• t u j u h b e l a s •

35 5 0
                                    

Mereka turun di halte yang sama, begitu pula dengan tujuannya. Setelah kejadian tadi, tidak ada satu pun di antara mereka yang berbicara. Keduanya hanya berjalan diam beriringan menuju pintu keluar halte. Tidak jelas siapa yang memperlambat langkahnya, yang pasti Red berjalan tepat di sebelahnya.

Begitu mereka keluar dari halte, Navy memutuskan untuk membuka suara.

"Makasih," ucap perempuan itu dengan kepala agak menunduk. Dia terlalu malu untuk menatap Red langsung.

Red menoleh ke arahnya. Perbedaan tinggi badan yang cukup kontras membuatnya harus sedikit menunduk. Dia yakin dia mendengar perempuan itu berbicara, suaranya hanya saja kalah dengan dengungan orang berlalu lalang.

"Sori, lo ngomong apa?" tanyanya.

Navy berdeham. "Makasih," ulangnya.

"Untuk?"

"Yang di bus tadi." Akhirnya, gadis itu memberanikan diri menatap Red. "Gue risih banget sama bapak-bapak tadi, tapi gue bingung mau lari kemana. Posisi gue jelek banget pas itu," jelasnya.

Red mendengus pelan. "Santai aja," ujarnya sambil melangkah bersama. "Gue aja yang cuma lihat ngerasa risih banget. Gimana lo yang jadi targetnya?" Navy hanya tersenyum tipis mengingat kejadian itu. "Lagi pula, kok lo enggak bagian wanita? Meskipun berdiri, seenggaknya lebih aman gitu."

"Penuh banget," sahut Navy. Mereka terdiam dalam beberapa langkah, sebelum gadis itu kembali berbicara, "kok lo bisa di belakang gue?"

"Entah." Pemuda itu mengedikkan bahu. "Gue cuma refleks halangi orang yang modus begitu. Eh pas gue nengok, ternyata lo. Yang kaget enggak lo doang, gue juga."

"Oh."

Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Navy. Dia tidak tahu apalagi yang harus dibicarakan dengan Red, sehingga keduanya memilih diam sambil berjalan menuju pelataran apartemen.

Lobi apartemen tampak ramai, apalagi di depan lift. Navy mendesah pasrah karena dia yakin saat lift tiba dia harus berdesak-desakan lagi. Sementara Red masih berdiri di sebelahnya.

"Ngapain lo di sini?" tanya Navy konyol.

"Lah, gue tinggal di sini."

"Yah, kirain lo ke minimarket—"

Perkataan Navy terputus ketika mendengar salah satu lift tiba. Pintu itu terbuka dan langsung numpahkan isinya. Sementara itu ada sekitar lima belas orang di depan pintu hendak bersiap masuk lift tersebut. Karena terlalu lelah berdesak-desakan, Navy memilih untuk menyerah.

"Lah, lo enggak masuk?" tanya Red dengan kedua alis terangkat.

Navy menggeleng. "Gue terlalu capek untuk dempet-dempetan sama orang lagi."

"Oh, kalau gitu gue duluan." Laki-laki itu berkata demikian, kemudian memasuki lift yang masih sanggup menampung satu orang.

Navy tidak menjawabnya, toh Red sudah masuk lift. Sekalipun dia menjawab, lelaki itu tidak mungkin mendengarnya. Namun dengan perginya Red lebih dahulu, gadis itu bisa bernapas lega.

Sebenarnya, dia sedikit menahan napas saat berbicara dengan Red barusan.

Bukan, bukan hanya karena salah tingkah.

Tapi, karena hari ini dia baru saja mengonsumsi daun bawah dan sekotak susu siap minum. Yang artinya...

Dia tidak mau Red mengira dirinya pengidap halitosis.[]

• • •

Halitosis itu artinya penyakit bau mulut.

Aku minta maaf karena lupa jelasin halitosis itu apa sebelumnya.

Sampai jumpa di bab berikutnya♥️

I Wrote This at Midnight✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang