Hiraeth-18

3.3K 477 111
                                    

Di pagi yang cerah, Huang Renjun, pemuda itu tengah berjalan-jalan di taman rumah sakit di temani Jaemin disampingnya. Pagi-pagi sekali, Jaemin datang dengan segelas kopi hangat dan roti isi kesukaan Renjun, menemani sang rubah kecil mencari udara segar. Tujuan mereka jatuh pada taman di belakang rumah sakit yang kebetulan disana ada danau buatan yang menarik mata.

Omong-omong, masih ingat tentang kejadian semalam? Dimana Jeno dan Jaemin saling berpapasan di koridor ruang ICU, pada akhirnya mereka memilih untuk saling bicara.

Di lantai teratas rumah sakit, dimana dinginnya udara menusuk tulang keduanya, mereka berdiri saling bersebelahan menatap gedung-gedung dari atas atap rumah sakit.

"Jadi kau sudah mendengarnya, ya?" kata Jeno mengawali pembicaraan diantara mereka. Jaemin mengangguk membenarkan,"Hyunjin tiba-tiba menelpon dan memberitahu kejadiannya. Karena aku tidak bisa langsung datang, jadi aku baru bisa menjenguk sekarang." jelas Jaemin.

"Renjun, bagaimana dengannya?" tanya Jeno lagi.

Lengan Jaemin bersandar pada tralis balkon, menggosok kedua telapak tangannya guna menyalurkan rasa hangat. "Saat aku masuk, dia tidur. Mungkin kelelahan." jawab Jaemin. Jeno hanya mengangguk sebagai respon.

"Kau... apa kau menyukai Renjun?" pertanyaan tiba-tiba Jeno itu membuat Jaemin sontak menoleh pada sang sahabat. "Apa yang kau bicarakan?"

"Sejak kapan? Sejak kapan kau menyukainya?" tanya Jeno lagi tanpa menjawab pertanyaan Jaemin sebelumnya.

"Aku-"

"Terlihat sangat jelas dari raut wajahmu," sela Jeno, membuat Jaemin semakin kesulitan untuk menjawab.

"Aku-"

"Jaga dia." alis Jaemin menukik,"Apa maksudmu?"

"Aku memintamu untuk menjaganya, sepertinya ada yang mencoba untuk melukainya." Jaemin terbungkam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Jeno... Kau...?"

Belum sempat Jaemin menyelesaikan ucapannya. Lagi-lagi Jeno menyela sambil tersenyum tipis, "Jika tidak ada yang mau mengalah di antara kita, itu bisa berdampak buruk pada persahabatan kita."

"Jeno... "

"Jaga dia Na Jaemin. Ini adalah perintah sahabatmu, karna aku percaya padamu." Lanjut Jeno dengan diiringi senyum lebar membuat kedua matanya melengkung seperti bulan sabit.

Jaemin tak tahu harus menjawab apa, Bahkan sampai si bungsu Jung berbalik untuk meninggalkan tempatnya, Jaemin masih tak bergeming. "Aku pergi dulu. Selamat malam." pamit Jeno dan menghilang di balik pintu atap.

Jaemin? Dia masih terdiam ditempatnya, matanya menatap kebawah dimana pemandangan malam kota Seoul terlihat jelas di depan matanya.

'Apa aku egois? Harusnya aku tidak melakukan kesalahan yang sama. Jelas-jelas Jeno juga menyukainya tetapi aku justru merebutnya darinya. Lee Nakyung, aku harus bagaimana?'
















"Jaem... " panggil Renjun disampingnya.

Jaemin menoleh, "ya?"

"Aku perhatikan sejak tadi kau melamun, ada apa?" tanya Renjun, tidak biasanya dia melihat Jaemin melamun seperti barusan.

"Tidak. Tidak apa-apa," jawab Jaemin cepat dengan senyuman biasanya.

"Benarkah?" tanya Renjun memastikan.

"Apa kau sakit?" Jaemin menggeleng menjawab pertanyaan tersebut.

"Tidak. Aku sungguh tidak apa-apa." balas Jaemin masih di iringi senyumannya berusaha untuk meyakinkan Renjun.

[二]HIRAETH | Noren ft.Wang Junkai✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang