• t u j u h •

43 5 0
                                    

Gila.

Pertemuan tidak sengaja dengan Red telah membuat otaknya buntu. Pasca menuangkan isi kepalanya pada buku, pertanyaan apakah Red juga tinggal di apart yang sama dengannya justru semakin membuncah. Demi menenangkan otaknya, Navy memutuskan untuk tidur sebentar.

Tapi siapa sangka, sebentar itu berakhir pada dirinya bangun pukul lima pagi?

Dengan buru-buru dia bangun, melakukan rutinitas pagi secepatnya, sebelum akhirnya kembali ke meja belajar yang sempat ditinggal sebentar. Kondisinya masih sama seperti semalam. Selembar foto rongent, selembar kertas folio bergaris, dan berbagai macam alat tulis berserakan di atasnya.

Navy mendelik ke arah jam yang menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit. Sekiranya masih ada kurang lebih satu jam untuk melanjutkan pekerjaannya sebelum berangkat ke kampus.

° ° °

Navy berangkat ke kampus sengan sepotong roti di mulut, sekotak susu di tangan kanan, dan ransel tersandang di bahu kiri, gadis itu berjalan cepat—nyaris berlari—menuju lift. Sesampainya di depan lift, Navy—secara tidak sengaja—menonjok tombol lift tersebut.

Dan rupanya, hari ini Tuhan berbaik hati padanya. Tak lama dia menonjok tombol lift, pintu besi itu terbuka perlahan. Hanya ada satu orang laki-laki yang berdiri di dekat tombol lantai. Karena terburu-buru, Navy langsung melangkah masuk tanpa melihat orang tersebut. Dia hanya peduli dengan tombol di hadaon orang itu. Rupanya, lantai yang dituju mereka itu sama.

Dalam diam, Navy mengunyah roti itu dengan tangan kirinya. Mungkin bagi banyak orang, makan menggunakan tangan kiri tidak sopan. Namun apa daya, dia agak kidal—meskipun masih menulis dengan tangan kanan, tapi lebih banyak tangan kirinya yang bekerja.

Di tengah kediaman itu, suara orang yang berada satu lift dengannya memecah keheningan.

"Tali sepatu jangan lupa diikat," ujar orang itu. Suaranya terdengar sedikit nyaring, namun tidak senyaring suara perempuan.

Navy refleks menunduk menatap tali sepatu kanannya terlepas. Tanpa menatap orang tersebut, dia menyuap suapan besar rotinya sebelum berjongkok membetulkan tali sepatunya.

"Kelas pagi?" tanya orang itu lagi.

Tidak biasanya orang tak dikenal mengajaknya mengobrol di dalam lift. Sambil terus mengikat tali sepatunya, Navy menjawab, "iya."

Sesingkat itu. Bahkan, suaranya terdengar seperti orang berkumur karena rotinya belum halus terkunyah.

Beberapa jenak kemudian, orang itu kembali bersuara.

"Lo anak FKG, kan?"

Gila, ini orang kepo banget, batinnya.

Seselesainya mengikat sepatu, gadis itu bangkit sambil berujar, "enggak, bukan. Gue anak ekonomi." Suaranya terdengar sinis.

Udah tau kampus 2 itu cuma FK-FKG pake nanya...

Begitu melihat sosok orang itu, Navy langsung menyesalinya.

...lagi.

Laki-laki itu adalah Red.

Mati gue, runtuk Navy.

Red berdiri di dekat deretan tombol lantai sambil bersedekap. Dahinya mengerut sesaat sebelum akhirnya mengendur.

"Oh, gue kira lo anak FKG. Soalnya, gue merasa pernah lihat lo di kampus," ujarnya tenang. "Tapi kayaknya cuma mirip doang ya?"

Itu emang gue...

Navy ingin sekali meralat ucapannya barusan. Tapi dirinya sudah malu tidak karuan. Hari ini bertambah satu hal keburukan Navy yang terpampang jelas di mata Red.

Sinis. Makan pakai tangan kiri.

Navy hanya terdiam tidak menanggapi ucapan Red. Benar-benar memalukan. Rasa hangat menjalar dari pipi sampai telinganya, dan bilamana Red sadar, laki-laki itu bisa melihat semburat merah di kulit Navy

Begitu lift berdenting dan pintu terbuka, Red menekan tombol penahan agar pintu tetap terbuka.

"Duluan," ujarnya sambil mengedikkan bahu.

Navy hanya bisa menurut lalu berjalan melewati laki-laki itu dengan kepala tertunduk. Di belakangnya, Red berjalan keluar.[]

• • •

Harusnya, part ini aku publikasikan kemarin. Hanya saja aku keasikan pergi main sama teman, jadi lupa 😂.

Jadi, yah, semoga suka♥️

I Wrote This at Midnight✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang