10

2.9K 45 0
                                    

Gue sengaja, bilang ke Rendi kalo gue pulang duluan tadi.

Tapi nyatanya gue duduk diam di perpustakan.

Gue gak sendiri di sebelah kanan gue ada Bang Mark. Dia lagi cari referensi buku buat tugasnya.

Karna disini larangannya dilarang berbicara keras.

-bang, gue capek pengen tidur- gue nulis di buku binder miliknya.

-anjir, ini tuh buat nulis tugas malah loh nulis kek gini- tatapanny marah.

-maklumin aja kali-

-udah sono balik rumah tidur- tangannya mendorong gue.

-gak mau-

-mau lo apasih? Tidur disini?-

-boleh tuh. Gue tidur ntar kalo lo mau pulng bangunin- gw langsung meletakkan kepala diatas meja.

"Dasar" gue denger Bang Markonah mau mengumpat tapi tidak jadi.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Gue tadi di perpus kaget karna pas gue buka mata yang gue liat itu Rendi bukan Bang Mark.

Katanya sih, Rendi lagi mau ngerjain tugas malah ketemu gue yang tidur di perpus.

"Lo semalem kemana?" tanya Rendi yang masih setia membaca buku tebal yang sekilas ada tulisan anestesi.

"Di apartemen lah"

"Boong lo"

"Iya serius" Gue menegakkan kepala.

"Gue liat lo sama Jae semalem"

Deg.

Mampus.

Kok rasanya kayak kepergok selingkuh oleh pacar ya? Padahal kan Rendi cuman temen.

"Lin, udah bangun?" tanya Bang Mark dia bawa banyak banget buku "Gue balik ya? Bye Ren, Lin" Dia mengamnil tasnya dan pergi.

"Lo kenal Bang Mark dari mana, ren?"

"Pokoknya kenal. Lo gak usah mengalihkan topik" Rendi menutup bukunya "semalem nginep dimana?"

"Di apartemen ren"

"Gue ke apartemen lo. Tapi lo gak ada, gue tungguin lo sampe subuh tetep aja gak pulang"

"Lah ngapain lo ke apartemen gue?"

"Gue khawatir lo gak bisa tidur. Lo kan gak nyaman sendirian di apartemen"

"Lo habis makan apa?"

"Makan nasi lah"

"Tapi kata-kata lo ada manis-manisnya tuh"

"Lah kan nasi juga manis"

"Tau dah terserah lo, ren. Gak jadi lo gak manis" Gue beranjak dari sana.

"Gitu aja ngambek"

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Gue tau Rendi tuh ngikutin gue. Kek anak ayam yang ngekorin induknya.

"Ngapain sih, Ren?" Gue berhenti dan Rendi menabrak punggung gue.

Gue oleng tapi gak jatuh.

"Gitu aja oleng"

"Anjir, lo tuh ya"

"Lo Jangan coba-coba ke klub tanpa gue!"

"Lo siapanya gue sampe ngelarang-larang gitu?"

"Gue cuma temen. Tapi gue khawatir sama lo"

Kadang gue suka bingung sama perhatian dari Rendi, dia terlalu perhatian untuk bisa bilang statusnya temen gue.

"Gue bisa jaga diri kok"

"Lo berharap gue percaya?" Wajah nampak sangat sebal.

"Iya"

Rendi berjalan duluan, meninggalkan gue. Sebenarnya Gue salah apa sih Ren?

Aku tau dia marah tapi marahnya dalam diam. Diam yang lama.

TBC.

Friend with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang