• d u a p u l u h d u a •

41 4 0
                                    

"Vy?"

Navy sedang asyik menumpahkan isi kepalanya ketika Vera memanggil sambil mendekat. Dengan cepat, dia menutup buku itu lalu memutar kursinya. Terlihat jelas gelagatnya yang terburu-buru itu. Membuat Vera menatap adiknya bingung.

"Ya! Ada apa?" sahut Navy secepat kilat.

"Kamu ngapain?" tanyanya. Dahinya mengerut dan matanya sedikit menyipit.

"Eng-enggak ngapa-ngapain kok!" jawab Navy—hampir—spontan. Tapi, sikap gelagapannya berkata sebaliknua.

"Kamu..." Vera mengambil selangkah maju. Mata sipitnya kian semakin menyipit.

"Aku... Kenapa...?"

"Lagi nulis cerita rated-R, ya?" Tanpa menunggu sahutan, Vera terbahak-bahak mendengar perkataannya sendiri.

Sadar kalau Vera sedang menggodanya, Navy lantas mengambil bantal anjing yang sering dipeluknya saat belajar dan melemparkannya ke arah Vera. Wajah wanita itu langsung terhantam. Alih-alih berhenti, justru tawanya semakin menjadi.

"Konyol!"

"Lagian..." Vera melanjutkan tawanya. "Mukanya kayak orang busted gitu."

"Kaget tahu!"

Masih tertawa sambil memegangi perutnya, Vera berjalan menuju tempat tidur Navy lalu mengempaskan bokongnya. Beberapa jenak berlalu, akhirnya suara tawa itu meredam.

Mereka terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Entah apa yang dipikirkan Vera sampai mengerutkan hidung. Sementara Navy berpikir keras untuk menyembunyikan buku catatan hariannya. Berjaga-jaga kalau Vera akan mengacak-acak meja belajarnya sewaktu dia sedang tidak awas.

"Kenapa tadi manggil?" tanya Navy memecah keheningan. Suaranya memang satu tingkat lebih rendah dari kakaknya.

Pertanyaan Navy mengembalikan Vera ke kondisi sebenarnya. Wanita itu menoleh, menatap Navy cukup lama hingga adiknya kebingungan, lalu bertanya, "kamu kenal Red, ya?"

Oh, shit. Kenapa dia malah ngajak ngomong soal Red?! Umpat batinnya.

"Uhm..." Jujur saja, dia bingung harus merespons apa. "Tahu aja sih, bukan kenal," jawabnya kemudian.

Navy menatap kakinya yang berbalut kasus kaki belel semata kaki berwarna cokelat muda menghindari tatapan Vera. Dia memang memiliki kebiasaan tidur menggunakan kaus kaki.

"Kamu tahu dia sepupu Desmond?"

Dia mendongak, lalu menggeleng. "Aku baru tahu tadi."

"Pantas kamu kayak kaget, ya?" tanya Vera lagi, dan dijawab anggukan saja. "Kamu ingat aku pernah cerita kalau ada sepupu Desmond yang bilang suka sama aku?"

Navy hendak mengangguk, tapi dia tersadar akan suatu hal. Tubuhnya membatu. Vera memang pernah bercerita bahwa ada salah satu sepupu Desmond yang terang-terangan menyatakan perasaannya. Tapi, Navy tidak pernah kepo siapa orang itu, jadi dia tertawa terbahak-bahak dan—agak—mengolok laki-laki itu.

Dia tidak menyangka laki-laki yang diolok-oloknya tahun lalu adalah orang yang dia sukai.

Red.[]

• • •

Maafkan update yang super lama ini. Aku baru kelar urus proposal 😂😂😂

Makin panjang ceritanya. Makin lama tamatnya. Maafkan saya 😂

Kurang lebih 5-6 bab lagi selesai kok.  Atau mungkin lebih ceoat daripada itu. Hehehe.

Part-part tentang catatan tengah malam Navy tidak aku hitung sebagai chapter cerita utama, meskipun ada andil 😂

I Wrote This at Midnight✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang