Setelah kejadian itu gua pergi ke perpus.
Saat gua membuka mata dan melihat jam. Ternyata gua tidur di perpus selama 1 jam.
"Dah, bangun" suara yang berasal dari sebelah kananku.
"Emm, sejak kapan~"
"I'm in here since tadi"
Dah, dia Bang Markonah.
"Bang lo kalo ngomong tuh satu bahasa aja gak usah di campur lo kira gado-gado"
"Emm, ok deh" Dia kembali fokus ke buku dan membuat beberapa catatan.
"Lo kok suka belajar sih bang?"
"Gak ada alesanku buat gak suka belajar"
"Oohh"
Ini kan di perpus ya. Jadi gua bicara pake suara yang kecil.
"Bang gua mau cerita" Gue mengambil buku catatannya "ini cerita temen gua"
Bang Mark cuma menggangguk.
"Temen gue si A nah dia temenan sama si B, terus Si AB ini ketemu si C, jadilah mereka teman"
"Masalahnya?"
"Masalahnya Si A dan B ini jadi pacaran beneran, terus si C katanya sayang si A lebih dari teman. Sedangkan C ini udah punya pacar yang tetnyata temen A"
"Iya terus"
"A sama C ini dulu pernah main belakang gitu. Terus A ini jadi takut sama C karna C egois"
"Hmm"
"A sama B kan udah pacaran tapi hati A milik C"
"Kek benang woll ya. Ceritanya rumit"
"Si A harus ngapain?"
Bang Mark berpikir.
"Si A harus menjauh dari hubungan kayak gitu"
"Caranya? Orang si A kadang emosi sama dia sendiri"
"Kayak lo si A harus cari tempat curhat atau mungkin si A gak usah lilih dari B atau C. Dia bisa membuat pilihan baru dengan D"
"Si A gak mau?"
"Hadeh tau ah capek" Bang Mark merampas bukunya lagi "buku gue"
"Hehehe maap"
"Si A itu lo kan? Coba liat si D deh"
"Apaan bukan" Gue menyangkal "D siapa lagi?"
"Lo bodoh deh" bang Mark langsung berdiri meninggalkanku sendiri.
£
Di apartemen, gue lagi nonton di depan TV. Ada Rendi juga.
"Ren"
"Hmm"
"Kalo hati gue bukan buat lo gimana?"
"Gak apa. Yang penting lo nyaman sama gue itu udah cukup"
"Makasih ya"
"Buat?!"
"Buat semuanya"
"Apa sih yang enggak buat orang yang gue cinta dan sayang"
"Lo gak pantes so sweet, Ren"
"Lo tuh ya" dia noyor dahiku dengan jari telunjuknya.
Gue diam.
"Lo mau ceritakan ya?"
"Cerita apa coba"
"Ih gitu" goda Rendi.
"Kalo gue cerita lo marah?"
"Gak akan, sumpah" dia membuat piece dengan tangannya "tapi ngambek"
"Apa bedanya Rendi?"
"Bedanya gue gak bakal bentak lo lah"
"Tau ah" Gue masuk ke kamar.
"Gak jadi cerita?" tanya Rendi.
"Enggak. Lo-nya ngambekkan"
Tapi gue rasa walau gak cerita juga dia tau. Kan lambe turah di kampus banyak. Gak mungkin Rendi gak tau. Dia cuma pura-pura gak tau.
TBC.