Chapter 4

113 14 2
                                    


Halina masih termangu menatap ponselnya. Sudah beberapa jam berlalu sejak pesan terakhir dari Darren yang dia baca, tapi karena bingung Halina belum memutuskan bagaimana membalasnya.

Hampir tiga minggu ini Halina menghindari acara keluarga yang melibatkan pernikahan kakaknya. Ralat, yang melibatkan Anthonio. Oh tentu saja Anthonio berulang kali mencoba menghubunginya. Telepon, pesan, bahkan pria itu pernah menanyakan dirinya secara langsung pada pelayannya dirumah tapi Halina menolak bertemu. Mengikuti nasehat Natasha membuatnya terpaksa menghabiskan hampir seluruh waktunya dirumah. Memikirkan universitas, begitulah alasannya saat orang-orang mempertanyakan tingkahnya.

Dan sore ini Darren mengirim pesan.

Hi beautiful. How have you been?

Hello to you too, Darren. I'm fine

Kapan terakhir kali aku melihatmu? Ah ya, saat makan malam setelah pertunjukan Skylar.

Yah. Sudah beberapa minggu yang lalu.

Adelia bilang kau sibuk untuk memutuskan universitas mana yang akan kau ambil.

Hmm. Mau memberi nasehat?

Aku khawatir nasehatku tidak cocok untukmu, little girl.

Hey, aku akan segera masuk universitas! Aku bukan lagi little girl.

Yah. Aku sangat menyadarinya. You're pretty girl now.

Halina ingat bagaimana dia tersipu membacanya. Darren selalu bersikap baik dan manis padanya. Sekarang setelah dia mampu membedakan perasaannya sendiri, Halina menyadari perasaannya pada Darren persis seperti apa yang dikatakan oleh Natasha. Sangat berbeda dengan apa yang dirasakannya untuk Anthonio. Perasaan yang membuatnya gelisah setiap kali melihat mobil pria itu memasuki halaman rumahnya. Suara samar pria itu dari ruang keluarganya selalu sukses membuat Halina ingin mengintip dari kamarnya. Butuh tekad luar biasa agar dirinya tetap tinggal di kamarnya.

Halina masih melamunkan Anthonio saat pesan Darren yang lain masuk ke ponselnya.

Wanna go out with me?

Where to?

Kemanapun kau mau. Tapi sebagai permulaan, aku bisa memesan tempat di Golden Mary.

Karena pesan itulah Halina termangu hingga beberapa menit berlalu. Golden Mary adalah salah satu restoran mewah di kota ini dengan serentetan menu menggiurkan yang harganya luar biasa mahal. Halina belum pernah mencicipi kemewahan Golden Mary, tapi orangtuanya merayakan ulang tahun pernikahan mereka disana tahun lalu. Dan tagihannya cukup membuatnya terkesima.

Golden Mary jelas bukan tempat yang cocok untuk membahas hal-hal biasa atau topik seputar universitas. Tapi Darren baru saja mengajaknya kesana. Oh God, apa Darren baru saja mengajaknya berkencan?

Bagaimana ini? Apa sebaiknya aku tanya Natasha?

Tapi Natasha sudah mulai bekerja di sebuah restoran sejak minggu lalu dan malam ini dia bertugas malam. Halina tidak ingin mengganggunya hanya karena pertanyaan Darren.

Bingung menjawab apa, Halina membiarkan ponselnya tergeletak di tempat tidur. Dia lantas beranjak menuju pintu kamarnya. Tepat saat berdiri menatap pantulan bayangannya di depan cermin di kamarnya, Halina tertegun lalu mendesah.

Tidak, tentu saja tidak. Gadis sepertimu bukan tipe Darren. Sadarlah, dia mungkin hanya kasihan karena kau terlihat terpuruk selama beberapa minggu terakhir dan bermaksud menghiburmu, ucap bayangannya.

Me, Without LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang