22. A Sadness

961 119 3
                                    




"Xiaojun!"









Aku terbangun dengan nafas ter engah- engah. Rambut ku bahkan sudah lepek dengan keringat. Kepalaku terasa sangat berat. Aku melihat ke sekeliling ku. Boneka rillakkuma, aku berada dikamar ku sekarang?

"Byanca!" Ucap laki-laki yang baru saja masuk ke kamarku dengan panik.

"Kak doyoung?" Ucapku parau.

"Hey, are you okay?" Dia bertanya dengan suara yang sangat lembut.

"Jun mana kak?" Tanyaku.

"By.. kamu butuh istirahat."

"No, I need xiaojun."

"Byanca. He's gone." Kak doyoung mengatakan hal itu dengan ekspresi datar.

"Kak!?"

Air mataku kembali turun dengan deras. Jadi tadi aku hanya bermimpi? Mendengar suara xiaojun, melihat wajah dan senyum nya lagi, merasakan pelukannya. Semua itu.... mimpi? Tapi itu semua terlalu nyata.

Kak doyoung membawaku kepelukannya, berusaha menenangkan ku yang masih tidak bisa menerima kenyataan ini.

"Sorry. But... Byanca. He's die. Xiaojun commited suicide."

Aku mendorong tubuh kak doyoung sekuat tenaga, sampai ia mundur agak jauh dari kasur ku. Aku menatapnya dengan tatapan sedih bercampur amarah. Dengan air mata yang terus keluar tanpa henti.

Bagaimana dia bisa mengatakan hal itu dengan sangat biasa, sementara adiknya disini sudah seperti dijatuhkan sampai tubuhnya hancur berkeping-keping.

"No. He's not!"

"That's the reality, byanca."

"Kakak puas?" Ucapku dengan suara bergetar.

"Kalau aja kak doyoung gak pernah ngelarang aku buat deket dia. Kalau aja kak doyoung gak selalu batasin hidup aku. Kalau aja kak doyoung sedikit tidak egois. Pasti aku akan lebih banyak menghabiskan waktu sama xiaojun kak! Aku bisa lebih banyak bikin kenangan sama dia! Nyatanya apa? Aku seperti baru kemarin bertemu dengan xiaojun, dan sekarang dia udah gak ada."

"Apa kak doyoung tau rasanya gimana!? Kakak bahkan gak pernah hargain perasaan aku! Kak doyoung selalu nuntut aku buat ngelakuin apa yang kakak mau dengan dalih untuk melindungi aku! Padahal apa?"

"Kakak puas kan xiaojun udah gak ada sekarang? Selama ini kak doyoung selalu minta aku buat jauhin dia. Dan.... Aku benar-benar udah jauh dari dia kak! Kita bahkan udah beda dunia! APA KAK DOYOUNG PUAS HAH!"

"CUKUP BYANCA!"


Kak doyoung membentakku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku diperlakukan seperti ini olehnya. Wajahnya terlihat merah menahan amarah, tatapan nya yang biasa teduh berubah jadi tajam menatapku.

"Kenapa kamu selalu salahin kakak? Mama papa meninggal kamu salahin kakak. Sekarang xiaojun, kamu salahin kakak juga? Byanca kakak bahkan gak tau kalau ini semua akan terjadi!"

"Terus apa? Sekarang bahkan kak doyoung gak menyesal sama sekali."

"Buat apa menyesal? Semua sudah terjadi byanca. Kalau pun kakak restuin kamu sama xiaojun sekarang, percuma. Dia. Udah. Gak. Ada."







Plak..



Aku menampar pipi kak doyoung dengan keras. Mataku menatapnya tajam. Yang ditatap bahkan tidak merasa bersalah sama sekali, ia tak kalah menatapku dengan alis saling bertautan dan mengelus pipinya yang terasa panas.

[✔] Scenario - Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang