2

8.5K 106 0
                                    

Pagi itu gw bangun karna sinar matahari yang menerobos jendela kamar gw.

"Wait!" gw bergumam sendiri sambil memandangi keseluruhan kamar gw.

"Gila gw dimana?" Gw gak lagi di kamar lebih tepatnya gw di ruang tamu tapi gak tau ini rumahnya siapa?

Satu lagi, jaket yang gw pake buat selimut kayaknya jaketnya Rendi dan sepertinya benar karna Rendi tidur di lantai sebelah sofa yang gw buat tidur.

"Cih! Bau alkohol" Setelah gw mengendus aroma dari tubuh Rendi.

"Ren!" Gw membangunkan Rendi tapi dia cuma gerak sedikit dan kembali tidur.

"Ren! Rendi! Telat kuliah WOY!"

"Emm" akhirnya dia membuka matanya "Hoooh---emang lo mau kuliah dengan keadaan bau alkohol?" tanya Rendi.

"Ya lo bau alkohol gw mah gak. Btw, ini rumah siapa?" tanyaku pada Rendi.

"Iya iya yang minumnya dikit"

"Tau ah. Gw mau pulang" Gw segera menuju pintu keluar.

"Bikinin sup peredah penggar dulu
Masak lo tega liat gw nyetir sambil mabuk gini?" Cegah Rendi.

"Buat sendiri kek. Lagian ini itu rumah siapa sih? Gw tanya tadi gak dijawab"

"Rumah Jae. Lo tega liat Jae sama gw berangkat kuliah keadaan mabuk"

Iya juga sih. Semalem aja yang nyetir mobil sampe sini gw tapi karna gw capek begitu sampe langsung tidur.

Gw langsung bergerak menuju dapurnya dan membuka kulkasnya bukannya gw lancang tapi ya mau gimana lagi yang punya rumah belum sadar.

"Pake jaket gw" Rendi menyampirkan jaketnya di punggung gw.

Wah, untung kulkasnya tidak kosong.

Rendi mulai mengeluarkan beberapa bahan untuk sup. Walau dia mabuk dia masih berusaha membantu mengupas dan mencuci beberapa bahan.

"Udah sana tiduran di sofa. Ntar gw panggil kalo udah siap makan" usirku pelan.

°°°°°°°°°°°°°°

Setelah sup sudah dihidangkan, Rendi bangun dan langsung melahapnya tanpa komentar. Entah itu enak atau malah tidak enak.

Gw memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar yang katanya Rendi itu kamarnya Jae.

Tok.. Tok.. Tok...

"Jae!" panggil gw pelan.

"Lo cuci muka sana di toilet. Biar gw yang geret Jae biar bangun"

Gw cuma mengangkat salah satu alis. Terserahlah ya.

"WOI JAE BANGUN!" teriakannya lebih cepreng dari suara gw.

"Lo punya kekuatan juga"

"Lo-lo si-ap-a?" tanya Jae yang bergetar karna dia langsung bangun dan sekrang berdiri di depan gw dan Rendi.

"Ya gini kebanyakan minum. Lupa yang ngebantuin deh" sahut Rendi dan dia menuju dapur untuk makan sup lagi.

Jae kek anak ayam yang mengikuti Rendi ke arah dapur.

Mereka berdua duduk tenang sambil menikmati sup penggar itu.

"Makasih" kata Jae disela-sela makan.

"Makasih doang?" tanya Rendi.

"Yaiya mau apa?"

"Maunya kamu?"

"JIJIK GW REN" sahutku yang benar-benar ilfeel.

"Eh, btw nama kalian siapa?"

"Gw Rendi cowok dengan reputasi terbaik di kampus"

"Muak gw Ren. Reputasi lo ada ditangan gw sekarang Ren. Gw buka mulut ancur tuh namanya reputasi" sahurku sewot.

"Cih, dasar cewek JONES" ledeknya.

"Gpp. JOMBLO HAPPINESS"

Jae tiba-tiba ketawa, "kita jadi teman club aja gimana?"

"Call" Rendi menghabiskan supnya "tapi di kampus. Kita cuma saling tau bukan kenal"

"Terserah raden reputasi lah"

"Namanya Herlin cewek ter-Jones" tangan gw mendarat dengan keras di kepala Rendi "sakit goblok"

"Iya, gw tau. Call gw juga setuju".

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Sekarang gw udah ada di apartemennya Rendi. Dia janji bakal ngaterin gw pulang setelah dia ganti baju dan ngambil tas buat kuliah.

" Ren, masih lama? Gw pulang naik Gcar aja ya" Gw udah siap mengeluarkan ponsel untuk memesan.

"EMANG LO GAK MALU PAKE MINI DRESS TERUS PUNGGUNG KE EKSPOS GITU. IYA KALO MASIH MALEM INI UDAH PAGI. DIKIRA ORANG LO HABID NGAPAIN" teriaknya dari kamar.

"Gw kan pake jaket punya lo"

"Jaket gw kebesaraan, ntar dikira lo gak pake baju" dia sudah keluar dari kamar.

"YA ITU PIKIRAN LO" gw berjalan mendahului menuju pintu.

"Tapi lo seksi kalo kek gini"

Gw berbalik dan mendaratkan tanganku di pipinya. Tapi wait dia malah menarik gw dalam pelukkannya.

"Udah napa dari tadi pukul gw, nampar gw. Sekarang giliran gw"

Cup.

Sedetik tapi cukup untuk membuat pipiku memerah.

Sedetik itu bibirnya tepat menyentuh bibirku.

"Sampe apartemen lo buru gosok gigi. Bau Alkohol"

"Bajingan lo" teriakku.

Dari situ gw sering kumpul bareng Rendi dan Jae. Tanpa sepengetahuan pacar Jae.

TBC.

Friend with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang