[20] Broke Up

380 57 7
                                    


"Broke Up"
A fictional writing by chanpage


Kalau biasanya sekretariat selalu gaduh entah itu karna suara tawa Youngjae yang menggelegar, pertikaian antara Joy dan Changkyun atau karna suara iringan gitar yang disusul dengan suara melengking Jaehwan. Tapi siang ini ruangan dengan ukuran cukup luas itu mendadak hening.

Hening karna tiba-tiba Kim Sejeong-gadis yang selalu ceria itu-muncul di depan pintu dengan wajah berurai air mata.

"Sejeong..."

Belasan pasang mata di ruangan itu dengan kompak beralih pandang pada sosok Doyoung yang berdiri tepat di belakang Sejeong. Pemuda itu terlihat gelisah, berkali-kali dia mencoba meraih lengan Sejeong tapi berkali-kali pula gadis itu menepis tangannya.

"Bubar-bubar..." Jaehwan jadi orang pertama yang memahami keadaan, langsung menggiring kawan-kawannya keluar dari sekre. Bermaksud memberikan waktu pribadi untuk pasangan ketua-waketu itu.

"Semangat bro, kalo emang udah waktunya putus kasih tau gue ya." bisik Daniel.

Doyoung tahu kalau Daniel hanya bermaksud bercanda, tapi Doyoung sedang dalam mode senggol-bacok hingga candaan Daniel ia balas dengan tatapan tajam.

Semua orang keluar, menyisakan Sejeong yang kini duduk di kursi pojok ruangan dan Doyoung yang masih berdiri di depan pintu yang tertutup. Suara isak tangis gadis itu bahkan semakin terdengar jelas di telinga Doyoung.

Pemuda itu menghela nafas panjang dan berat sebelum akhirnya menghampiri gadis itu, mengambil tempat di sampingnya.

Selang lima menit berlalu isak tangis gadis itu tak lagi terdengar. Doyoung melirik, memastikan kalau tangisan kekasihnya itu sudah benar-benar mereda. Dan benar, air mata Sejeong tak lagi menetes, menyisakan jejak bekas air mata di wajahnya.

Seharusnya itu jadi waktu yang tepat bagi Doyoung untuk menjelaskan semuanya. Hanya saja sedari tadi pemuda itu tetap diam dan tak henti-hentinya melirik ke samping.

Sejeong sebenarnya gerah-benar-benar gerah. Bukan karna AC sekre yang rusak hingga membuat ruangan menjadi gerah, melainkan tingkah Doyoung yang hanya diam. Padahal ia butuh banyak penjelasan dari pemuda itu.

Ada banyak kata yang ingin Sejeong katakan, lebih tepatnya rentetan kalimat makian sudah mengumpul di ujung lidahnya. Tapi gadis itu memilih menunggu. Menunggu sekaligus ingin melihat apa yang akan dilakukan seorang Kim Doyoung.

"Aku minta maaf," agaknya Sejeong cukup terkejut dengan pergerakan Doyoung yang terlalu tiba-tiba. Pemuda itu kini berpindah posisi menjadi jongkok tepat di depannya. "Aku ngaku salah,"

"Oh, jadi kamu beneran ngaku lagi deketin maba genit-"

"Sejeong dengerin aku dulu," sela Doyoung. Ia meraih tangan Sejeong, mencoba untuk menggenggam tapi gadis itu kembali menepis tangannya.

"Apa aku aja gak cukup, Doy?" tanyanya lirih. Rasanya air mata kembali menggenang, bersiap untuk meluncur bebas dari kedua matanya. "Kalo emang kamu udah bosen sama aku bilang, biar kita bisa akhiri-"

"Gak ada yang bisa diakhiri." Doyoung kembali menyela, hanya saja nada bicara pemuda itu terdengar berbeda. Lebih tajam, tidak lembut seperti sebelumnya. "Ini cuma salah paham."

Sejeong tertawa. Keras dan menggelegar. "Salah paham?? Aku jelas-jelas liat dengan mata kepalaku sendiri waktu kamu nyamperin maba itu, muji dia cantiklah, ngegombal bahkan sampai ngajak makan siang bareng."

DOYOUNG BIRTHDAY PROJECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang