Part 45

10.7K 539 32
                                    

Stella terbangun dari tidurnya, karena ia merasakan tidak nyaman di bagian bawah sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Stella terbangun dari tidurnya, karena ia merasakan tidak nyaman di bagian bawah sana.  Jika Stella sedang kedatangan tamu memang sangat menyiksa bagi dirinya. Semuanya terasa sakit, di tambah darah kotornya sangat banyak keluarnya. Kadang sehari sampai tujuh kali berganti pembalutnya. Stella beranjak bangun, dengan pelan ia melepas tangan Rey yang memeluk perutnya. Niat Rey ingin mengurut perut Stella yang sakit, malahan ikut tertidur juga. Apa lagi Rey memang kurang tidur selama tiga hari ini. Stella melihat jam yang bergantung di dinding tepat depan ranjangnya. Masih jam tiga siang, hari ini menurut Stella waktunya sangat lama. Padahal menurut Stella, ia tadi sangat lama tidurnya. Ternyata masih siang. Stella melangkah ke kamar mandi sembari membungkuk memegangi pinggangnya yang masih terasa sakit dan linu. Setelah mencuci dan berganti, ia kembali keluar dari kamar mandi.

Stella mengecek spreinya, takut ada nodanya. Setelah di check ternyata tidak ada. Lalu Stella naik ke ranjang dan kembali terbaring lagi. Merasakan ada pergerakan di sampingnya, Rey membuka kedua matanya.

"Kenapa? Masih sakit perutnya?"

Stella mengangguk. Ia meminta Rey untuk mengganti botol yang terisi air panas. Karena sudah dingin, Stella minta ganti air panas yang baru. Rey pun langsung beranjak, mengambil air panas di dapur. Rey tidak perlu turun ke lantai satu, memang di lantai dua ada kitchen set kecil. Tapi tidak untuk buat masak, itu kusus untuk menyimpan keperluan Reyent putranya. Seperti susu, dot, alat buat sterile dot atau empeng, air panas,  dan juga cemilan Reyent. Di bawah juga ada, di lantai atas ini persediaan jika malam Reyent terbangun lapar ingin minum susu. Jadi atas bawah Rey menyediakan untuk putranya.

Rey sudah kembali mengambil air panasnya. Rey naik keranjang dan duduk bersandar sembari menyingkap kaos Stella ke atas. Lalu Rey meletakkan botol yang terisi air panas. Rey mengambil minyak yang Nancy letakkan di atas nakas. Di oleskan-nya ke perut dan pinggang Stella.

"Rey maaf membuat mu repot!" Lirih Stella merasa tidak enak.

"Ngomong apa barusan, hem? Aku nggak dengar!" Kata Rey pura-pura tidak dengar, "Stella Digantara, dengar baik-baik ya! Kamu istriku, dan aku suamimu. Kamu lagi sakit masa aku tinggalin kamu, membiarkan kamu kesakitan sendirian di sini. Jadi ini sudah tugasku, untuk mengurus mu, aku tidak pernah merasa di repotkan sama istriku sendiri. Begitupun jika aku sakit kamu melakukan hal yang sama. Jangan pernah ngomong gitu lagi ya! Aku tidak suka dengarnya." Ujar Rey sembari merengkuh Stella kepelukannya.

Stella hanya mengangguk. Kedua matanya berkaca-kaca. Stella terharu dengan ucapan Rey. Ternyata suaminya benar-benar berubah. Rey menatap pintu kaca balkon yang terbuka kordennya. Di luar sedang hujan deras, pasti putranya di bawah rewel ingin hujan-hujanan. Setiap hujan Reyent selalu lari di teras samping rumah sembari tertawa kegirangan dan loncat-loncat. Sifat Reyent seperti Rey waktu masih balita dulu. Ternyata benar dugaan Rey, terdengar tangisan dan teriakan Reyent minta di turunin dari gendongan Darmi.
"Ga-ga-jan-jan-Ti-ga-Ti-jan-ga!" Teriak Reyent.

HE'S MY SON ✓ SELESAI [ END ] // SUDAH DI TERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang