Part 15

28.4K 1K 56
                                    

Jam menunjukkan tepat pukul dua siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jam menunjukkan tepat pukul dua siang. Rey sudah berada di ruang operasi. Dan Rey terbaring di atas meja operasi dengan di kelilingi Dokter Kabul, Dokter Serly dan para perawat yang sudah siap ingin melakukan pembedahan. Para Dokter dan perawat sudah siap ingin membedah kaki Rey bagian lututnya. Dokter Kabul dan Dokter Serly terlihat sangat fokus ketika sedang membelah lutut Rey. Dokter Kabul menangani pasiennya dengan baik. Sebagai Dokter ia berharap operasinya berjalan dengan lancar.

Di luar depan ruang operasi ada kedua orang tua Rey, sahabatnya, Kakaknya juga ada Stella yang duduk paling pojok sembari merapalkan do'a agar operasinya lancar. Kepalanya menunduk sedari tadi, ia tidak tau jika ada Avie mantannya Rey yang telah memperhatikannya dengan tatapan sinis. Avie tau karena Stella, ia tidak bisa mendekati Rey lagi. Baginya Stella adalah wanita penghalang. Setelah mendengar hubungan Rey dengan Frisca berakhir, Avie mulai mengejar Rey kembali. Tetapi Rey selalu mengabaikannya, karena hati Rey sudah ada nama Stella. Apa lagi sudah ada seorang putra penerus darahnya, jadi hati Rey sudah mantap ingin memiliki Stella.

Dendra sehabis di hajar oleh Vito sampai masuk rumah sakit kemaren. Saat ini sudah berada di dalam jeruji. Sebenernya Vito kemaren belum puas menghajar Dendra karena masih hidup. Kalau tidak ada Om Galang dan Farel mungkin Dendra sudah tidak bernyawa lagi. Kemaren Vito seperti kerasukan iblis. Dia masih tidak terima atas perbuatan Dendra yang sangat licik.

Avie ingin menghampiri Stella, namun keduluan Wia menghampiri Stella juga, sembari membawa air mineral untuk Stella.

"Stella ngapain sendirian disini? Mending gabung di sana sama kita! Ini minum dulu kamu haus kan!" Ujar Wia menawarkan air mineral. Lantas lamunan Stella pun buyar.

"Eh ya Mba Wia terima kasih," ucap Stella tersenyum. Matanya merah menahan tangis. Kenapa ia sudah mau menerima Rey? Tapi Rey kena musibah. Kenapa ia sudah senang putranya akan bertemu dengan Ayah kandungnya? Tapi Tuhan menghalangi. Apa dia tidak pantas mendapat kebahagian?

Sebelum kejadian kecelakaan Stella sudah bahagia mendengar kejujuran Rey, ungkapan Rey. Apa lagi Rey mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Dan juga mendengar Rey ingin mengenalkan dirinya dengan keluarganya, melamarnya, Stella kelihatan bahagia, karena putranya akan bertemu dengan Ayah kandungnya. Namun, sebelum ia mempertemukan putranya dengan Ayahnya, tetapi cobaan menghampirinya.

"Kamu menangis? Rey tidak apa-apa kok percaya deh. Stella apa kamu sudah mulai jatuh cinta dengan si kadal Rey?" Tanya Wia. Stella langsung terkesiap mendengar pertanyaan Wia.

"Em-em-anu Mba!" Jawab Stella terbata sehingga kehilangan kata-kata tidak bisa menjawab.

"Jujur saja sama saya Stella," desak Wia lagi, semakin membuat Stella salah tingkah.

"Nggak apa-apa kalau tidak mau jawab Stella, tapi jangan melamun lagi ya." Stella tersenyum. Wia Managernya sangat baik. Kadang Stella merasa tidak enak dengan karyawan lainnya. Ia takut ada yang iri sama dia. Entah karena apa? Juga Stella tidak tau kenapa Wia memperlakukan Stella sangat istimewa.

HE'S MY SON ✓ SELESAI [ END ] // SUDAH DI TERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang