Pagi mentari sudah menjelang, sinar matahari menerobos ke jendela kamar. Stella membuka matanya, menatap langit-langit kemudian menengok kejendela. "Aku ada dimana ini," Gumam Stella dalam hati.
Kemudian dia menengok kesamping, mendapati seorang laki-laki lagi terlelap. Stella terkejut, baru sadar apa yang telah terjadi semalam. Stella langsung beranjak bangun sambil mungutin pakaiannya cepat-cepat ia memakainya, matanya berkaca kaca, lantas jatuhlah bulir air bening itu kepipinya.
Kemudian Stella mengambil tasnya, terus langsung keluar dari apartement tanpa meninggalkan pesan. Lalu Stella menuju lift, dalam keadaan berantakan wajah kusam pucat lemas, pintu lift pun terbuka Stella masuk dan menekan tombol angka satu, tubuhnya ia sandarkan kedinding lift.
"Apa yang telah aku lakukan semalam ya Tuhan! hiks . . . . hikzz ibu . . . . ayah . . . . maafin Stella, Stella sudah kotor ampuni aku Tuhan." Ungkap Stella sambil terisak histeris didalam lift menyebut nama orang tuanya. Stella sangat menyesali perbuatannya, kenapa? dia bisa lemah ga bisa berontak, kenapa Rey jahat sama dia, kenapa Rey menolongnya kalo akhirnya dia menyakitinya dan membuat dia hancur.
Pintu lift terbuka Stella keluar lari untuk menyetop Taxi, ia masih terisak mata bengkak pipinya penuh air mata. Beberapa kemudian Taxi datang Stella menyetopnya, ia masuk dan dia ngak tau mau kemana sekarang. Pikiran dia hanya ingin sendiri, ingin pergi jauh yang ngak akan bisa ditemukan Reyneis si laki-laki playboy cap kadal, tapi Stella bingung dia sudah ngak punya siapa-siapa lagi, dia hanya sendirian, orang tuanya meninggal, saudaranya entah kemana nggak meduliin Stella lagi.
Stella hidup sebatang kara, dia kuliah sambil bekerja paruh disebuah Biliyard, tapi nasib menghampirinya. Stella dipecat dari tempat Biliyard karena ga masuk akibat terlambat. Kini Stella benar-benar gadis malang, dia mau cari kerjaan kemana sekarang? Sedangkan Jakarta susah untuk cari kerjaan.
Stella berada di pantai, matanya lurus menatap unjung pantai dalam pikiran kosong, yang dia rasain tubuhnya sakit semua lemas gak ada tenaga, karena dari kemaren belum makan. Dia ngelamun bingung harus kemana, bingung gimana bayar kontrakannya nanti, tabungannya sudah menipis.
"Ibu Ayah kenapa kau tega ninggalin Stella sendirian disini hikz ibu hikz Stella sangat membutuhkan ibu." Ungkap Stella memanggil kedua orang tuanya. Beberapa detik Stella pingsan, apa yang terjadi dengan Stella? Adakah orang yang baik menolongnya? Semoga Stella baik-baik saja.
•••••
Ditempat lain di dalam apartment yang masih bergelung diatas ranjang sedang menggeliat, tangannya meraba-raba disebelahnya nggak ada kosong.
Rey langsung bangun bersandar dipunggung ranjangnya. "Stella! Stella! Stella!" Panggil Rey mencari Stella, tapi nggak ada sahutan sama sekali. Rey panik ia mengambil celana boxernya lalu memakainya. Ia menuju kamar mandi, dibukanya pintu kamar mandi tapi kosong.Rey panik, kemana Stella pergi, kenapa? dia pergi tanpa meninggalkan pesan, tapi pergi kemana dia?
Rey mengacak rambutnya frutasi, "Gue harus mencarimu Stella, karena gue udah tertarik sama lo gue penasaran sama lo, meski kita baru ketemu tapi gue sangat tertarik sama lo."Reyneis masuk kekamar mau membersihkan diri, karena hari ini ada jam kuliah. Ia sudah siap mau pergi, ia keluar dari kamarnya menuju ruang makan sambil memanggil Mba yang bekerja di apartementnya untuk membuatkan bekal Sandwich Egg kesukaannya .
Drrrr drŕrr drrrrrr
Ponsel Rey berbunyi, dia meraihnya di nakas dan liatnya siapa yang menelphonenya. Ternyata itu panggilan dari nyokabnya.
"Hallo Mama."
"Sudah bangun?"
"Iya ini Rey udah mau jalan Ma."
![](https://img.wattpad.com/cover/177332265-288-k779552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HE'S MY SON ✓ SELESAI [ END ] // SUDAH DI TERBITKAN
Romance🔞Warning🔞 Reyneis Bastian Digantara pria remaja berusia 20 tahun, dia seorang Playboy. Suka gonta ganti pasangan, dia hobby pembalap mobil, pembalap motor, memiliki Club, dan juga Caffe. Kadang juga dia suka photographer jika ada orang yang mau...