Aku melangkah menaiki anak tangga satu per satu. Tubuhku lemas, mata ku terasa sangat berat karena membengkak. Kepalaku terasa sakit akibat ku pukul secara terus menerus. Pipiku panas masih membekas tamparan hendery. Dan aku baru ingat kalau belum makan sedari pagi. Sungguh penderitaan yang sangat sempurna.
Aku terdiam di depan pintu kamarku. Memandangnya dengan tatapan kosong. Membayangkan isi yang ada didalam sana, aku tidak akan kuat. Semua kenangan ku dan dia ada didalam sana. Aku memilih berbalik kembali berjalan. Kembali menaiki anak-anak tangga untuk mencapai lantai tiga rumah ini.
Rooftop.
Aku jarang sekali kesini. Bahkan tidak pernah. Tempat ini hanya kosong seperti rooftop pada umumnya. Aku bisa melihat seluruh kompleks rumah ku dari sini.
Angin berhembus cukup kencang, sehingga membuat rambutku ber terbangan kesana kemari.
"Hhhhh." Aku menarik nafas panjang dan membuangnya.
Sedikit bisa membuatku lega.
Apa lagi sekarang?
Apa yang harus aku lakukan?
Aku tidak punya motivasi hidup.
Kak doyoung meninggalkan ku.
Hendery dan yuqi marah pada ku.
Xiaojun..
Aku harus apa sekarang?
Apa yang bisa aku lakukan?
Tidak ada.
Aku hanya bisa menangis.
Lemah?
Ya. Aku sangat lemah memang.
Aku tidak bisa seperti ini.
Aku tidak mau sendirian xiaojun.
Aku memejamkan mataku, air mata lagi-lagi terjatuh dari sana. Tiba-tiba aku merasakan angin lembut menerpa tubuhku. Aku juga melihat bayangan ruangan putih yang sangat luas. aku merasa lebih damai sekarang.
Apa ini yang sedang kamu rasakan sekarang jun? Tidak perlu memikirkan dunia lagi. Tidak perlu memikirkan kesakitan-kesakitan yang dibuat orang demi kesenangannya sendiri. Seperti burung yang terbebas dari kandangnya. Sangat lega. Rasanya aku ingin. Haruskah?
Masih dengan mata terpejam, perlahan-lahan aku melangkah kan kaki ku. Tanganku meraba-raba ke sekitar. Aku sudah seperti orang buta saja. Tapi aku tidak ingin membuka mata. Aku terlalu takut. Aku takut dengan semua realita yang akan menghampiriku ketika aku membuka mata. Lebih baik seperti ini.
Aku merasakan langkahku terhalang tembok besar. Tanganku meraba, ah benar aku sudah mencapai ujung rooftop. Didepanku terdapat pembatas dinding setinggi dada ku. Aku membuka mataku dan dengan yakin aku mencoba naik keatas pembatas ini. Angin semakin kencang menerpa tubuhku. Perlahan-lahan aku memberanikan diri melihat kebawah.
"A-" aku menutup mulutku berusaha untuk menahan teriakan. Aku melihat jauh dibawah sana adalah halaman depan rumahku. Oke aku salah. Aku sangat takut sekarang. Tapi, aku tidak punya pilihan lain. Aku harus melakukan ini. Aku mau bersama dengan jun lagi. Aku hanya ingin bersama nya. Hanya dia yang bisa membuat aku senang.
Aku memejamkan mataku lagi. Aku berharap setelah ini aku bisa bebas dari penderitaan dan bertemu kembali dengan xiaojun.
"Jun, sebentar lagi."
Aku melangkahkan kaki kanan ku kedepan. Satu kaki ku sekarang sudah menggantung di udara. Aku semakin memejamkan mataku lebih dalam lagi. Sambil menangis deras aku menguatkan tekat di hatiku. Aku harus melakukan ini. Xiaojun menungguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Scenario - Kim Doyoung
Fanfiction"I'm the scenario maker of your life." -Kim Doyoung.