Angin berhembus sangat kencang sore ini, sampai menghempaskan rambutku seakan akan menari diudara.
Aku memejamkan mata sejenak merasakan angin yang satu persatu menghampiriku. Tenang saja, aku tidak akan bunuh diri kali ini. Sepertinya melakukan hal semacam ini adalah favorite ku sekarang.
Terdiam sendiri di rooftop. Memandangi langit diatas sana atau jalan dibawah sana. Merasakan angin dengan memejamkan mata, bisa membuatku tenang.
Dulu aku sangat benci sendirian seperti ini, aku selalu hidup bergantung pada orang lain. Kak doyoung, Xiaojun, dan Lucas..
Sekarang aku sendiri.
Sudah saatnya kah aku melepaskan mereka? Menjadi wanita mandiri yang tidak manja seperti byanca dahulu. Ya, aku harus berubah. Aku tidak bisa terus tergantung pada orang lain. Aku ingat suatu kata. Musuh adalah orang terdekatmu. Dan sekarang aku merasakan itu.
Setetes air mata mengalir dari sudut mataku yang terpejam. Kenapa? Kenapa dia melakukan ini. Jadi, selama ia menghilang.. karena ini.
Saat aku rindu lucas yang selalu ramai bahkan disaat sedih. Saat seharusnya aku membutuhkan dia sekarang untuk menghiburku. Dan justru ia yang menjadi penyebab semua ini. Kenapa semua orang berubah terlalu cepat? Apa aku tidak pantas mendapatkan orang yang aku sayang tulus menyayangiku.
Aku mengambil ponsel ku yang bergetar. Ada 5 missed call dari hendery, pasti sekarang ia sedang mencari ku. Tadi aku kabur dari ruang CCTV tanpa suara dan langsung kerooftop apartemen ini. Aku hanya butuh ketenangan sekarang.
"Byanca."
Suara berat yang lembut menyapa ku, aku menengok kebelakang. Om Minho muncul dari balik pintu sambil tersenyum.
"Yuqi sedari tadi mencari kamu." Ucapnya yang berdiri disampingku.
"Aku udah chat kok." Jawabku singkat, aku mengedarkan pandangan pada langit yang mulai berwarna jingga. Sangat indah.
"Oh iya, boleh om tanya?" Om minho menghadapkan tubuh nya kearahku.
"Apa?"
"Doyoung mana? Kenapa dia gak nemenin kamu?" Tatapannya menyelidik.
"Om tau dia sibuk." Ucapku memberanikan diri menatapnya.
"Kamu gak ada masalah kan sama dia?"
"Jangan cari masalah sama doyoung, ya?" Lanjutnya."Eh?"
"Om tau orang yang tadi ngambil cctv itu. Lucas." Om minho kini tidak menatapku, ia ikut menatap langit diatas sana.
"Tolong om jangan kasih tau yuqi sama hendery dulu ya? Sepertinya mereka gak sadar. Aku gak mau mereka kecewa sama lucas."
"Loh mereka kenal juga sama lucas?"
"Iya, aku pikir lucas dan xiaojun juga sudah bersahabat. Tapi--
"Jangan berasumsi dulu ya? Kita belum menemukan bukti kalau bener-bener lucas yang bunuh dengan tangannya sendiri."
"Apalagi om, semua udah jelas? Dia yang menembak cctv. Pisauku juga yang digunain. Gak ada yang tau itu pisau kesayangan ku selain lucas dan kak doyoung. Lucas pasti sengaja menggunakan pisau itu biar mental aku terguncang atau mungkin biar polisi ngira pelakunya itu aku?" Ucapku panjang lebar menyampaikan asumsi ku.
"Hey, kamu tau? Saat kamu masih pingsan dihari pemakaman orang tua kamu. Om ngobrol banyak sama lucas. Kita tau dia bukan orang seperti itu byanca, om yakin."
"Om tau apa? Om bahkan belum lama kenal sama lucas." Kini aku menatapnya, sangat heran dengan sikapnya. Ia membela orang yang sudah jelas membunuh xiaojun?
"Byanca. Kamu sayang kan sama lucas? Kalau kamu sayang dia, kamu harus percaya. Kamu tau sifat dia selama ini kan? Dia sahabat kamu, dan tau kalau jun itu pacar kamu. Mana mungkin dia berbuat seperti ini. By, lucas itu gampang dipengaruhi." Om minho menghadapku dan memegang pundak ku.
"Jadi, maksud om ada dalang dibalik semua ini?"
"Kemungkinan begitu. Karna dia gak pernah mau munculin diri kan? Di awal yang sempat ketahuan sama jun dan hendery itu pasti orang suruhan. Terus sekarang yang rusak cctv. Lucas. Kamu tau sendiri cctv adalah satu satunya bukti dan ya mungkin aja setelah lucas mematikan semuanya. Pembunuh sebenarnya datang. Dia ingin bunuh xiaojun dengan tangannya sendiri byanca."
Aku menunduk. Air mata ku kembali menetes. Kenapa ada manusia sejahat ini? Ralat, bukan manusia mungkin saja iblis. Ia bahkan mengaturnya dengan sangat apik.
"Apa orang tua aku juga seperti ini om?" Tanyaku tiba-tiba.
"By kita fokus--
"Om tolong jangan menhindar lagi. Aku udah gak papa om kalau tau semuanya sekarang. Aku mohon om." Aku memegang tangan om minho, membujuknya agar mengatakan semuanya tentang orang tuaku.
"Oke."
"Ini."
Om minho memberikan ponselnya padaku. Dilayarnya terdapat gambar sebuah pisau yang sangat mirip dengan punya ku. Bedanya pisau ini sudah tidak berbentuk karena terbakar. Hanya menyisajan bagian ujungnya yang runcing.
"I-ini."
"Ya. Sangat mirip dengan pisau yang digunakan untuk membunub xiaojun."
"J-jadi mereka benar-benar orang yang sama."
Tubuhku merosot sampai aku terduduk dengan lemas di lantai rooftop. Air mataku sudah mengucur deras.
"Ini satu-satunya bukti. Dan kamu tau? Om melihat pisau ini di genggam sama papa kamu."
Aku kembali menangis meraung raung. Persis seperti kejadian xiaojun.
"Ketika mereka pulang dari bandara, papa kamu suruh om buat jemput. Om bahkan sudah standby di bandara sejak pagi, tapi kami tidak bertemu. Berkali kali om telfon tapi tidak aktif. Om bahkan sudah cari keseluruh sudut bandara tapi mereka gak ada, byanca."
"Akhirnya om menyerah dan mengecek CCTV bandara. Dan kamu tau apa? Mama kamu tiba-tiba menerima telfon dan langsung bergegas ke tempat sepi di sudut bandara ini."
"Beberapa orang berpakaian hitam menuntun orang tua kamu entah kemana sampai penampakan mereka sudah tidak tertangkap CCTV."
"Dan ya, itu terakhir kali om melihat mereka hidup."
Aku kembali menangis. Membayangkan ketegangan yang saat itu mereka hadapi. Pasti mereka sangat takut. Dan aku malah asik menyiapkan pesta ku. Aku tidak kuat lagi, aku menunduk mengeluarkan seluruh air mataku.
"Maaf by-- om gak akan lanjutin." Om minho ikut terduduk disampingku dan merangkulku.
"Gapapa om. Tolong lanjutin, aku ingin menuntaskan ini sekarang." Aku menatap meyakin kan nya.
"Okey. Setelah itu, om pergi dari bandara dan menyusuri semua jalan yang mungkin akan dilalui mama dan papa kamu. Ternyata benar, gak lama om menjalankan mobil. Didepan sana jalanan lumayan sepi. Dan om lihag ada kecelakaan tunggal. Sebuah mobil menabrak pohon."
"Om langsung turun dan mengecek, tidak ada orang selain om pada saat itu by. Dan kamu tau apa yang om temuin?"
"Orang tua ku?"
"Ya. Tapi ternyata kecelakaannya tidak separah itu yang bisa membuat orang meninggal. Yang ringsek bahkan hanya bagian depan mobil."
"Terus om? Kenapa orang tua ku?"
"Om melihat kedalam mobil, disana bahkan tidak ada supir by. Mungkin supirnya sudah melarikan diri. Dan dibangku belakang. Orang tua kamu... sepertinya udah lebih dulu ditusuk sampai meninggal. Kamu tau pisaunya masih dipegang oleh papa kamu."
Aku menutup kembali mulutku menahan isakan.
"Setelah melihat itu semua om panik. Om berlari untuk mengambil ponsel didalam mobil om. Dan ketika berbalik kamu tau apa? Mobil mereka sudah meledak dan terbakar."
Aku kembali menangis meraung raung. Memanggil manggil orang tua ku. Aku tidak bisa membayangkan orang tua ku meninggal dengan cara seperti ini. Kenapa ada manusia sejahat itu. Kenapa harus orang tua ku. Kenapa?
-tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Scenario - Kim Doyoung
Fanfiction"I'm the scenario maker of your life." -Kim Doyoung.