Chapter 7

89 13 8
                                    


Natasha terkejut mendapati pintu kamar Halina terbuka, memberikan celah selebar sekitar lima sentimeter. Tidak biasanya Halina membiarkan pintu kamarnya tidak tertutup.

"Halina?" panggil Natasha.

Tidak ada jawaban.

Perlahan Natasha membuka pintu kayu itu dan heran melihat kondisi di dalamnya. Tempat tidur Halina berantakan. Yang lebih mengejutkannya adalah sebuah dasi kusut tampak terikat menggantung dari kepala tempat tidur. Sofia memang sering memanjakan Halina, tapi Natasha tahu sahabatnya itu bukan pemalas yang menunggu pelayan melayani kebutuhannya. Halina terbiasa merapikan sendiri tempat tidurnya sejak kecil. Jadi pemandangan di depannya jelas sangat aneh.

Natasha menatap kamar yang cukup luas itu. Tidak ada tanda-tanda Halina.

Natasha bergerak menuju toilet kamar. Pintunya terkunci.

"Halina?" kata Natasha sambil mengetuk pintu.

Tidak ada jawaban. Panik, Natasha mulai menggedor pintu itu. "Halina! Halina kau dengar? Ini aku, Nat. Kau di dalam?"

Masih tidak ada jawaban.

"Halina? Kau tidak apa-apa? Buka pintunya!"

Menyerah, Natasha berlari ke bawah. Dia bahkan nyaris jatuh saat menuruni tangga dengan tergesa-gesa. "Paman Albert!"

Natasha bahkan masih jauh dari pos keamanan tempat para security Mr.Dixon berada saat bertugas, tapi dia berusaha berteriak selantang mungkin.

"Paman Albert!!"

Pria tambun berusia hampir setengah abad itu menoleh heran memandang tingkah Natasha. "Kau pulang lebih awal Nat?"

Natasha sibuk mengatur napasnya sambil menunjuk-nunjuk ke atas, kearah kamar Halina.

"Ada apa Nat? Kau kenapa?"

"Hah, hah... Halina, Paman! Hah, hah... diatas... "

"Halina kenapa?"

Tanpa berkata apa-apa lagi, Natasha meraih tangan Albert dan menariknya masuk. Lebih tepatnya mencoba menariknya masuk. Tubuh langsing Natasha jelas tidak sebanding dengan Albert.

Tok tok tok.

"Halinaaa?" teriak Natasha setelah sampai di depan pintu toilet kamarnya. Albert yang tampaknya langsung memahami situasi berusaha membuka pintunya.

"Nona Halina? Tolong buka pintunya!"

Natasha mendengus. "Kalau dia mau membukanya aku tidak akan berlari membawamu kemari, paman! Dia tidak menjawab meski sudah kupanggil beberapa kali. Dobrak saja pintunya!"

"Dob-dobrak? Tapi... Mr. Dixon bisa marah."

"Menurutmu bagaimana reaksi Mr.Dixon kalau tau putrinya terkunci di toilet dan kita hanya diam saja?"

Sedetik kemudian Albert menerjang pintu toilet itu dan setelah beberapa kali berusaha, pintu itupun akhirnya terbuka.

"Paman, cepat hubungi jasa reparasi. Pintu ini harus terlihat sama seperti sebelumnya sebelum Mr.Dixon kembali minggu depan. Cepatlah!" ujar Natasha.

Dia tidak melihat bagaimana reaksi paman Albert karena begitu pintu terbuka, Natasha langsung melesat masuk.

Halina terbaring pingsan di dalam bathub yang berisi air dingin. Tubuhnya hanya terbelit handuk putih. Kulitnya sudah memucat dan pergelangan tangannya mulai membiru. Wajah Halina nyaris sama putihnya dengan handuk yang dia kenakan.

"Halina?" kata Natasha sambil mengguncangkan tubuh Halina. "Halina? Halina??"

Sadar Halina tidak terbangun, Natasha panik. Lagi.

Me, Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang