12

2.3K 53 0
                                    

Hampir seminggu gue dianter jemput Jevan dan semakin sering gue ketemu Rendi yang bermuka datar. Dia masih marah dan ngambek.

Karna gue jadi kacang, gue pergi ke FH tempat Bang Mark.

"Bang!" Panggil gue saat liat Bang Mark keluar dari gedung FH.

"Ngapain?"

"Gabut"

Dia senyum manis.

"Bang, lo kok lebih lucu dari pada gue?" protesku.

"Lo juga lucu kok"

"Apaan sih?"

"Ih, salting. Eh gue mau ke kantin mau ikut?"

"Mau kalo lo yang bayarin makanan gue kebetulan lapar"

"Dasar"

"Iya gak nih?"

"Iya"

Dia berjalan di depanku.

********

Sampe di kantin semua mata tertuju hanya padaku. Dikira artis kali ya. Eh, iya gue kan terkenal karna Rendi.

"Eh, itu pacarnya kak Rendi bukan sih? Tapi kok sama cowok lain?"

"Selingkuh mungkin"

"Iya, kali ya. Orang kak Rendi juga jarang keliatan jalan sama dia"

Bisik-bisik tetangga.

Bang Mark tiba-tiba menutup telinga gue.

"Jangan di dengarkan! Dengerin gue aja" katanya.

Setelah itu dia mendorong gue biar jalan gak cuma stuck di tempat.

Gue sebenernya gak suka jadi pusat perhatian dan gue udah muak. Seakan-akan gue yang salah.

Gue meninggalkan bang Mark dan menuju ke FK. Menemui tidak lain tidak bukan Rendi.

Dan kebetulan dia lagi duduk-duduk di taman.

"Ren, gue salah apasih? Hah!" nada gue sebal.

Dia mah masih fokus ngeliatin ponselnya.

Gue nekat ngerebut ponselnya.

Mukanya seketika sebal.

"RENDI!" gue teriak.

Bodoh amat deh dikira cewek gila yaudah.

"Apaan sih, Lin?" katanya.

"Gue salah apa?"

"Mana gue tau, Lin" katanya sambil berfikir "kayak gue bosen maen sama lo"

Plak.

Eh, itu bukan tangan gue. Itu tangannya Hanna.

"Cowok kayak lo itu brengsek, Ren" Hanna menarik tangan gue.

Sepertinya dia dengar semua gosip tentang gue.

"Han, ini masalah gue sama Rendi. Gue mau jelasin sesuatu ke dia"

"Aduh, lo kok masih aja sih"

"Plis, Han"

Dia berhenti narik gue dan gue langsung balik ke Rendi.

"Mau lo apa?" tanya Rendi datar.

"Mau gue, lo dengerin gue"

Dia mengangguk.

"Gue tau gue salah. Gue tau lo khawatir. Gue tau lo marah. Tapi lo juga tau gue gak bisa lo diemin. Gue tau lo pura-pura cuek ke gue. Gue tau lo pura-pura gak denger gue. Gue tau lo liat gue---"

"Dan lo gak tau sekangen apa gue sama lo" sahut Rendi.

Gue terdiam. Benar-benar diam.

"Gue tau hati lo bukan buat gue. Tapi gue mau lo ada di hati gue. Gue marah karna tau itu. Gue marah karna ego gue" Rendi sekarang memunggungi gue.

Gue cuma bisa natap punggungnya.

Gue reflek meluk dia dari belakang.

"Gue ngerti itu" Kataku "Maaf!"

"Jangan keluar sama cowok lain! Selain gue or Jevan" peringatnya.

Dan gue selalu bertanya dalam hati 'Gue dan Rendi ini sebenarnya punya hubungan apa? Bukannga kami teman?'

"Dan mulai sekarang, biarkan gue punya ego buat memiliki lo"

"Maksudnya?"

"Lo pacar gue sekarang. Biar gue punya hak ngelarang lo keluakeluar sama cowok lain"

Sekarang terjawab sudah.

Tapi hati gue masih punya orang lain. Karna gue sadar gue gak cinta sama Rendi hanya merasa jika didekatnya, gue bakal aman dan nyaman.

TBC.

Friend with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang