"Ayah, lama banget sih jemput?" tanya Adek.
"Duh,Jisong banyak bacot lo. Untung masih di jemput" sahut Gloria.
"Ini juga ngapain sih ada lo, kak. Musnah kek"
"Heh gua kakak lo ya"
"Udah napa jangan ribut mulu, pulang ayoo" Jae mencoba melerai.
"Yah, Ipad Jisong mana?" tanya Adek.
"Nih" Gloria memberikannya.
"Kak, lo liat gambar gua ya?"
"Kagak astaga Jisong Ola Erlangga. Fitnah mulu adek gue"
"Kakak kan suka gitu"
"Tau ah song, lo masih kecil aja udah bacotnya minta ampun"
"Tapi ganteng kan?"
"Kagak"
"Udah, dong ributnya. Ayah capek dengerinnya"
Jisong adalah anak Jae dan Yeri, sekarang umurnya 11 tahun.
Saat Gloria tinggal bersama Jae itu kira usianya baru 4 tahun dan kebetulan Yeri sedang hamil.
"Yah, papa sama mama kenapa meninggal?" tanya Jisong.
Jisong juga udah tau soal Papa dan Mama dari Gloria.
"Hmm cerita gak ya?" Goda Jae.
"Cerita dong" Gloria dan Jisong berkata bersamaan.
"Jadi, Papa meninggal karna sakit. Siapa yang tau jika Rendi memerangi penyakitnya sendirian sampai pada akhirnya semua terlambat. Sebelum dia meninggal dia berpesan untuk di makamkan di Indonesia. Benar, saat di pulang ke Indonesia dia terlihat bugar dam sehat tapi setelah sehari di Indonesia dia menghembuskan nafas terakhirnya" Cerita Jae.
"Papa sakit apa yah? Kok aku gak pernah di kasih tau?" tanya Gloria.
"Kanker Otak sayang. Takutnya kamu belum bisa menerimanya" jelas Jae.
"Papa Rendi itu ganteng gak?" tanya Jisong.
"Ganteng dong. Kan papaku" Jawab Gloria.
Jae hanya tersenyum.
"Kalo Mama Herlin gimana bisa meninggal, Yah?" tanya Jisong.
"Ini kenapa kalian nanya kayak gini sih? Ada angin apa?"
"Kalo aku kangen, yah" jawab Gloria.
"Kalo aku kan kepo, yah" jawab Jisong.
"Ayah bakal jelasin, tapi kakak udah siap dengernya?"
"Siap yah"
"Jangan nyalahin dirimu loh ya!"
"Iya"
"Kakak harus Janji?" kata Jisong.
"Iya song"
Posisinya Jae lagi mengemudi sambil bercerita. Disebelah Jae, Gloria sedang fokus melihat Jae dan Jisong, duduk di belakang juga.
"Hari itu Herlin pergi ke rumah kakek . Ayah dengar cerita ini dari Eric"
Glo dan Jisong menganguk.
"Hari itu juga, Glo kurang enak badan. Semua terjadi begitu cepat. Eric segera menelpon Herlin yang sedang di rumah kakek karna demam Glo sangat panas. Dan harus masuk IGD. Mendengar penjelasan Eric melalui telpon katanya Herlin melajukan mobilnya sangat cepat. Sampai dia sadar jika ada masalah dengan remnya. Herlin mencoba memperlambat sebisa mungkin. Tapi karna di depannya ada mobil lain dan dia tidak mau membuat korban lain. Dia membanting kemudi nya ke arah trotoar yang sepi. Kebetulan itu adalah jalan toll" Panjang sekali Jae menjelaskannya.
"Terus mama harusnya bisa selamat dong?"
"Tapi dia kehabisan darah sebelum ambulan datang. Hari itu semua bingung, karna kamu, Glo tiba-tiba menangis kencang di IGD memanggil 'mama mama' Eric yang bingung memanggilku yang kebetulan Ayah kerja di rumah sakit itu. Kamu diam saat ayah peluk" Jelas Jae.
"Aku kok gak inget yah?"
"Karna kamu disitu keadaannya juga sakit. Itu pertama kalinya Ayah liat kamu nangis. Dan saat ayah peluk ayah ingat betul badanmu panas sekali. Lanjut tidak?"
"Lanjut yah" Jawab Glo.
"Ayah melihat Eric menerima telpon, entah dari siapa? Tapi yang jelas detik itu juga Eric menitipkan kamu ke Ayah. Wajah Eric cemas sangat cemas. Dan beberapa menit kemudian Ayah menerima chat dari Jevan. Jika herlin telah tiada. Detik itu juga Ayah yang masih memelukmu, menangis dan merasa bersalah. Sampai detik itu Herlin belum menerima permintaan maaf dari Ayah" kata Jae.
"Tapi aku rasa mama udah maafin Ayah kok" kata Glo.
"Maybe kan, Glo" kata Jae.
"Enggak yah, tadi waktu di makam sekilas aku dengar suara mama. 'Mama udah maafin Ayahmu' gitu, Yah" kata Glo.
"Ih kakak, Jangan nakutin dong" Sahut Jisong.
"Nyata kok, song"
"Yah, kakak itu loh suka tiba-tiba nunjuk sesuatu di dalam foto. Padahal gak ada yang aneh" Adu Jisong.
"Apaan sih, song. Emang kakak liat aura di foto waktu kamu camping gak enak kok"
"Noh kan Yah. Kakak tuh"
"Yah, Jadi mama meninggal waktu mau nyusulin aku di rumah sakit?"
"Iya, tapi jangan salahkan dirimu. Ini takdir yang udah di tulis sama Tuhan. Mama mu meninggal juga barengan dengan peringatan 100 hari Papamu. Jadi memang takdir"
"Jadi gitu"
"Mama sama Papanya kak Glo itu pasti baik"
"Iya, Jisong. Herlin dan Rendi itu baik sangat baik"
"Tapi kakak kok jahat"
"Kan kakak niru sifatnya Ayah"
"Bagus, yang jelek-jelek semua dia Ayah" sahut Jae.
Gloria dan Jisong terkekeh.
"Nah, akur gini kan enak dilihat. Ayah sama Bunda jadi seneng" kata Jae.
Tak lama mereka sudah sampai dirumah. Yeri menunggu di teras rumah sambil menikmati segelas teh.
"BUNDAAAAA!" Jisong berlari sambil berteriak.
"Adek jangan lari nanti jatuh" kata Yeri.
Yang jatuh malah Gloria karna tersandung hoverboard nya Jisong.
"JISONG MAINANMU GUA BUANG YA" teriak Gloria.
"Baru juga akur" kata Jae.
"Sini lo" Gloria berdiri dan mencoba mengejar Jisong.
"Ndak mau ntar lo, jewer"
"Emang"
"Bunda kakak" Adu Jisong.
"Sini gua bilang"
Keseharian dirumah Jae dan Yeri seperti itu. Di penuhi keributan Gloria dan Jisong. Sehari aja Jae dan Yeri berharap mereka damai. Tapi itu terlihat mustahil.
Jae dan Yeri yang melihat Gloria dan Jisong hanya tersenyum hangat. Nanti kalo mereka sudah melewati batas baru Yeri turun tangan.
Thanks