"Ya, ampun Hanna!!!!" kataku dengan excited ketika melihat Bang Eza berjalan dengan kerennya ke arah gw.
Dibilang gw cuek sih iya. Tapi kalo udah lawan ketampanan dan Kekerenan Bang Eza cuek gw ilang.
"BANG EZA, AKU PADAMU" teriakku disebelah Hanna.
"He! Yang punya disebelah sini" sahut Hanna.
"Selama Janur Kuning belum melengkung, masih patut tuk ditikung"
"Geblek!" Hann dengan teganya menempok kepala gw pake novel tebel "Haram hukumnya untuk nikung temen sendiri"
"Sakit!"
"Sakit yang mana nya?" tanya Bang Eza saat sudah di depanku dan Hanna.
"Sakit hatiku melihatmu bersama Hanna"
"OMG, semoga lo cepet tobat gak nikung-nikung gw sama Bang Eza"
Bang Eza cuma ketawa. Ketampanan yang Hakiki.
"Lin, lo gak masuk kelas? Terus ngapain di FK?" tanya Bang Eza.
"Aduh kok perhatian sih bang, makin cinta"
"Gak nyambung, ogeb" Hanna menyahuti dengan sewot.
"Noh-noh bang. Pacarnya tuh iri, dengki, dendam atau gimana sih bang?"
"Semuanya yang buruk" Hanna menggeret Bang Eza pergi menjauhiku.
"Lohhh..... Jauh dimata namun dekat di hati" seruku.
Udahlah, Gw tak mampu jika tak memiliki Bang Eza. Eh, gak lah.
Saat Hanna dan Bang Eza menghilang ,muncul lah Jae.
Habis terang, terbitlah gelap.
Gw udah pergi dari situ tapi langkah lari dari kaki Jae terdengar sampai dia, meraih tanganku dan membuatku berbalik ke arahnya.
"Maafin gw, Lin"
Gw cuma diem sambil natap bumi yang gw injak.
"Hmm, Lin. Jawab!"
Jae di depan gw tapi gw males melihatnya mending ngeliat sepatu gw yang udah kotor waktunya di cuci kek sifatnya Jae sama Rendi yang waktunya di Cuci pake pemutih.
"Lin, Herlin!" kata Jae lagi.
Gw membalikan badan dan menjauh. Percuma kalo gw jawab 'iya' toh dia masih Jae yang sama.
"Lin, gw sayang lo tapi gw cintanya sama Yeri" katany pelan.
Otomatis tanpa kata hanya gerakan tangan yang cepat membuat pipi kanan Jae merah dengan sempurna.
"Lo pantes dapetin itu" kata gw kemudian berlari ke arah Rendi yang kebetulan lewat.
Kampus ini kecil. Jadi bisa ketemu siapa aja.
Perjanjian kita yang waktu itu hangus karna Rendi lah. Bukan gw yang mengikari.
"Ren!" panggilku.
"Yah, ada ceweknya" protes beberapa adek tingkat yang tadi meminta bantuan Rendi (Modus).
"Apa?" tanya Rendi pake wajah datar..
Pengen gw tempok tuh wajah pake sepatu.
"Nanti gw nginep ya?" tanya gw.
Udah gw bodoh amat mau dibilang apa sama adek tingkat.
"Gw aja yang nginep apartemen lo" jawabnya yang gw angguki.
"Lah, gila kakak ini murahan banget" bisik Cewek-cewek sirik ini.
"Dia gak murahan. Dia itu berharga bagiku" Rendi menutup bukunya dan melangkah pergi sambil menggenggam erat tanganku.