36. The Reason

935 105 0
                                    




Author's point of view




Seorang anak laki-laki berumur 7 tahun terlihat sedang duduk dengan wajah murung didepan meja belajarnya. Ia tampak serius memperhatikan soal-soal matematika yang berada dihadapannya itu.

Kruk kruk...

Suara gemuruh di perutnya terdengar nyaring diseluruh ruangan. Ia memegangi perutnya dan menatapnya.

"Aku tidak akan boleh makan sebelum ini semua selesai." Ucapnya parau.



"Doyoung-ah." Panggil seseorang dengan suara lembutnya, kemudian ia memasuki kamar dan menghampiri anak laki-laki itu.

"Bunda." Ucapnya dengan lemah dan lamgsung memeluk wanita dengan perut besar itu.

"Kenapa kamu gak makan sayang?" Ia mengelus puncak kepala anak nya itu dengan halus.

Belum sempat anak itu menjawab, suara teriakkan laki-laki dewasa menggema diseluruh ruangan.

"Doyoung!" Ucapnya sambil menghampiri mereka dengan rusuh.

"Apa-apaan kamu ini! Hanya soal tambah-tambahan seperti ini saja kamu belum selesai dari tadi!!" Ia menggebrak meja belajar anak itu. Sampai anak itu terlihat sangat ketakutan.

"Ayah. Udah ini lagi dikerjain kok." Ucap sang bunda menenangkan suaminya itu.

"Maaf ayah." Anak laki-laki yang bernama doyoung itu hanya bisa menunduk dan menangis.

"Kenapa ini, Ayah? Bunda?" Tanya seorang anak laki-laki lain yang lebih dewasa.

"Liat tuh adik kamu! Akibat dimanjain sama mama nya, dibentak dikit aja nangis."

"Doyoung lagi? Yaudah ayah bunda ke kamar aja. Biar aku yang bantuin doyoung." Ucapnya dengan bijaksana.

"Terimakasih ya gongmyung. Memang kamu anak kebanggaan ayah." Ucap sang ayah sambil mengelus rambut anaknya itu dengan halus. Dan segera meninggalkan mereka berdua.



"Kenapa sih kamu bikin ulah terus!?" Ucap gongmyung memecah kesunyian.

"Aku gak pernah bikin ulah kok.." Doyoung masih menunduk takut.

"Kamu tau gak. Gara-gara kamu bunda sama ayah jadi sering ribut!"

"Apa iya?"

"Iyalah! Apa kamu gak sadar? Semenjak kamu lahir mereka selalu aja bertengkar! Kamu tau kan bunda lagi hamil, kamu tuh bebanin pikiran bunda tau gak!" Gongmyung kecil itu kini mengambil buku tulis yang ada dimeja doyoung dan melemparnya.

"Itu buku aku!" Ucap doyoung dan berlari mengambil bukunya yang terlempar.

"Kerjain itu sekarang atau kamu gak boleh makan!" Gongmyung pergi meninggalkannya seorang diri dan menutup pintu kamarnya dari luar.

Dengan langkah lunglai, jari-jari kecil doyoung mengambil buku yang ada dibawahnya dan kembali ke meja belajarnya. Ia kembali menatap soal-soal itu dengan air mata menggenang.

"Apa aku beneran jadi beban buat bunda dan ayah? Apa bunda banyak pikiran gara-gara aku? Hiks."

Doyoung menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya yang terlipat pada meja dan menangis tersedu-sedu.











[✔] Scenario - Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang