Renjun perlahan membuka kedua matanya, rasa dingin begitu menusuk tubuhnya. Sinar matahari tidak seterang sebelumnya, menandakan jika hari mulai petang. Ia merogoh saku celananya dan menemukan benda pipih yang selalu di bawanya kemana-mana.
06.45 pm
"Aku tidak berpikir akan sesore ini." monolog Renjun.
Masih dalam posisinya, Renjun melihat alat dengarnya yang sudah hancur. Percuma ia selamatkan, itu sudah tidak bisa di pakai lagi. Ia ingin menangis, tapi dia sadar menangis tidak membuat semuanya kembali seperti semula. Jadi dia dengan sisa tenaga yang ada, berusaha mencari alat pendengarnya yang sempat di buang oleh Hyunjin.
Namun baru hendak bangkit, Renjun merasakan ada sesuatu yang terjatuh dari saku almamaternya. Ketika dia mengambilnya, ia terkejut melihat alat pendengarannya ada di sana. Dengan bingung Renjun melihat sekeliling, tapi sayangnya dia tidak menemukan siapapun. Ah! Almamater juga! Renjun yakin dia tidak mengunakan almamaternya sebelumnya tapi ketika dia terbangun bagaimana almamaternya sudah terpakai di tubuhnya?
Tidak mau terlalu memikirkannya, Renjun memasang alat itu di telinga kanannya. Ah, dia bisa mendengar suara sepoian angin meskipun tidak sejelas ketika dia memakai keduanya.
"Sepertinya aku harus pulang sekarang." ujarnya melihat ke langit yang mulai petang. Dengan tertatih dan wajah babak belur, Renjun meninggalkan taman sekolah menuju halaman sekolahan.
Sepi, tentu saja. Semua murid tentu sudah kembali kerumah mereka masing-masing. Tiba-tiba saat Renjun sedang memikirkan tentang makan malam yang akan di makanannya, seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
Renjun terlonjak kaget dan secara reflek menoleh kebelakang. "Apa aku mengangetkanmu?" tanya orang itu.
Renjun mengangguk jujur."Hey! Kenapa wajahmu babak belur begitu?" tanya orang itu lagi. Tangannya hampir menyentuh luka diwajah Renjun, namun buru-buru Renjun menghindarinya."Ah ini tidak apa-apa."
"Benarkah?" Renjun mengangguk menyakinkan.
"Kau belum pulang?" tanya orang itu(lagi)
"Aku mau pulang," jawab Renjun, sungguh ia merasa tidak nyaman dengan tatapan pemuda di depannya.
"Begitu. Dimana rumahmu biar kuantar." katanya sambil melayangkan senyuman ke arah Renjun. Ah jarang sekali ada seseorang tersenyum kepada Renjun seperti ini. Renjun hendak menolak tapi pemuda itu memaksanya.
"Ichon-ro," jawab Renjun pada akhirnya. Merutuki dirinya karena tanpa berpikir panjang memberitahu rumahnya kepada pemuda asing di depannya. Bagaimana jika dia hanya mengerjai Renjun?
"Nah, kebetulan rumahku juga berada di dekat sana. Jadi ayo ku antar." katanya sekali lagi. Dan Renjun benar*benar merasa tak nyaman dengan kebaikkannya.
Melihat bagaimana Renjun menimbang-nimbang tawarannya, pemuda itu tertawa. "Tidak apa aku tidak akan memaksamu, lagi pula kita juga tidak saling mengenal bukan?"
"Bukan, maksudku aku... kau apa kau tidak tau aku?" Renjun berpikir mungkin pemuda didepannya ini adalah orang baik.
"Kau?tentu saja aku tahu. Kau adalah honbaeku." jawabnya dengan senyum lebar.
"Ah iya kau benar," pada akhirnya Renjun hanya membenarkan kata-katanya. Sebenarnya bukan itu maksud dari pertanyaan Renjun barusan.
"Ya sudah ayo kita pulang. Siapa namamu?" tanya sosok tadi.
"Huang Renjun," jawab Renjun dengan suara pelan.
"Ah Renjun. Aku Jung Minhyung. Panggil saja Mark, salam kenal," ujarnya ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[二]HIRAETH | Noren ft.Wang Junkai✔
Fanfiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ] (ɴ) ʜɪʀᴀᴇᴛʜ ᴀ ʜᴏᴍᴇsɪᴄᴋɴᴇss ғᴏʀ ᴀ ʜᴏᴍᴇ ᴛᴏ ᴡʜɪᴄʜ ʏᴏᴜ ᴄᴀɴɴᴏᴛ ʀᴇᴛᴜʀɴ, ᴀ ʜᴏᴍᴇ ᴡʜɪᴄʜ ᴍᴀʏʙᴇ ɴᴇᴠᴇʀ ᴡᴀs ᴛʜᴇ ɴᴏsᴛᴀʟɢɪᴀ ᴛʜᴇ ʏᴇᴀʀɴɪɴɢ ᴛʜᴇ ɢʀɪᴇғ ғᴏʀ ᴛʜᴇ ʟᴏsᴛ ᴘʟᴀᴄᴇs ᴏғ ʏᴏᴜʀ ᴘᴀsᴛ. WARN⚠ 📎 Content Boys Love 📎 Alternative Univers 📎 Out of Character 📎...