34. Sweet and Shit

5K 467 87
                                    

Jennie POV

"Jennie-yya.. aku ingin kau menyukaiku. Tidak bisakah kau menyukaiku?"

Saat kalimat itu meluncur dari mulut Yoongi, perasaanku campur aduk. Aku tidak percaya bisa mendengar dia bertanya begitu. Di saat yang bersamaan lidahku ingin menyambar pertanyaan itu secepat kilat, menyatakan bahwa aku bisa. Aku bisa menyukainya, aku sudah menyukainya. 

Tapi.. tunggu, kenapa dia memintaku menyukainya. Dia bahkan tidak bilang kalau dia suka padaku.

"Jennie.." Yoongi meraih tanganku, menautkan jari-jari kami. "..tidak bisakah kau menjadi yeojachingu-ku sungguhan?"

Aku menggigit bibirku, kemudian memberanikan diri menyuarakan pertanyaan yang sangat ingin kutahu. "Waeyo? Memangnya kau menyukaiku?"

"Apa kau tidak bisa melihatnya?"

Aku menggeleng. "Yang aku tau kau menyukai Do Ara. Setauku kau menyukai tipe wanita sepertinya. Yang jenius, yang keren, yang baik hati."

Yoongi menatapku bingung. "Meskipun itu tidak salah. Tapi, aku tidak pernah berkata begitu."

"Tapi itu benar kan? Do Ara itu sangat baik dan tulus. Dia juga sangat jenius sampai bisa menciptakan banyak lagu-lagu. Dia sekeren itu sampai membuatmu rela berkoban untuknya. Sedangkan aku.. seperti katamu di studio beberapa waktu yang lalu, kau bilang aku memang cantik dan terkenal. Tapi, menurutmu aku tidak keren karena aku terkenal sebagai selingkuhan presdir."

Aku menundukkan kepalaku, kemudian mengambil napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Entah kenapa aku teringat kembali kata-kata menyakitkan Yoongi waktu itu, saat dia membela Do Ara dan mengatakan bahwa aku tidak berhak mengomentari wanita itu.

"Kata-kataku yang waktu itu, bukankah aku sudah meminta maaf padamu? Jadi, kau masih belum memaafkanku soal itu ya?"

"Aniya.. aku sudah memaafkanmu. Hanya saja, aku masih mengingatnya. Dan mengingat hal itu membuatku tidak pernah berpikir kau menyukaiku. Terlebih kau dan Do Ara masih sedekat itu hingga kemarin," ucapku masih sambil menunduk.

"Apa kau tau Yoongi, ketika kau berbicara tentang musik dengan Do Ara.. matamu berbinar-binar? Seolah seperti kau membicarakan hal yang tepat dengan orang yang tepat pula. Tidak ada orang lain yang bisa membuatmu seperti itu selain Do Ara..." Mataku menatapi tautan jari kami lalu kuberanikan diri untuk menatap lurus ke matanya. "...Dan aku benci itu. Aku benci melihat matamu berbinar-binar ketika kau mengobrol seru dengan Do Ara. Aku benci kau bisa mengobrol sesuatu dengannya tentang hal yang tidak kumengerti."

"Apa kau tau Jennie? Aku juga benci mendengarmu menyebut-nyebut nama Jimin. Aku benci saat kau memanggilnya 'oppa'. Aku sangat benci ketika kau mengatakan masih menyukainya, terlebih saat kau bersamaku. Aku benci membayangkan kau sedang memikirkan Jimin meski sedang memelukku."

"Aku tidak pernah membayangkan Jimin saat sedang bersamamu. Dan aku mengatakan masih menyukainya karena saat itu aku..." aku berdecak, menghela napas sesaat. "Saat itu aku cemburu pada Do Ara. Kau membelikannya kopi dan tersenyum padanya dengan tanpa dosa seperti itu. Padahal semalam sebelumnya, kau menciumku." Aku menunduk lagi. "Tidakkah kau tau itu sangat menyebalkan."

"Jadi kau benar cemburu saat itu? Tapi, kau bilang tidak cemburu karena kopi itu."

"Aishh.. jinja paboyya.. Mana ada orang cemburu yang mau mengakui dirinya cemburu. Dasar tidak peka."

"Madja, aku memang bodoh dan tidak peka. Jadi, apakah kau mau membantuku? Apakah kau mau mengajariku untuk lebih memahami perasaanmu?"

Aku menelan ludah, merasakan sensasi kupu-kupu di perutku saat kedua mata Yoongi itu menatapku serius. Kenapa rasanya begitu memabukkan, padahal dia hanya menatapku. "Bagaimana caranya?"

Sweet SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang