Chapter 25

42 15 10
                                    

Rick mengernyit menatap langit-langit ruangan tempatnya berbaring. Tampak asing. Oh iya, ini memang bukan kamarnya, hanya salah satu kamar hotel dekat bar. Rick bangun dan menatap tubuh polos yang terlelap disampingnya.

Siapa tadi namanya?

Rick hampir tidak pernah mengingat nama setiap pasangan one night stand-nya. Rick sibuk mengenakan kembali pakaiannya sambil mengamati wanita itu. Rambutnya pirang dan pendek, tubuhnya sexy seakan memang diciptakan oleh iblis pendosa untuk menjerumuskan pria, wajahnya yang lumayan cantik masih memiliki sisa make up, dan pakaiannya yang terbuka tergeletak di lantai di samping tempat tidur.

Sakit kepala membuat pandangan Rick agak berputar. Mungkin karena dia hanya tidur selama kurang dari tiga jam. Mungkin juga karena setengah botol vodka dan dua botol bir yang nyaris habis ditenggaknya tadi. Rick meraih botol air mineral lalu merebahkan tubuhnya di sofa. Dia meringis saat menatap jam tangannya dan menyadari bahwa saat ini baru pukul tiga pagi. 

Rick mencoba mengalihkan fokusnya dengan memainkan smartphone miliknya. Sebuah email tiba-tiba menarik minatnya. Email itu dikirim semalam, mungkin saat dia sedang berbicara dengan kedua orangtuanya. Rick membacanya dan tertegun.

Apa kau tahu siapa ayah biologis bayi dalam kandungan Halina? Bayi itu mungkin bisa menjadi sesuatu bagi Keith Holdings.

Ditatapnya kembali wanita di tempat tidur itu sambil berpikir. Sebuah ide muncul dalam kepalanya. Mencoba peruntungannya, Rick menelepon Jonan.

"Kau sedang tidur?" tanya Rick begitu panggilannya dijawab.

"Tidak. Aku sedang berkebun!" jawab Jonan ketus. Rick tersenyum. Sayup-sayup dia mendengar suara Felly mengeluhkan Jonan yang membuatnya terbangun.

"Kau bercocok tanam di ranjang Felly?"

"Tolong ingatkan lagi kenapa aku mau berteman denganmu."

"Sorry," ucap Rick.

"You're not!" sanggah Jonan sambil mendengus tidak percaya. Kali ini Rick tertawa pelan.

"Aku terpikir sesuatu. Dan aku butuh bantuanmu, Jo!"

***

"I'm sorry, tapi Mr. Smith masih belum kembali ke kantor," jawab Rebecca menyesal. "Aku benar-benar tidak tahu. Baik sekretaris ataupun asistennya tidak ada yang memberikan informasi apapun... Yah, baiklah. Selamat sore."

Diujung tempat satunya, Halina mendesah panik. Disaat dia akhirnya memiliki tekad untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Anthonio, pria itu justru tidak bisa dihubungi. Tentu saja Halina menyadari resiko yang menunggunya. Bukan saja Anthonio belum tentu mengakui bayi ini adalah bayinya, tapi juga kemungkinan bahwa Halina bisa saja terluka lagi. Tapi dia akan memikirkan itu nanti. Yang harus dia pikirkan sekarang adalah bagaimana menghindari pernikahan dengan Darren. Ah bukan. Membatalkannya.

Halina mondar mandir sambil menggigit jarinya. Kurang dari dua puluh jam kedepan, dia terancam menjadi Mrs. Sullivan. Halina menatap keluar kamar melalui jendela di balkon kamarnya. Halina mengernyit melihat banyaknya jumlah bodyguard yang mengelilingi rumahnya.

Jadi Daddy sudah memastikan aku tidak bisa kabur? Bagaimana sekarang?

Halina berbaring diatas tempat tidur, berusaha memaksa otaknya untuk memunculkan ide. Apapun. Setelah beberapa saat tidak menemukan apapun, Halina mulai berpikir apa yang akan dia lakukan jika dia benar-benar harus menikah dengan Darren. Dia punya waktu dua bulan sebelum bayinya lahir. Jika dia tidak bisa menghindari Darren, setidaknya Halina harus berhasil menyelamatkan bayinya. Dan untuk itu, dia berdoa agar Anthonio bisa menjadi jalan keluar untuk menjamin masa depan bayinya. Jika keselamatan dan masa depan bayinya harus ditukar dengan hidupnya sendiri, Halina akan berkorban tanpa berpikir lagi.

Me, Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang