Surat untuk 2018

521 10 0
                                        

                                        Kediri, 1 februari 2019

Halo bung, selamat sore.
Bagaimana kabarmu? Sehat selalu bukan? Masihkah menanam dendam ?.

Bung, abaikan saja seluruh cibiran yang tersirat.
Mereka hanya menggunjing dan menghasut.
Hey bung! Dengarlah hikayatku, semenjak kita berselisih banyak perihal yang bersua,  kau tau?.
Dusun yang lampau kita diami sungguh menanjak pesat, gubuk yang sering kita langsungkan sandiwara di dalamnya sekarang rata dengan tanah.
kini menjelma bangunan mewah penuh ruah, dan rute paralayang terus dikebut.
Perkara semakin mencuat dalam dirimu dan diri seusaimu bung.
Bung kenapa? Tolong jelaskan padaku sawah dan ladang habis di negeri agraris ? Kenapa bung ? Adakah prakara batil dalam komposisi benih yang kau tabur dan kau kubur ?.
Aku sama sekali tak memahami, kenapa diskriminasi terus mengusik menakut-nakuti.
Hey bung!, coba jabarkanlah semua ini supaya bisa ku benahi di masa nanti, aku janji!
Bung sungguh, aku tak mau usai ketiadaanmu.
Segeralah berenkarnasi ke diri seusai mu.
Lalu aku akan menjemput kelahiranmu.

Aku rasa cukup sampai disini, hanya itu yang bisa aku seratkan kepadamu bung.
Sampaikan salamku kepada ibu yang akan mengandungmu di hari renkarnasimu.
Salam hangat dariku semoga sehat selalu, doaku menyertaimu.

Sahabatmu.

-bmpl-

PROSA SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang