"Jadi, kita harus mulai dari mana?"
Aku, Yuqi, dan Hendery sedang berkumpul di ruang tamu. Hendery menonton tv dengan santai, sementara yuqi sibuk mengobati lututku yang mengalami luka cukup parah.
"First of all, kita gak akan bisa memulai ini semua tanpa bantuan orang dewasa." Ucap yuqi.
"Kita udah dewasa yuqi. Umur kita udah melewati tujuh belas tahun." Jawabku menanggapinya.
"Bukan begitu, bodoh. Maksudnya kita butuh orang yang pernah atau berhubungan dengan hal semacam ini." Hendery mengacak rambut ku dengan kasar.
"Kak doyoung? Katanya dia pernah ikutan waktu nyelidikin kasus orang tua kamu?" Yuqi melirik ke arahku yang sejak tadi terdiam.
"Eh? E-gak jangan dia!" Tukas ku cepat.
"Kenapa?"
"Kalian tau sendiri dia terlalu sibuk." Alibi ku.
Bukannya aku tidak mau. Tapi... aku masih sakit hati atas perkataannya, dan dia bahkan tidak menyesal sama sekali secara tidak langsung telah membuat aku dan jun menjauh.
"Oke terus siapa?" Ucapan hendery menyadarkan ku dari lamunan. Aku berfikir siapa orang dewasa yang bisa kami andalkan? Aku tidak punya kenalan selain....
"Om Minho."
"Hah? Siapa tuh? Aktor?" Celetukan hendery tadi membuat yuqi murka dan menjitak kepalanya.
"Dia asisten papaku dulu, sekaligus orang terpercayanya papa. Aku yakin banget dia bisa bantu kita."
"Yaudah, langsung aja hubungin dia sekarang."
"Itu dia masalahnya, aku gak punya contact nya."
Kami bertiga sama-sama membuang nafas panjang. Pikiran kami buntu sekarang. Tidak tahu harus memulai semuanya darimana. Tapi tiba-tiba lampu di otak ku menyala.
"Ah iya! Dia kan lanjutin perusahaan papaku." Ucapku riang.
"Hah? Seriusan?" Yuqi ikut berseru.
"Iya. Tadinya mau dilanjutin kak doyoung, tapi karna dia udah terlanjur jadi idol, jadilah kami mempercayai om minho." Jelasku.
"Segitu fokusnya sama hidupmu? Bahkan kamu gak inget kalo dia yang lanjutin perusaahaan papa kamu sendiri." Hendery melirik ku dengan seringaian yang sangat menjengkelkan.
"Ya namanya orang lupa."
"Btw, kuliah kalian gimana? Mungkin habis ini, kita akan sibuk dan gak ada waktu buat kuliah." Lanjutku.
"Kamu gak usah pikirin itu by, aku udah putusin buat cuti dulu sampai khasus ini selesai." Ucap yuqi.
"Aku juga. Itung-itung istirahatin otak." Hendery mengikut.
"Yaudah bagus deh, jadi kita bisa lebih fokus buat selesaiin ini semua."
"Kalau begitu besok hal pertama yang akan kita lakukan adalah, ke kantor papa byanca buat ketemu om minho." Yuqi mencatat semua agenda kami di ponselnya.
"Sekarang mending kalian tidur. Udah larut juga nih, eh by aku tidur kamar tamu ya?" Lanjut yuqi.
"Loh kamu tidur dikamar aku aja kali. Biar hendery di kamar tamu." Jawabku.
"Gamau ah, aku lagi pengen sendiri. Gak papa kan?" Yuqi menatapku memohon.
"Yaudah, aku yang tidur kamar kamu by." Lagi-lagi jitakkan yuqi mendarat mulus di kepala hendery.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Scenario - Kim Doyoung
Fanfiction"I'm the scenario maker of your life." -Kim Doyoung.