Junkai berlarian ke sana kemari meminta pertolongan pada tim medis untuk menangani Renjun yang sudah tak sadarkan diri di gendongannya. "Uisa-nim! Tolong adikku! Kumohon tolong dia! " teriak Junkai di sepanjang koridor rumah sakit.
Untungnya seorang perawat yang tengah berjaga berlari mendatangi Junkai. "Tolong adikku.." mohon Junkai pada perawat itu.
Sang perawat dengan rasa iba mencoba untuk menenangkan Junkai. Tidak lama, dokter dan beberapa perawat lain datang membawa brankar. "Selamatkan adikku kumohon, " ujar Junkai disela tangisannya. Salah satu perawat mengusap rambut Junkai, merangkul pundaknya dan mengikuti brankar yang membawa Renjun dari belakang.
"Tenang lah, adikmu akan baik-baik saja." ujar sang perawat mencoba menenangkan Junkai.
"Apa kau menerobos hujan?" Junkai mengangguk membenarkan ucapan sang perawat. Ia memang menerobos hujan demi bisa membawa Renjun ke rumah sakit.
Baju serta tubuhnya basah kuyup, dengan darah Renjun yang mengotori baju dan tangannya. Junkai menyatukan kedua tangannya, merapalkan semua doa yang ia tahu meminta Tuhan untuk menyelamatkan sang adik.
Tangannya gemetar, Junkai tidak dapat menghentikan tangisannya dan menyalahkan dirinya sendiri. Andaikan dia menghampiri Renjun saat itu, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.
Tidak lama dokter yang menangani Renjun keluar dari ruangan UGD. Junkai segera bangkit, dan menghampirinya untuk menanyakan kondisi adiknya.
"Bagaimana keadaan adik saya?" tanya Junkai yang masih gemetar.
"Saya minta maaf, tapi saya harus menyampaikan berita buruk," ujar sang dokter penuh penyesalan.
"Berita buruk? Apa adik saya...?"
"Tidak, dia selamat─"
Dokter sengaja menjeda ucapannya, sementara Junkai dengan setia menunggu kelanjutan dari pernyataan sang dokter.
"Hanya saja.. adikmu kehilangan indra pendengarannya,"
"A-pa? "
Sang dokter menghela napas berat, "Karena benturan yang cukup keras pada tulang tengkoraknya, itu membuat saraf pendengaran adikmu terganggu dan mengakibatkan ketulian─"
"Tapi kau tenang saja, adikmu masih bisa mendengar tapi hanya dengan menggunakan alat bantuan," lanjut sang dokter, memegang pundak Junkai.
"Kau sudah berusaha nak, adikmu pasti bangga memiliki kakak sepertimu." sang dokter mengulas senyumannya. Ia mengusak rambut Junkai dan menatapnya tulus, "kau harus membersihkan dirimu. Adikmu akan segera siuman. Kalau begitu aku permisi."
Junkai dengan cepat meraih ponselnya, menekan salah satu kontak yang ada di dalam buku kontak ponselnya.
Seseorang yang sudah memberinya kehidupan baru.
📞Nihao
"Mama!"
📞Junkai, ada apa?
"Bolehkah aku menggunakan uangku?"
📞Tentu saja boleh, kenapa kau harus bertanya pada mama eum? Memangnya akan kau gunakan untuk apa uang itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
[二]HIRAETH | Noren ft.Wang Junkai✔
Fanfiction[ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇ] (ɴ) ʜɪʀᴀᴇᴛʜ ᴀ ʜᴏᴍᴇsɪᴄᴋɴᴇss ғᴏʀ ᴀ ʜᴏᴍᴇ ᴛᴏ ᴡʜɪᴄʜ ʏᴏᴜ ᴄᴀɴɴᴏᴛ ʀᴇᴛᴜʀɴ, ᴀ ʜᴏᴍᴇ ᴡʜɪᴄʜ ᴍᴀʏʙᴇ ɴᴇᴠᴇʀ ᴡᴀs ᴛʜᴇ ɴᴏsᴛᴀʟɢɪᴀ ᴛʜᴇ ʏᴇᴀʀɴɪɴɢ ᴛʜᴇ ɢʀɪᴇғ ғᴏʀ ᴛʜᴇ ʟᴏsᴛ ᴘʟᴀᴄᴇs ᴏғ ʏᴏᴜʀ ᴘᴀsᴛ. WARN⚠ 📎 Content Boys Love 📎 Alternative Univers 📎 Out of Character 📎...