"Byancaa!"
Om Minho berseru ketika melihat penampakan ku, ia berjalan cepat kearahku dan memeluk ku.
"Kamu kemana aja? Kenapa gak pernah mengunjungi om?" Tanya nya sambil mengelus puncak kepalaku.
"Maaf om aku baru bisa datang sekarang." Aku membenamkan wajahku pada dada bidangnya. Sangat nyaman.
"Lutut kamu? Kenapa?" Om Minho melepaskan pelukannya dan berjongkok memerhatikan lutuku dengan seksama.
"Si bodoh ini mencoba bunuh diri." Ucap hendery tiba-tiba.
"Bunuh diri? Byanca?"
"M-maaf om apa kita bisa duduk dulu?" Kataku sambil nyengir, lututku sudah terasa nyeri akibat dari tadi berdiri.
"Ah ayo ayo." Om minho mengajak kami masuk lebih dalam ke ruangannya.
Ruangan ini sangat besar. Aku pikir hanya seperti ruangan kantor pada umumnya, tapi aku salah, ketika kita masuk lebih dalam kita akan berada seperti di ruang keluarga. Ada sofa, tv, dan lain-lain.
"Whoaaa." Yuqi berseru memandang ruangan besar ini.
"Silahkan duduk."
Kami pun duduk disofa panjang ini, sementara om minho duduk disofa kecil samping kami.
"Jadi ada apa?" Tanya nya to the point.
"Apa ini gak terlalu cepat om?" Tanya ku tidak enak.
"Byanca, selama ini om gak tau kabar kamu semenjak om ajak kamu ke pemakaman. Dan sekarang kamu datang kesini mengunjungi secara mendadak. Bukankah ada sesuatu yang tidak beres? Om bisa bantu apa?" Jelas om minho panjang lebar. Aku merasal bersalah sekarang baru mengunjunginya. Aku jadi merasa tidak enak.
"Aku tau om selalu bisa di andalkan." Aku tersenyum kearahnya dan mulai menjelaskan dari awal tentang apa yang terjadi. Sesekali aku bercerita dibantu yuqi dan hendery karena aku masih tidak bisa mengontrol emosi ku.
"Om gak nyangka hal seperti ini bisa menimpa kamu. Lagi. Harusnya om bisa lebih jagain kamu, bukannya malah menghilang." Om Minho menundukkan wajahnya.
"A-aku tau kok kenapa sejak hari itu om minho menghilang." Ucapku.
"Ma-maksudnya?"
"Mama papa ku kan? Om mencari tau tebtang kematian mereka kan?" Mata besar om minho terbelalak kaget mendengar jawabanku.
"By, mereka benar benar kecelakaan."
Aku tidak puas mendengar jawabannya.
"Om bohong kan? Maaf aku baru bilang sekarang. Tapi, waktu om telfon seseorang ketika aku dirumah sakit. Om bilang itu terlalu sempurna untuk sebuah kecelakaan. Om selama ini cari 'dia' kan?" Ucapku yakin. Aku tidak ingin memendamnya sekarang.
"Ya, tapi om salah byanca. Ternyata memang benar mereka kecelakaan. Bisa kita tidak bahas itu?" Om Minho seperti sedang menutupi sesuatu.
"Om mereka orang tua aku. Apa aku gak boleh tau kematian mereka?" Air mataku sudah mengalir sekarang. Yuqi dan hendery sejak tadi sibuk menenangkan ku dan bingung apa yang sedang aku dan om minho bicarakan.
"Byanca, itu sudah lama terjadi. Mungkin sekarang mereka sudah bahagia disana by. Kamu hanya perlu ikhlas."
"Mungkin? Iya mungkin mereka tenang. Tapi bagaimana kalau mereka gak tenang karna pembunuhnya belum tertangkap? Bagaimana kalau mereka disana bertemu dengan pacarku? Bagaimana kalau pembunuh mereka adalah orang yang sama!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Scenario - Kim Doyoung
Fanfiction"I'm the scenario maker of your life." -Kim Doyoung.