• s a t u •

81 9 0
                                    

Pagi itu Navy bangun tepat satu jam sebelum kelas Dokter Nina mulai. Saking terkejutnya, ibu jari kakinya menghantam kursi belajar.

Meski rasa sakit terasa sampai ubun-ubun, dia tetap berjalan cepat menuju kamar mandi. Biasanya gadis itu mandi sekitar lima belas menit, tapi tidak untuk hari ini. Dia akan memprioritaskan wajah dan bagian ketiaknya terlebih dahulu. Cuci muka untuk wajah terlihat segar dan ketiak untuk mencegah terjadinya bau badan. Dia pun hanya membasahi tubuhnya seperlunya saja.

Keluar dari kamar mandi, dia sibuk menyemprotkan body mist lalu disusul deodoran. Otaknya seakan-akan telah mengaktifkan alarm kebakaran yang merangsangnya untuk bergerak cepat seperti berada di dalam keadaan darurat.

Fight or flight.

Jika biasanya Navy bisa berdiri dalam durasi yang lama di depan lemari baju hanya untuk menentukan pakaian hari itu, kali ini dia hanya membuka, mengambil pakaian yang kali pertama dilihatnya, kemudian mengenakannya.

Gerakannya semakin tidak teratur saat matanya menangkap jam di mejanya. Di saat seperti ini, dia merutuki orang tuanya yang tidak mengizinkannya kost di dekat kampusnya. Hanya karena Om-nya pemilik apartemen ini dan masih terletak di satu regio dengan kampusnya.

Satu regio bukan berarti dekat.

Navy masih harus menempuh jarak sekitar 6 kilometer untuk mencapai kampusnya. Belum lagi ditambah kejadian tidak terduga yang bisa terjadi terjadi  kapan saja, membuat perjalanannya terasa dua kali lipat lebih jauh.

Dan sudah dapat dipastikan Jakarta pagi ini--atau setiap hari--sedang berperang dengan kemacetan. Navy mengetahui hal itu ketika dia sedang di balkon kamar untuk menjemur handuk kecilnya.

Hari ini dia memutuskan untuk naik ojol daripada menunggu TransJakarta.

Semoga enggak terlambat!

° ° °

Navy tiba di kampusnya lima menit sebelum jarum panjang jam menujuk angka dua belas. Sesekali dia mengecek grup chat LINE-nya untuk memastikan kelas belum dimulai. Beruntungnya, dokter muda itu belum tiba di kelasnya.

Ruang kelasnya berada di lantai 5. Hal ini membuatnya harus naik lift jika tidak ingin dirinya terkapar di tangga kampus. Dari kejauhan, salah satu lift terbuka dan dua laki-laki melangkah masuk. Ini adalah sebuah kesempatan bagi Navy agar tidak perlu menunggu lift satunya tiba.

Dia segera berlari dengan kecepatan maksimum sebelum pintu itu tertutup. Namun sepertinya mereka tidak melihatnya dan pintu tersebut dibiarkan perlahan menutup.

"Tunggu!" teriak Navy sambil mempercepat larinya. Suaranya bergema keras, sampai-sampai orang di sekitarnya menatap aneh.

Sayangnya, nasib baik juga sedang tidak mau berpihak padanya pagi ini. Tepat ketika dia sampai di depan lift, pintu itu tertutup rapat.

Seketika amarahnya memuncak. Tanpa peduli sorotan aneh dari orang yang berlalu-lalang dari koridor rumah sakit kampusnya, gadis itu mengumpat sederetan kata-kata tak pantas diucapkan maupun didengar. Apalagi dia adalah seorang perempuan, yang seharusnya berbicara dengan lemah lembut bukan seperti supir truk ketika ada motor belok tanpa aba-aba.

Karena terlalu sibuk mencaci maki, Navy tidak menyadari bahwa pintu lift itu terbuka lagi. Laki-laki yang menekan tombol buka itu bertukar pandangan bingung dengan teman di sebelahnya.

"Hei, mau masuk atau enggak?" tanya laki-laki yang menekan tombol itu heran.

Tubuh Navy terlonjak dan nyaris melompat. Umpatan tidak pantasnya terputus begitu saja. Lalu jantungnya seakan-akan berhenti berdetak, saat di melihat siapa pemilik suara itu.

Di hadapannya, orang yang dikaguminya sejak OSPEK sedang menatapnya bingung.

Selamat Navy! Kamu baru saja mencoreng impresi pertamamu di depan doi!

Ugh, stupid, umpat gadis itu lagi sebelum dia mengiakan pertanyaan laki-laki itu dan melangkah masuk lift dengan canggung.[]

• • •
Siapa cowok itu? 😂
• • •

Halo! Enggak bosan-bosan aku menyapa kalian di setiap akhir bab untuk sekadar ngobrol (satu arah) dengan kalian 😂

Bab ini memiliki jumlah kata yang banyakknya hampir menyaingi kategori fiksi remaja, yaitu ±650 kata. Semoga aku belum melanggar kaidah cerita yang boleh mejeng di short story yaa 😂😂

Baiklah, seperti biasa. Sampai jumpa di bab selanjutnya!

XOXO, Reina.

I Wrote This at Midnight✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang