Natasha panik.
Apalagi Halina terlihat shock dan begitu pucat. Gadis malang itu hanya terdiam tak merespon apapun perkataan Natasha sejak dua puluh menit lalu, ketika sambungan video call dari Mr. Dixon diputus sepihak. Sebagai anak yang ditinggalkan begitu saja di depan pintu panti asuhan saat masih bayi, Natasha sering termenung memikirkan orang tua kandungnya. Serta tentang bagaimana hidupnya seandainya dia bukan bayi mungil yang dibuang. Namun hari ini, untuk kali pertama dalam hidupnya dia bersyukur tidak mengenal orangtuanya, apalagi jika orang tuanya seperti pasangan Dixon.
Charlie dengan mudahnya mengirim putrinya ke sebuah negara yang hampir sepanjang tahun selalu basah. Goergia negara yang indah, tapi musim dingin disini lebih panjang dibanding negara bermusim sama di belahan dunia lain. Bahkan saat musim panas pun, suhu di Goergia tidak lebih dari tujuh belas derajat. Bagi gadis yang mengagumi kehangatan sinar matahari pagi seperti Halina tentu saja Goergia mungkin tak seindah gambaran orang-orang.
"Dia bahkan tidak bertanya dulu padamu," kata Nat sambil menatap cemas sahabatnya. Dan tentu saja, Halina masih terdiam. Nat mulai berpikir bahwa Halina berubah menjadi patung hidup. Patung yang cantik.
Setelah cukup lama terdiam bersama, Halina tiba-tiba berdiri. "Kau mau kemana, Halina?"
Gadis itu menjawab tanpa tersenyum, "Bersiap-siap. Kau juga dengar kan pesan Daddy tadi?"
"Minggu depan kau akan menikah dengan salah seorang pengusaha asal Australia. Aku sudah menyiapkan tiketmu dua hari lagi," kata Charlie.
"Me-menikah? Kenapa tiba-tiba..?" tanya Halina terkejut.
Charlie mendengus mendengar pertanyaannya. "Kau sendiri yang memilih untuk tiba-tiba hamil!."
"Lakukan saja, Halina. Ayahmu sedang berusaha menyelamatkan namamu. Setidaknya anak haram itu tidak akan lahir tanpa ayah sah secara hukum," kata Isabel lembut. Sayangnya alunan suara lembut ibunya itu terdengar bagai badai di telinga Halina. Bukankah ibunya juga seorang ibu? Kenapa sebutan anak haram itu sampai tega terlontar dari mulutnya?
"Kami tahu yang terbaik untukmu. Karena itu kami tidak mencari pria tua. Putra bungsu Keith Holdings masih muda. Kau bisa mengucapkan terima kasihmu dengan muncul di Sydney dua hari lagi. Pernikahan kalian akan digelar disana."
Nat terkejut. "Kau duduklah dan istirahat saja. Biar aku yang packing semua barang-barang kita. Apakah aku perlu menelepon persewaan mobil untuk mengantar kita ke bandara atau kita pergi dengan taxi saja?"
Halina berbalik dan menatap lurus kearah Nat. Raut wajahnya yang cantik nampak serius. "Aku tidak akan ke Sydney, Nat. Adelia seharusnya menikah di Sydney akhir bulan ini. Mungkin saat ini dia sudah ada disana. Smith Corp juga sedang mengerjakan proyek besar disana. Aku tidak akan kesana. Aku lebih memilih hidup sendirian bersama bayiku jika memang harus. Aku tidak ingin lagi berurusan dengan mereka!"
Kini giliran Nat yang terdiam.
Halina bergerak, melangkah menuju kamarnya. Namun sebelum berhasil masuk, Nat menahan lengannya, membuatnya berbalik dan berhadapan dengan wajah marah Nat.
"Bisa-bisanya kau bilang akan hidup sendirian dengan bayimu! Kau bermaksud membuangku juga? Seperti orang tuaku? Well, kalau begitu sayang sekali, karena kau tidak akan bisa menyingkirkanku dengan mudah. Aku akan terus mengikutimu kemanapun sampai kau akan lupa seperti apa rasanya sendirian!" Teriak Nat. Dia lalu menuju kamarnya dengan langkah kaki menghentak marah.
***
"Baby, sampai kapan kau akan seperti ini?"
Anthonio masih merasa pengar akibat banyaknya alkohol yang diminumnya semalam. Suara rengekan Adelia jelas bukanlah hal yang dia harapkan di pagi ini saat membuka mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me, Without Love
RomantiekMature Content Read at your own risk Sepuluh tahun lalu, Halina Dixon, gadis cantik penurut pujaan banyak pria, dipaksa menghadapi mimpi terburuk bagi kaum wanita. Dia dilecehkan dan diperkosa oleh pria yang dalam tiga bulan akan menjadi kakak iparn...