24. Sofa

4.3K 501 78
                                    

Jennie POV

Tatapan Yoongi turun dari mata ke bibirku. Dia cukup lama menatapinya hingga seulas senyum samar-samar muncul di wajahnya. Yoongi, astaga! Aku cemas kalau-kalau kejadian di Silver Palace itu sedang terputar ulang di benaknya.

"Yha.. apa yang kau pikirkan?"

"Tidak ada," ucap Yoongi menyembunyikan senyumnya. Tatapannya kembali lagi ke mataku.

Aku hanya bisa memutar mata, sama sekali tidak percaya dengan ucapannya apalagi setelah melihat senyum penuh misterinya itu. "Minggir."

Aku berusaha beranjak bangun, tapi tangan Yoongi kembali menarikku agar tidak beranjak kemana-mana. "Mau kemana?"

"Mau melanjutkan makan siangku tentu saja," jawabku se-tenang dan se-cool mungkin. Padahal dadaku benar-benar sesak karena butuh oksigen lebih banyak.

Yoongi menggeleng. "Tidak usah dilanjutkan, kau sudah makan cukup banyak."

"Mwo? Enak saja, aku baru makan sedikit." Aku beranjak bangun lagi dan Yoongi tetap mencegahku.

"Bolehkah aku bercerita padamu?"

Kedua alisku bertaut. Apa dia ingin menceritakan tentang Do Ara?

Dengan ragu aku mengangguk. "Tentu.. Tapi.." Aku meringis. "Kau bisa bercerita sambil duduk kan?"

Telapak tangan Yoongi mengusap-usap punggungku dengan lembut. Sungguh, sangat lembut dan natural seolah dia sudah terbiasa melakukannya. Ia lalu menjawab pertanyaanku dengan gelengan kepala. "Wae? Aku suka posisi ini."

"Suka??!" Mataku memelototinya karena tidak percaya dengan apa yang barusan kudengar. "Yha! Minggir!" Aku berseru sambil mencubit pinggangnya. Namun, dengan cepat Yoongi meraih tanganku dan mencegahku untuk mencubitnya lagi. Dia tertawa.

"Jennie.. ayolah, dengarkan aku."

Dia ini licik atau apa sih? Dia minta aku mendengarkan ceritanya, boleh kok. Tapi.. kan.. bisa sambil duduk. Aku menghela napas, menyabarkan diri. "Yasudah, cepat ceritakan."

"Aku.. gagal lagi," ucapnya sambil tertawa kecil. Tanpa ada sedikitpun rasa sedih yang terlihat di matanya. Aneh bukan?

"Kenapa? Apa Do Ara menolak makan siang denganmu? Atau jangan-jangan kau bahkan belum sempat mengajak Do Ara makan bekal buatanmu karena Taehyung keburu datang?"

Yoongi tak menjawabku. Dia hanya menggeleng kecil kemudian menunduk, menghindar dari tatapanku. Mau tak mau aku jadi berpikir kalau tebakanku benar. "Yha.. Yoongi," kedua tanganku menangkup wajahnya agar ia kembali menatapku. "Kalau kau sekarang gagal, kau bisa mencoba lagi nanti."

Yoongi terdiam beberapa menit , tapi setidaknya kali ini dia menatapku. Namun jujur saja, tatapannya itu benar-benar sulit diartikan.

"Kau salah, Jennie." Pelan-pelan dia menurunkan tanganku. "Do Ara tidak menolak makan siang denganku. Dan kedatangan Taehyung sama sekali bukan alasan aku gagal."

"Lalu apa masalahnya? Kau sudah mengatakannya?"

"Saat aku melihat tatapan Do Ara tadi, aku menyadari sesuatu." Jari-jari Yoongi menyisiri ujung rambutku, merapikannya ke belakang bahu. Kemudian masih dengan sangat naturalnya, tangan itu pindah ke puncak kepalaku, membelai rambutku hingga aku kehilangan fokus terhadap apa yang ia katakan.

Apakah ini normal? Apakah normal jika Yoongi menceritakan Do Ara padaku sambil mengusapi kepalaku seperti ini? Apakah normal jika seorang pria menceritakan tentang kegagalannya dalam mendekati wanita sambil memeluk wanita lainnya seperti ini? Apa Yoongi sedang menjadikan aku pelarian?

Sweet SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang