11

2.7K 52 0
                                    

Pagi ini, Papa gue dateng menjemput di apartemen dengan segala paksaan gue ikut pulang ke rumah.

Sebetulnya, gue gak ngerti tumben papa gue kek gini. Tapi yang pasti gue bersyukur lagi marahan sama Rendi jadi dia gak nginep di apartemen gue. Gue juga bersyukur untuk kali ini. Karna gue bisa tidur. Seperti biasa gue gak tidur kalo sendirian di apartemen.

*******

Gue duduk di sofa ruang tamu.

"Herlin, papa sudah dengar kamu masih suka keluyuran malam" Papa mulai membuka perbincangan.

"Enggak, pa" bantahku.

"Gak usah kamu ngebantah" Papa menunjukkan foto gue keluar dari club.

Gue masih cuek.

"Papa sebenarnya gak mau ngurung kamu tapi kamu udah keterlaluan"

"Pa, aku capek. Aku ke kamar dulu" Gue melangkah ke kamar.

"Kamu itu ya......."

******

Sudah tak terdengar omelan Papa lagi. Gue tidur sambil natap langit-langit kamar.

"Capek"

Klek.

"What's up sister?"

Gue terduduk begitu mendengar suara berat itu dan di ambang pintu itu ada saudara kembarku. Jevan Elizabeth Nando Ozil.

"Heh!" Gue sedikit syok "Ngapain lo di indo sih? Jevan balik sana ke Korea
Disini gak enak sumpah" Usirku.

"Elo bukannya kangen sama gue tapi ngusir. Gue tuh kangen lo tau" Dia memeluk gue.

"Jijik!" Gue mendorong badan kekarnya "Alesan lo pulang apa?" tanya gue.

"Astaga segitu bencinya lo sama gue sampe ngusir"

Gue cuma mengangguk.

Gue bukan benci tapi gak suka sama sodara gue yang satu ini.

"Gue lagi libur"

"Duh, kan enakan liburan disono bahuli"

"Enak disini"

"Disono"

"Disini"

"Okay, stop. Gue mau mandi"

"Tumben?"

"Gue mau ngampus, jabarudin"

"Nama gue lo gonta-ganti"

"Terserah gue, upin"

"Gue anterin"

"Gak perlu upin. Ipin udah mandiri"

"Heh Ipin loh tuh ya. Gak mau tau gue anterin lo"

"Dasar Upin. Untung ganteng lo"

"Ipin gue tunggu di depan okay"

"Serah lo, Bahuli"

Gw langsung masuk kamar mandi begitu Jevan keluar.

********

"Eh, perpus di kampus lo itu untuk umum bukan?" tanya Jevan yang lagi nyetir.

"Mana gue tau"

"Harus tau dong lo kan kuliah disono"

"Ngapain juga lo ke perpus?"

"Gue mau ngerjain tugas"

"Bambang liburan tapi bawa tugas. Itu mah dinas luar"

"Lo itu ya"

Dia memarkirkan mobilnya.

"Thanks, Dilan. Milea mau kuliah dulu. Dilan jaga mata ya. Inget Milea" kataku sebelum turun dari mobil.

"Jangan tinggalkan Dilan! Dilan nanti rindu"

"Jijik, Upin. BYE"

******

Selesai ngampus gue terkejut sekali. Rendi lagi ngobrol akrab sama Jevan. Eh gue inget kan dulu kita se-SMA.

"IPIN SINI ADA PACAR LO" teriak Jevan.

Ini tuh Rendi ngomong apa sih.

Gue masih melihat dari kejauhan.

"IPIN CEPETAN. NIH SELINGKUHANMU BARU NYAMPE"

Jae ikut nimbrung bareng Jevan dan Rendi.

Sumpah gue ngerti maksudnya Jevan bercanda tapikan ini kampus gue.

"Lo tuh ya. Upin gak usah teriak-teriak gue malu ngerti gak? Mimpi apa gue punya sodara kek lo Upin"

Ini tuh Rendi sama Jae ketawa adem banget.

"Lo berdua lucu ya?" kata Jae.

"Lah lo baru tau?" Jevan menimpali.

"Iya"

Ini tuh Rendi masih marah sama gue. Dia diam aja.

"Rendi lo marah sama Ipin?" Tanya Jevan.

"Gak. Gue cabut dulu ada kelas"

Dia pamitnya sama Jevan dong bukan gue. Ngelirik gue juga kagak.

"Ipin lo apain sih Rendi bisa marah gitu?"

"Gue juga gak ngerti, bambang"

Jae disitu masih setia dengan senyum ademnya.

"Jae, lo udah kenal sodara serahim gue kan?"

Kenal banget. Kenalnya kebangeten. Batin ku.

"Kenal kok"

"Ipin ini temen upin dulu. Di masa gue masih jadi anak baik"

"Upin sejak kapan lo jadi anak baik? Gak ada sejarahnya lo anak baik"

"Milea gak usah ngegas dong. Yang kalem di depan cowok ganteng kayak Dilan ini"

"Jae, sorry. Mending lo pergpergi deh. Daripada tertular virusnya Jevan"

"Okay. Gw balik ya" Jae pergi.

"Upin, lo itu ganteng. Tapi sayang kegantengan lo gak digunain dengan baik"

"Eh, gue tadi ketemu Hanna. Gila tambah cantik aja anak itu" Jevan kebiasaan gak ngedengerin gue.

"Udah punya cowok kali dia. Gak usah lirik-lirik"

"Iya iya Milea. Dilan hanya melirik Milea seorang"

Buk.

"Sakit, Milea"

Itu tadi Jevan gue pukul sama tas berisi buku-buku tebal.

"Iya dilan. Mana yang sakit? Telinga gue ini juga sakit dengan bacotanmu"

"Okay, Dilan diam"

Ini tuh gue sama Jevan jadi pusat perhatian. Gara-gara wajahnya Jevan yang gantengnya gak masuk akal. Kayak oppa-oppa korea tapi sifatnya kayak alien gitu.

TBC.

Friend with BenefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang