• s e p u l u h •

48 4 0
                                    

Navy baru sadar bahwa hari ini adalah Sabtu, padahal dia sudah bangun pagi dan berpakaian rapih seperti ke kampus. Sekarang dia tidak tahu harus melakukan apa setelah mengganti pakaiannya menjadi lebih santai.

Gadis itu tinggal di apartemen tipe studio yang dulu pernah ditinggali kakaknya, Vera, semasa kuliah. Mereka kuliah di kampus yang sama, namun berbeda jurusan. Vera dulu kuliah sebagai mahasiswa kedokteran, sementara Navy memilih masuk kedokteran gigi.

Yah, secara tak langsung, Vera adalah senior Red.

Mengingat nama orang yang membuatnya patah hati itu, lantas Navy memukul pelan kepalanya. Dengan harapan, nama laki-laki itu tidak terlalu sering—atau berhenti—berkeliaran di kepalanya. Dia merebah tubuhnya di atas ranjang dan menghela napas.

Masih jam tujuh pagi, masih terlalu pagi untuk berpergian ke mal atau sekadar duduk santai di kafe depan apartemen.

Jika sudah seperti ini, Navy tidak bisa kembali tidur. Matanya terjaga karena sudah merasakan dingin dan segarnya air pagi.

Jalan-jalan aja kali ya? Pikirnya sambil berbaring di tempat tidur.

Lantas, Navy segera beranjak untuk mengambil jaketnya yang tergantung di belakang pintu kamar. Seperti namanya, jaket itu berwarna navy——biru kehitaman, kemudian bergegas keluar.

Udara pagi yang merembes melalui ventilasi besar dekat pintu darurat langsung menyapanya. Padahal sudah jam 7, namun embusan udara yang terasa seperti jam 5.

Sebenarnya daerah apartemennya bukanlah daerah district yang megah sampai punya trek lari atau taman yang luas. Namun jika dia mau, dalam kurun waktu sepuluh menit, Navy bisa sampai ke sebuah taman hijau.

Taman itu tidak begitu besar, namun cukup melelahkan jika melakukan lari satu putaran. Tidak hanya dipenuhi orang yang berolahraga, terdapat juga tukang jajan dan taman bermain untuk anak-anak. Dan tujuan Navy ke taman ini adalah makan bubur di salah satu tenda langganannya. Dia tahu tukang bubur itu karena kakaknya dulu.

"Mas, buburnya satu sama teh hangatnya ya. Pake sate telur puyuhnya dua," ujar Navy begitu menyadari tenda tersebut tidak begitu ramai. Pemuda itu mengangguk, sementara Navy berlalu menuju tempat duduk.

Sambil menunggu buburnya datang, Navy mengeluarkan ponselnya. Dalam sekejap, gadis itu sudah tenggelam dalam akun sosial medianya, khususnya Instagram. Di tengah asiknya menggulir lini masa, bubur pesanannya pun tiba. Navy mengucapkan terima kasih, sebelum kembali menatap layar ponselnya sejenak. Setelahnya, dia mematikan layar ponsel dan bersiap melahap buburnya.

Ketika dia hendak mengaduk buburnya, suara seseorang menghentikan gerakannya.

"Mas, buburnya satu ya."

Tenang, Vy. Tenang.

Demi menghilangkan rasa penasarannya, Navy pelan-pelan mendelik ke sumber suara.

Tepat di sebelah pemuda penjual bubur itu, Red berdiri dengan pakaian larinya.

Sendirian.[]

• • •

Kalau aku jadi Navy sih pasti deg-deg-an banget. Kalau kalian gimana? 😂

I Wrote This at Midnight✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang