21. He's Gone?

1K 116 5
                                    


Aroma rumah sakit yang khas langsung tercium begitu aku menginjakkan kaki disini. Aku masih berjalan dengan di bopong oleh yuqi, sementara hendery sejak tadi sibuk menelfon orang tua xiaojun. Kami berjalan mengikuti arahan polisi di depan kami, untuk membawa kami ke kamar xiaojun.

Aku langsung terduduk di kursi panjang depan ruang rawat xiaojun, dia masih didalam sana masih berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Sementara aku disini masih memikirkan apa yang baru saja aku alami. Ini semua seperti mimpi. Sejak perjalanan ke apartemen hingga kesini, aku tidak henti-hentinya menangis. Aku sangat takut sekarang. Aku tidak bisa hidup tanpa xiaojun. Aku tidak mau.

"Hendery?"

"Om- tante."

Itu orang tua xiaojun baru datang, menghampiri kami dengan panik. Mama xiaojun terlihat sangat terpukul karna sejak tadi menangis dilengan suaminya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya papa jun.

Akhirnya yuqi menceritakan semua kronologi dari awal tadi, dari hanya aku yang menemukannya sendirian sampai dia dibawa kesini.

Tangisan mama xiaojun makin menjadi-jadi, membuat aku juga jadi tambah menangis. Aku menunduk. Memikirkan kemungkinan terburuk yang akan aku alami. Lagi.

"Apa orang tuanya sudah datang?" Ucap dokter yang baru saja keluar dari kamar xiaojun.

"Kami dok."

"Baik. Mari kita bicara."

"Dok. Apa saya boleh ikut?" Aku langsung berdiri dari duduk ku, memberanikan diri untuk mendengar penjelasan dokter.

"Kalau orang tua nya mengizinkan."

Aku melirik kearah mama dan papa xiaojun. Mereka mengangguk, walaupun belum pernah mengobrol dan bertemu dengan mereka, tapi mereka tau bahwa aku ini pacarnya mendengar cerita dari yuqi tadi.

Aku, orang tua xiaojun, dan dokter pun berjalan kearah ruangan dokternya. Kami duduk di bangku yang disediakan, sementara dokter tadi duduk didepan kami.

"Jadi bagaimana dok keadaan anak saya?" Tanya papa xiaojun to the point.

"Jadi begini, maaf saya harus menyampaikan ini."

Aku menunduk, menggigit bibir menahan isakan ku agar tidak bersuara. Tidak. Aku mohon jangan. Aku tidak mau menghadapi hal semacam ini lagi. Aku mohon tuhan. Aku tidak bisa.

"Anak anda telah kehilangan cukup banyak darah. Ia juga mengalami benturan yang cukup keras dibagian kepala. Menurut polisi tadi, ini khasus penganiayaan atau mungkin bunuh diri--

"Bunuh diri? Tidak mungkin anak saya melakukan hal semacam itu dok!" Mama xiaojun bersuara dengan suara yang gemetar.

"Iya bu, saya juga ragu kalau ini adalah bunuh diri, mengingat di wajahnya terdapat banyak luka lebam."

"Sudahlah dok, langsung saja bagaimana sekarang anak saya? Harus berapa lama lagi dirawat? Dan berapa biaya yang harus saya keluarkan sampai dia sembuh? Kami akan membayar sekarang juga."

"Maaf pak, buk. Tapi anak anda tidak perlu dirawat lagi. Karna dia......










Sudah meninggal."













"Enggak! Enggak dok! Xiaojun pasti masih hidup! Aku yakin dia masih hidup!!" Aku menggeleng geleng seperti orang gila. Lalu aku berlari sekuat tenaga untuk ke kamar xiaojun.

"Byanca!"

Aku mendengar yuqi meneriakki namaku saat aku berlari didepannya. Aku menghiraukannya.

[✔] Scenario - Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang