Mata Sowon tak mau berpaling dari pemandangan diluar sana.
Bahkan berkedip pun tidak.Hal itulah yang membuat wanita paruh baya yang duduk disampingnya merasa khawatir.
Bagaimana tidak?
Pasalnya sejak mereka meninggalkan rumah sakit beberapa waktu lalu, hingga mereka sudah setengah jalan menuju rumah Sowon, yeoja itu sama sekali tidak bicara.Matanya menatap kosong keluar kaca jendela mobil.
Dan seolah sedang memikirkan sesuatu yang rumit, Sowon bahkan tak sadar kalau wanita itu memanggil namanya.Se- syok itukah ia setelah mendengar pernyataan dari dokter?
Bohong kalau tidak.
Bagaimanapun, ia belum siap.
Tidak, bukan. Ia bahkan jauh dari kata 'belum' siap.
Sowon tidak ingin percaya kalau dirinya hamil. Memikirkannya saja ia tak mau.Sedangkan itu, disisi lain.
Wanita itu, ibu dari suaminya itu tau.
Ya, ia tau bahkan sebelum ia mendengar dari dokter kalau menantunya itu sedang hamil.
Bagaimana mungkin wanita itu bisa tau?
Jawabannya hanya satu, yaitu karena wanita itu sudah pernah mengalaminya. Ia sudah punya anak dua, jadi tidak mungkin kalau ia tidak tau bahwa menantunya itu sedang isi.
Memang, wanita itu senang. Bagaimanapun ia adalah seorang ibu dari anaknya yang sudah menikah dan menginginkan seorang keturunan dari anaknya itu. Mendapat seorang cucu dan jadi seorang nenek tentunya.Tapi ia juga tau, tidak seharusnya keinginannya itu terkabul sekarang, meskipun kenyataannya sudah.
Meskipun ia senang, tapi ia jadi tak senang karena melihat menantu kesayangannya itu terlihat murung dan syok atas berita kehamilannya.
Wanita itu tau apa yang dipikirkan Sowon. Tak lain adalah statusnya sebagai mahasiswi.
Wanita itu ingat ketika dokter yang memeriksa Sowon memberitahunya agar meminta Sowon berhenti kuliah sementara waktu, apalagi karena kelas Sowon harus berhubungan dengan bahan-bahan kimia berbahaya. Dokter sangat menentang itu.Dan kalau sudah begini, ingin rasanya wanita itu menghajar anaknya karena sudah berani menghamili Sowon tanpa memikirkan nasib menantunya itu.
Apa yang merasuki Wonwoo sampai berani melakukan 'itu' tanpa memikirkan resikonya?
Anaknya itu pasti tau kalau Sowon masih kuliah. Menantunya itu baru melewati semester pertama kuliah. Dan sekarang, menantunya itu harus berhenti meraih cita-citanya hanya karena kebodohan anaknya sendiri?
Wanita itu menghela napas berat, seolah ia ikut memikul beban berat yang ditanggung Sowon yang diakibatkan oleh anaknya sendiri.
Ia meraih telapak tangan Sowon yang terasa dingin dan menggenggamnya.
"Sowon?" suara lembut wanita itu menyeruak kedalam gendang telinga Sowon yang sejak tadi tuli.
Dengan satu gerakan lemah, Sowon menoleh menatap ibu mertuanya itu.
Yeoja itu tidak menyahut, ia menunggu ibunya itu untuk melanjutkan ucapannya."Kau baik-baik saja kan?" tanya wanita itu.
Sowon masih diam. Ia tidak tau jawabannya.
"Apakah eomma harus menghajar Wonwoo agar kau merasa lebih baik?" tawar wanita itu.
Ide bagus.
Terdengar seperti lelucon memang, tapi wanita itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Dan Sowon yakin, kalau ia menganggukan kepalanya, ibu mertuanya itu pasti akan melaksanakan ucapannya.
Alhasil, Sowon menampilkan senyum tipisnya.
"Terimakasih eommeoni. Tapi itu tidak perlu." jawab Sowon.
Aku ingin menghajarnya sendiri.
"Eommeoni? Bisakah aku meminta tolong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SECRET MARRIAGE ✔
FanfictionMenikah dengan seorang idol? Kim Sowon tidak pernah memimpikannya. Namun pada kenyataannya ia memang harus menikah dengan salah satu member dari boygroup terkenal seantero Korea. Ditambah, pria tampan yang akan menjadi suaminya ini memiliki sikap ya...