HE IS BACK AGAIN!

2.4K 56 0
                                    

Berlin, jerman.

Merisya sedang duduk bersila di hamparan rumput belakang kampusnya, semilir angin yang dapat membuatnya tenang dalam kondisi hati yang masih buruk.

Untuk kesekian kalinya Merisya menghembuskan nafasnya, "mer? " Merisya mendongakkan kepalanya dan menatap seseorang yang telah memanggilnya.

"Kenapa? Ada masalah"dengan cepat Merisya menggeleng, "bukan apa apa kok, gimana kuliah lu? Lancar? " pria tersebut mengangguk dan ikut duduk di samping Merisya.

"Ngapain lo ngikut duduk disini? Mau modus lu ya? " pria tersebut berdecak kesel, "kurang kerjaan gw modusin lo, tau gitu gw langsung angkut lo ke KUA" Merisya menggeleng gelengkan kepalanya, ia saja bingung bagaimana ia bisa memiliki teman yang aneh seperti Alzen.

"Ck! Jangan SOK deh lu, sokan mau bawa gw nikah, emang lu mau ngasih makan gw apa? Batu? Kuliah aja yang bener Zen! "Alzen mencubit dengan gemas pipi Merisya hingga membuat merisya meringis kesakitan, "sakin Zen! Lu mah gitu ih! " Alzen terkekeh saat melihat muka kesal Merisya.

"Iya deh maaf, gw nggak cubit cubit lagi, gw cubitnya nggak bakal pake tangan lagi deh, tapi... " Merisya menyipitkan matanya menunggu kelanjutan ucapan Alzen, "tapi apa?! "

Alzen memamerkan giginya, "tapi gw bakal cubit pake bibir gw" seketika Merisya bangkit, "pulang ah! Pulang... Udah nggak ada kelas lagi" Alzen mengejar Merisya dan mensejajarkan langkahnya dengan Merisya.

"Boleh kan Mer? " Merisya mengerutkan alisnya, "boleh apa? " Alzen tersenyum lebar dan memegang pundak Merisya, "boleh kan gw nyubit lu pake bibir? "

"Apa Zen?! Nggak denger gw, disini terlalu berisik! "Alzen menepuk jidatnya lalu menarik handset yang bertengker cantik di telinga Merisya, "lo bodoh, tolol, bego apa idiot sih?! Rasanya pengen gw tampol tu muka lugu lo yang setara dengan pantat bayi"

Merisya menepuk jidatnya, merebut handset yang berada di tangan Alzen, "kenapa nggak sekalian pantat panci aja Zen? Biar lu PUAS! " Merisya kembali melangkahkan kakinya untuk segera pulang menuju apartemen.

"Mau kemana lu? " Merisya menghela nafasnya, "mau pulang lah! "Alzen masih setia mengikuti merisya hingga ke gerbang univ, "ngapain lu ngikutin gw? Lu nggak ada kelas lagi? "Azlen menggeleng dan tetap mengikuti Merisya.

"Azlen, gw mau pulang, lu kalo mau pulang ya sana, pulang sendiri"bukannya pulang Alzen masih tetap mengikuti Merisya hingga menuju halte, "lu ngapain sih zen? Lu kan bawa mobil sendiri, Gw mau pulang"

"Lu cantik kalo lagi ngomel, apalagi ngomelnya cuman ke gw"tiba tiba kedua pipi Merisya memerah, "basi banget lu, udah gw pulang"Merisya segera masuk ke dalam bis yang telah berhenti di depan halte.

*****

Jakarta, indonesia.

"Queen? " Queen yang sedang Berada di dapur segera mendatangi sang suami yang baru saja pulang, "cepet banget pulangnya, ini baru jam 3 loh, kamu Ke kantor kan? "Ilham menarik sang istri dan mencium puncak kepalanya.

"Aku kangen sama kamu, tadi aku ke kantor kok, trus kebetulan banget ketemu papa dan beliau bilang untuk makan malam di rumah dia" Queen mengangguk dan mengambil alih tas Ilham, "kamu mandi, sholat asar trus kita pergi ke rumah papa"Ilham mengangguk dan segera naik menuju kamarnya untuk mandi.

Tak butuh waktu lama hingga Ilham kembali turun dengan pakaian santai dan Queen dengan celana dan kaos bewarna abu abu, "kita ke toko roti dulu baru ke rumah papa ya? "Ilham mengangguk dan pergi menuju rumah utama keluarga Windana menggunakan motornya.

20 menit mereka membelah jalanan jakarta dan sampai di depan Mansion yang terdengar samar samar suara ribut, "jawab papa fika! " Queen menatap suaminya dengan wajah cemas, Ilham mengerti dan segera menggandeng Queen untuk masuk ke dalam Mansion.

Queen melihat jelas sang kakak yang duduk di lantai sedang menangis, papa yang berdiri di depannya dengan mengepalkan tangan, mama yang duduk di atas sofa sedang menangis di pelukan Reno sang adik.

"Papa tanya sekali lagi fika, anak siapa yang kau kandung itu?! " Queen membelalakkan matanya tak percaya denga semuanya.

"Ma~ap pa" sang ayah mengerang frustasi, "papa sangat kecewa denganmu fika, bahkan Queen lebih baik di banding kamu, dia memang tak bisa di atur tapi dia masih memiliki harga diri! "Tangis Fika masih terdengar, sang ibu menghampiri Fika lalu menamparnya dengan sangat keras.

PLAK!

"Mama telah salah menjaga seseorang, dari dulu mama selalu memberi apa yang kamu inginkan dan ini balasanmu?! Minta pertanggung jawaban atau gugurkan kandunganmu?! "Mata Fika membelalak Saat mendengar ucapan sang ibu.

Queen menghampiri kedua orang tuanya dengan Ilham yang setia di belakangnya, "pa, tenangkan dirimu, nanti jantungmu kumat" sang ayah menurut dan kembali berusaha tidak emosi, "Reno, tolong bawa papa ke kamar, biar aku antar makanan papa ke kamar, urusan ini lebih baik di bicarakan nanti sampai semuanya tenang" Reno menuruti perintah sang kakak dan segera membantu yang ayah menuju kamar.

"Kak fika, kembalilah ke kamarmu dan mintalah kepada lelaki itu untuk bertanggung jawab"Fika bangkit dari lantai dan berjalan menuju kamarnya, Ilham menatap kagum kepada sang istri, ia merasa bahwa semakin ke sini, Queen semakin dewasa untuk mengatasi masalah.

"Dan~ ma, bantulah papa dan bicarakan dengan papa solusi terbaiknya berdua"setelah mengatakan itu, Queen segera berjalan menuju dapur namun ia berhenti dan menatap Ilham, "kamu ke kamar saja, makan malam hari ini sepertinya sedikit berbeda"Ilham mengangguk mengerti dan segera menuju kamar Queen.

Setelah semua mereda, mereka kembali berkumpul di ruang keluarga dengan masalah yang sama, "jadi, apakah pria tersebut mau menikahimu? " sang ayah membuka suara dan menunggu jawaban dari fika, "Ia mau bertanggung jawab, tapi~"

"Tapi apa?! " sang ayah mulai tersulut emosi, "papa coba tenangkan dirimu"Queen kembali mengingatkan sang ayah tentang penyakit jantung yang di derita sang ayah, "tapi, ia harus selesaikan dulu pekerjaannya di belanda"

"Berapa lama lagi? " sang ayah kembali bersuara, hanya fika, Queen dan papa yang berani bersuara saat ini, tak ada yang berani membuka suara sedikit pun, "sekitar 2 bulan lagi pa" sang ayah menatap tak percaya, apa kata orang saat melihat perut Fika buncit tanpa adanya suami?!

"Siapa nama pria itu kak? " Queen kembali membuka suaranya dengan wajah yang di buat sedatar mungkin, "namanya Reza Hendry Zuma" hanya dengan 3 kata dan itu berhasil membuat Queen dan Ilham kaget bukan kepala. "Re~za" tangan Queen memutih, suhu tubuhnya menuruh dan ilham menyadari ketakutan yang Queen rasakan.

"It's okay, berdoa semoga dia nggak ganggu kita, udah tenang"Ilham menarik sang istri kedalam pelukannya, berusaha menenangkan sang istri hingga suara dering telefon membuat ia melepaskan pelukannya.

"Aku angkat telefon dulu"Ilham menangguk dan Queen berjalan menjauhi keluarganya.

📲

"Hallo? Siapa ya? "

"Bagaimana kejutannya suka? Wahai calon adik iparku? "

"Apa maksud ini semua Reza?! "

"Tak ada maksud apa apa, aku hanya ingin selangkah lebih dekat denganmu saja sayang"

"Sudah cukup Reza! Setelah kau buat kakakku hamil kini kau ingin menghianatinya?! Bahkan akupun tak sudi memiliki hubungan dengan lelaki bajingan sepertimu"

"Ini hanya awalan, kita bahkan belum masuk kedalam permainan sesungguhnya sayangku"

"Hentikan omong kosongmu dan segera nikahi kakakku jika kau masih ingin melihat dunia Reza! "

"Tenang saja, besok aku akan kembali ke indonesia dan menikah dengan kakak tersayangmu itu, setelah itu bencana kecil untuk keluarga kecilmu itu akan di mulai"

TUT~ TUT~ TUT~

"Reza?! Reza?! "

bagus! Keadaan pernikahanku dan Ilham sedang terancam dengan menikahnya kakak dengan bajingan itu, aku harus bagaimana?!

"Queen? "Queen menoleh kebelakang dan mendapati sang suami telah berada di belakangnya, "Il, Ilham" Queen berusaha untuk setenang mungkin.

"Aku tau tadi itu dia, kamu harus tau kalau aku akan berusaha untuk menjagamu dari dia"Queen menumburkan diri ke pelukan Ilham hingga rasa cemas yang ia rasakan sedikit mereda.

TBC.

DIAMOND DEAD SQUAD (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang