18. Depression

1.2K 119 0
                                    


Sudah 2 minggu semenjak hari itu. Sudah 2 minggu juga aku terbaring di tempat tidur dan menangis. Aku sudah tidak memiliki semangat hidup. Aku lemah, aku mati.

Tok tok...

"By? Ini kakak bawain makanan. Makan dulu ya."

Suara itu terdengar, suara yang sangat aku hindari 2 minggu ini. Dan sekarang aku mendengarnya. Tiba-tiba sekelebat ingatan ku tentang rumah sakit, pintu ruang dokter yang terbuka, dan suara orang-orang memanggilku dengan panik, muncul dipikiranku. Aku menggeleng frustasi mengacak rambutku dengan kasar dan menangis untuk yang kesekian kalinya.

"By ayo buka pintunya. Kamu terakhir makan itu kemarin kan?"

Tedengar ketukan lagi.

"PERGI KAU BRENGSEK!" Aku melempar jam rillakkuma yang ada di meja kecil samping kasur, ke arah pintu sampai pecah berkeping-keping.

"Byanca. Please jangan kaya gini." Ucapnya diluar sana.

"KENAPA KAKAK GAK NGASIH TAU AKU DARI AWAL! KENAPA KAKAK BIKIN AKU SEPERTI ORANG BODOH! KENAPA KAK!" Aku mencak-mencak sendiri didalam kamar, air mataku sudah mengalir deras sejak tadi, hanya kata-kata tadi yang keluar dari mulutku setiap orang ini mencoba masuk kekamar ku.

Aku tidak akan menemui siapapun kecuali lucas. Aku tidak percaya siapapun lagi, semua orang berbohong padaku bahkan kak jaehyun.

"By.." suara berat itu.

"Lucas.." ucapku lemah, aku membutuhkan nya.

"Aku masuk ya?" Ucapnya lembut.

"Apa kak doyoung masih disana?" Tanyaku, aku tidak mau melihat wajahnya.

"Engga, dia udah kebawah kok. Buka kuncinya ya aku masuk."

Aku berjalan lunglai ke arah pintu, menghindari pecahan-pecahan jam tadi yang berserakan.

"Cas." Tubuhku kehilangan keseimbangan, aku terjatuh lemah di depan badan lucas. Mataku terpejam. Gelap dan tidak ada suara apapun. Aku harap aku sudah mati. Tolong tuhan aku ingin mati....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku mengerjapkan mataku perlahan. Suasana langit diruangan putih menyambut pandanganku. Aku mengedarkan pandanganku, selang infus, kasur ini, aku sedang terbarimg di ranjang pasien rumah sakit. Kenapa aku tidak sekalian mati saja sih?

Aku melihat seseorang disamping tempat tidurku. Ia tertidur dengan wajah menghadapku, dengan pipi yang disenderkan dilengannya. Ia terlihat sangat lemah sama sepertiku. Matanya tidak sembab, hanya terdapat dua lingkaran hitam besar. Tidak sadar setetes air mata keluar dari sudut mataku.

Berat sekali pasti jadi dia. Sudah kehilangan kedua orang tuanya untuk selama-lamanya tapi disaat yang sama juga adik satu-satunya membenci nya. Aku ini jahat sekali. Harusnya aku bersama-sama dengan dia saling menguatkan. Bukannya malah aku membencinya yang juga sedang kehilangan. Aku egois.

Membayangkan betapa beratnya jadi kak doyoung, air mataku mengucur deras, aku menunduk menggigit bibir bawahku menahan isakan.

"Eh... By?"

Aku terkaget, begitupun dengan kak doyoung yang baru bangun. Kami bertatapan dalam diam, bingung harus berbuat apa.

"K-kak." Ucapku terbata-bata.

Aku langsung menghambur kepelukannya, memeluknya sangat erat dan membenamkan wajahku dibahunya. Aku menumpahkan seluruh air mataku. Seluruh ke sesakan yang selama dua minggu ini bersarang di dadaku.

[✔] Scenario - Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang