Shinhye menatap wanita di depannya itu dengan keheranan. Ia menatap Shinhye seolah-olah ia telah melihat sesuatu. Tubunya tampak bergetar, serta wajahnya pucat pasi. Air matanya tertahan, ia mencengkeram dadanya dengan satu tangan, amat kuat."Ibu! Ibu! Ada apa denganmu?" Yonghwa panik saat melihat wajah pucat ibunya. Penyakit jantung kambuh lagi dan menyerang sistem aliran darah.
"Nyonya? Anda baik-baik saja?" Tuan Park juga bertanya memastikan.
Sementara Shinhye semakin kebingungan, menatap ketiga orang itu secara bergantian. Ia menjadi ikut panik. Merasa bahwa ialah yang menjadi penyebabnya, hanya lantaran wajahnya berubah pucat dan penyakitnya kumat ketika menatap Shinhye, meskipun ia amat sangat tak mengerti. Tentu saja bukan dia, memangnya dia sudah melakukan apa? Mengenal saja tidak, melihat wajahnya saja baru sekali ini, lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Nyonya Jung merasa semua yang dilihatnya menjadi suram, suara-suara yang didengarnya semakin menjauh dan hampir menghilang. Beberapa detik berikutnya, ketika tubuh itu tak lagi mampu bertahan, maka wanita itu ambruk dan pasrah ditelan kegelapan.
"Ibu...!" Teriak Yonghwa. Ia segera mencoba membangunkan Ibunya yang tak sadarkan diri.
"Paman, tolong Ibu!" Yonghwa kebingungan bukan main. Menepuk-nepuk pipinya serta mengguncang tubuh wanita itu.
"Kita bawa ke rumah sakit, Paman!""Telpon Ambulans lebih cepat!"
"Terserah! Yang penting Ibu tertolong!" Sergah Yonghwa tak sabar.
Tuan Park segera menghungi Ambulan, tak sampai sepuluh menit, ambulans datang dan segera memberi pertolongan.
+++++++¤¤¤¤¤¤+++++++
Kilasan masalalu kembali menghantui. Menyerang ketenangan Ibu Yonghwa tanpa ampun. Ketika berada di rumah duka, saat ia turun dari mobil, wanita itu ia sudah menyiapkan berlembar-lembar cek untuk diisi dengan nominal uang yang mereka inginkan dan dengan senang hati menerima uangnya.
Dan dengan rasa percaya dirinya, ia beranggapan bahwa keluarga tersebut sudah merelakan anaknya yang sudah meninggal. Justru ia begitu khawatir karena putra semata wayangnya saat ini sedang menjalani masa pemulihan pasca operasi. Pasti putranya sedang kesakitan berjuang dengan maut ketika berada di ruang operasi. Ia mengirim Yonghwa ke rumah sakit ternama di Amerika, dengan tunjangam fasilitas alat medis yang lengkap dan terjamin.
Ia berencana mewakili Yonghwa untuk meminta maaf dan mengungkapkan penyesalannya, tetapi tentu saja itu tak murni berasal dari hati. Ia hanya perlu menyelesaikan masalah dan putranya segera bersih dari kasus, suaminya juga telah menyelesaikan masalahnya di kantor polisi, jadi ia masih bisa tenang nanti jika nanti mereka sibuk menuntut masalah ini itu, karena telah ada polisi yang akan mengurusnya.
Namun melihat kemurkaan gadis itu, seketika ia merasa menciut. Hatinya seakan dicabik-cabik oleh belati saat ia menyadari bahwa seseorang telah kehilangan. Seakan-akan ialah yang kehilangan. Nuraninya mendadak muncul saat melihat tangisan memilukan dari seorang gadis. Kecelakaan itu jelas tak disengaja, tetapi semua mungkin tidak akan terjadi jika saja saat itu anaknya tidak mengendarai seperti seorang pembalap ketika berada di jalan umum.
Suara-suara itu terus terngiang di telinga. Nyonya Jung menangis dalam keadaan berbaring tak sadarkan diri. Ia terus menerus menangis dengan mata terpejam. Rasa bersalah itu selalu dibawa kemanapun ia pergi, benar-benar menganggu separuh jiwanya, bahkan ketenangan saat tidur. Sangat sulit untuk mengakhiri apa yang telah menjadi bayang-bayang kesalahan masalalu. Ia merasa telah merenggut kebahagiaan seorang gadis.
Keluarga korban dan bahkan gadis itu tidak menuntut sebuah pertanggung jawaban, dan seharusnya pun Nyonya Jung merasa lega. Namun, wajah seorang gadis dengan suara tangis yang menggetarkan sanubari telah merobohkan tembok kesombongan yang dimiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING YOU 2(✔️)
Fiksi PenggemarTidak semudah itu Shinhye melupakan masa berkabung ketika kehilangan seseorang yang dicintainya. Satu bulan menjelang upacara pernikahannya, yang ada malah berganti upacara pemakaman tunanganya yang meninggal karena kecelakaan. Hingga hampir 3 Tah...