• l i m a b e l a s •

35 4 0
                                    

Ketika kesialan itu menimpanya, Navy tidak sedang sendirian. Dari kanan, Carlia mendesis memberjtahu Navy agar tidak langsung buang muka. Sebisa mungkin Navy melakukannya meskipun otaknya memaksan untuk segera memalingkan arah pandang.

Mereka berdua bertukar tatap cukup lama, kemudian terputus ketika salah seorang teman Red memanggil. Tepat sebelum kontak mata mereka terputus, Navy menangkap senyum miring Red sekilas.

"Aktingmu lumayan," puji Tessa sambil menahan tawa. Suaranya tersendat seakan dilema apakah dia harus menahan tawa atau mendesis.

Carlia mengangguk setuju. "Seenggaknya, tingkahmu enggak begitu menujukkan bahwa pertanyaan konyolnya minggu lalu itu benar."

Sementara itu, Navu hanya dapat menghela napas. Walaupun detak jantungnya masih heboh, paling tidak dia bisa bertingkah—sedikit—lebih normal di hadapan Red. Kejadian hari ini memang di luar ekspektasi.

"Mau balik ke kelas enggak?" tanya Carlia. "Lima belas menit lagi kelas Dokter Fariza masuk."

Pertanyaan itu langsung ditanggapi anggukan komoak dari Tessa maupun Navy. Keduanya beranjak dari kursinya, namun tidak ada satupun yang bergerak meninggalkan meja. Terutama, Navy yang terlihat gelapan memikirkan bagaimana dia bisa melewati Red tanpa melirik ataupun salah tingkah.

"Lah, ayo balik," cetus Tessa bingung.

"Aku enggak bisa keluar kalau Navy masih berdiri di situ, Tess," balas Carlia menatap Navy bingung.

Navy meringis kecil. "Duh, aku—"

"Yaudah, aku yang jalan duluan," tawar Tessa. "Habis itu kamu," dia menunjuk Navy, "terus Carlia di belakang."

Seperti biasa, Tessa memang selalu bisa mengatur rencana sederhana yang baik dalam waktu singkat.

Dengan santai, Tessa melewati kursi Red yang memang sedikit menghalangi jalan keluar mereka dan meminta laki-laki itu bergeser.

"Sori, kursinya geser dikit ya," pinta Tessa tenang.

Red menatap Tessa sekilas, lalu menggeser kursinya. "Oh, ya. Sori."

Sebagai balasan, Tessa hanya mengangguk dan berlalu menuju pintu keluar diikuti Navy di belakangnya. Baik Navy maupun Red, keduanya menyadari kehadiran satu sama lain. Tidak seperti tadi, Navy menatap lurus tepat ke belakang kepala Tessa.

Ketika dia melangkah melewati meja Red, melalui penglihatan samping, Navy merasa Red memerhatikannya.

Atau mungkin, itu hanya perasaannya saja.[]

• • •

Well, memang awkward enggak sih kalau ketemu doi, apalagi nyaris ketauan gitu? 😂

I Wrote This at Midnight✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang