Part 32

11.6K 525 27
                                    

Pulang dari taman, Stella langsung masuk kamar. Ia berdiri di balkon kamarnya, kedua tangannya terkepal. Matanya berkaca-kaca, dan dada-nya kembali sesak jika mengingatnya. Dulu ia seperti pengemis, tapi tidak ada yang peduli sama dirinya. Rey masih bingung dengan perubahan sikap istrinya. Rey menyerahkan putranya sama Lia. Lalu Rey menyusul Stella masuk ke kamar. Sampai di kamar Rey mencari keberadaan Stella.

Rey menghampiri Stella yang berdiri di balkon, "sayang!!!" Panggilnya sembari memeluk dari belakang dan mencium pipinya. "Kamu kenapa!?"

Stella masih tetap diam, lalu Rey memutar tubuh Stella. Rey tertegun dan bingung melihat Stella yang sudah terisak. Rey menghapus air mata Stella dan mendongakkan dagunya. Saat Stella mendongak air matanya semakin deras. Rey langsung memeluknya, Stella langsung menumpahkan tangisannya di pelukan suaminya. Melihat istrinya terisak seperti itu, Rey mempererat pelukannya.

Rey penasaran, sebenernya siapa orang yang di lihatnya tadi? Kenapa istrinya tiba-tiba terisak seperti ini?!

Rey menggendong istrinya ala bridal style untuk di bawanya keranjang. Rey duduk di pinggir ranjang sembari memangku Stella. Setelah Stella sudah agak tenang, Rey mulai bertanya. Stella menceritakan-nya, bahwa orang yang di lihatnya tadi adalah Pamannya. Paman suami Bibinya, Kakak dari mendiang Ibunya Stella.

Dulu, saat mendiang Ibunya mau di operasi, sangat membutuhkan dana yang begitu besar. Stella mencoba datang kerumah Bibinya yang bernama Nurti. Ia ingin meminjam uang untuk operasi mendiang Ibunya. Baru sampai pintu, bahkan belum di persilahkan untuk masuk. Bibinya sudah menolaknya. Bibinya bilang, "pamanmu bukan orang kaya, dan pamanmu bukan pabrik uang!"

Stella sudah memohon seperti orang pengemis, tetapi Bibi dan Pamannya mengabaikan-nya. Boro-boro memberi pinjaman uang, berinisiatif menjenguk ke Rumah sakit saja tidak. Stella ke rumah Bibi dari mendiang Ayahnya. Sampai di rumah Bibinya pun hasilnya sama. Bibinya tidak mau membantu. Tidak mau memberi pinjaman uang untuk operasi mendiang Ibunya. Stella sudah ke sana ke mari seperti orang pengemis. Tidak ada orang yang mau memberi pinjaman uang. Alangkah susahnya cari pinjaman uang. Ia ingin pinjam ke Bank tapi takut, tidak memiliki jaminan.

Padahal Mendiang Ibunya dulu sangat kritis harus segera di operasi. Tapi rumah sakit mengatakan harus membayar administrasi dulu. Baru berani melakukan operasi. Karena telambat operasinya, akhirnya mendiang Ibunya Stella tidak tertolong lagi. Tuhan lah yang telah menolongnya, Tuhan lah yang lebih sayang sama mendiang Ibunya.

Rey menahan amarah, setelah mendengar cerita Stella. Kedua tangannya terkepal ingin menonjok seseorang. Kenapa Tuhan tidak mempertemukan-nya dengan Stella dari dulu?

Andai dulu bertemu dengan Stella mungkin mendiang Ibunya Stella bisa tertolong! Ini sudah takdir Tuhan sudah mengaturnya. Mulai sekarang Rey akan menjaga istrinya dan putranya. Tidak akan membiarkan orang yang berani menyakiti istri dan putranya.

"Sudah jangan menangis lagi ya, itu sudah lewat lupain saja. Anggap saja tidak memiliki keluarga seperti mereka. Jika di ingat terus nanti kamu sedih lagi. Aku tidak mau melihat air matamu demi orang bangsat itu. Air matamu hanya untuk ku dan Reyent. Jangan nangis lagi, hem!" Ucap Rey sembari menghapus air mata Stella.

Stella memeluk Rey begitu erat, menumpahkan semua tangisannya. Ia sangat merindukan kedua Mendiang orang tuanya. Rey mencium puncak kepalanya, mengelus punggungnya untuk menenangkan istrinya. Lia mengetuk pintu kamarnya ingin mengambil pampers. Karena pampersnya ada di dalam kamar Stella dan Rey.

Rey membaringkan Stella, "Sayang tiduran sini dulu ya, aku mau bukain pintu!" Ucap Rey, lalu Rey membuka pintu. "Ada apa Lia?"

"Maaf  Mas Rey, mau ambil pampers buat gantiin Reyent, karena pampers-nya sudah penuh."

HE'S MY SON ✓ SELESAI [ END ] // SUDAH DI TERBITKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang