terpaku beberapa detik. Dalam hati aku bersyukur bisa memiliki keberuntungan untuk menyaksikan karya Tuhan yang cantik ini dalam pelukanku. Tanpa sadar, aku berharap bisa memiliki pagi seperti ini, lagi. Tapi, tidak. Aku tidak boleh terbawa suasana. Jennie bilang dia tidak suka padaku. Jennie bilang aku bukan tipenya.

"Setengah enam pagi," ucapku sambil memutus tatapan kami. Dan sepertinya lebih baik jika aku juga mengakhiri situasi ini. "Bangunlah.. aku akan menyiapkan sarapan."

Sweet SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang