Drtttt.. drddrtt..
Getaran ponsel dimeja kaca berhasil membangun kan tidurku. Aku mengerjapkan mataku menyesuaikan cahaya pada ruangan ini. Sebuah tangan terlihat melingkar di leherku, aku sedikit mendongak keatas dan mendapatkan hendery tertidur diatasku dengan bersandar pada lengan sofa. Aku baru tersadar ternyata aku tertidur dipangkuannya.
Dengan perlahan dan hati-hati aku bangun dari tidurku, mengambil ponselku yang bergetar dimeja dan segera menjauh dari sana menuju dapur. Aku tidak mau membangun kan hendery dengan suaraku, ia terlihat sangat lelah.
"Hallo?"
"Hallo. Byanca?"
Ucap seseorang diseberang sana, suaranya sangat asing ditelingaku. Aku melihat sebentar ke layar ponselku, ternyata nomor yang menelfon ku belum terdaftar.
"Siapa?" Kataku cuek.
"Jangan pernah kamu bertemu lucas, atau aku buat sahabat kamu ini celaka."
"Ah. Ternyata kamu ya. Kamu mengancam saya?"
"Saya tidak mengancam. Saya hanya menyampaikan dan sebaiknya anda menurut."
"Siapa yang suruh kamu seperti ini huh? Kamu tau? Kamu sangat menyedihkan. Balikin yuqi sekarang. Aku bisa bayar kamu dua kali lipat. Eh, enggak. Tiga kali lipat lebih besar daripada orang yang menyuruh kamu sekarang."
"Anda mencoba menggoda kami? Anda tau? Anda juga sangat menyedihkan. Maaf saya hanya ingin menyampaikan hal tadi dan sebaiknya sekarang anda harus ekstra hati-hati. Kalau sampai kami mendengar anda bertemu dengan lucas. Kami tidak akan berfikir dua kali untuk mencelakakan bocah ingusan ini. Selamat pagi."
Tut.
"Hey!! Siapa kamu berani mengancam saya huh!! Hey!"
Aku mencak-mencak sendiri kepada ponselku seperti orang gila. Kemudian aku kembali pada sofa dan menjatuhkan tubuhku dengan kasar. Terlihat hendery disampingku masih tertidur dengan pulasnya. Senyum ku sedikit mengembang saat memandangi nya tidur. Ia terlihat sangat damai. Entah hanya aku atau memang Hendery terlihat sedikit mirip dengan Xiaojun.
Tanpa sadar tanganku terulur menyentuh pipinya yang lembut. Mendekatkan badanku padanya. Aku mengelus pipinya pelan, berbeda dengan pipi Xiaojun, pipi Hendery terasa lebih berisi. Aku melihat senyum yang tiba-tiba mengembang pada wajah hendery. Dia mimpi apa sampai bisa tersenyum seperti ini? Aku tersenyum miring. Dengan gemas akupun mencubit pipinya cukup keras.
"AW!"
Aku langsung menjauhkan tubuhku dan menggigit bibirku menahan tawa.
"By, apaansih!" Protesnya ketika nyawa nya sudah terkumpul.
"Apa?" Tanya ku sok polos.
"Kamu ngapain tadi?" Tanya nya dengan wajah bodoh.
"Ngapain apa? Aku dari tadi mainan hp. Kamu ngimpi ya?" Aku menepuk nepuk pipinya pelan.
"Kok aku ngerasa ada yang nyubit tadi? Aish, sial padahal lagi mimpi indah. Sedikit lagi tuh! Ck!"
"Sedikit lagi apa?"
"Cium kamu."
"Hah?"
"Byanca!"
"Kak doyoung."
Kak doyoung langsung merengkuh ku pada pelukannya. Sementara aku masih terdiam ditempatku, tidak bergerak sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Scenario - Kim Doyoung
Fanfiction"I'm the scenario maker of your life." -Kim Doyoung.