ALL PERSONNEL

2.4K 58 1
                                    

Paris, Perancis.

Micho berjalan memasuki sebuah cafe dan segera duduk di hadapan Chena dan Erika.

"Sorry gw telat, Chen lo ngapa? Sakit ya? " bukannya menjawab Chena malah memberikan handphonennya dengan foto di dalamnya, "maksudnya apa Chen? " Micho men-zoom foto tersebut dan foto itu membuatnya terkejut.

"Tau nih cho, dari tadi ni anak senyum senyum sambil liatin pengisi acara kemaren itu loh" Chena mengambil kembali handphone tersebut dari tangan Micho, "nyesel kan lo? Salah siapa nggak dateng kemaren? Sumpah deh tu cowok ganteng banget, kalo nggak salah namanya Ra~ran-"

"Randi pratama"Micho mengutuk kebodohannya karena menyebut nama laki laki tersebut, "loh? Kok lu bisa tau si cho? Kan kemaren lo nggak dateng ke acara itu? " Chena menatap curiga ke arah Micho.

"Gw~ udah tau sih sebelumnya"Micho memamerkan deretan giginya agar tak terlihat grogi di depan temannya tersebut, "udah sih, kenapa malah bahas tu cowok sih?! Yuk kita belanja barang untuk peraktek besok" Erika menarik tangan Micho dan Chena untuk segera keluar dari Cafe tersebut.

Mereka melangkahkan kakinya menjauhi Cafe tersebut dan berjalan di trotoar yang lumayan padat oleh pejalan, "kalian ke toko itu ya, gw coba ke toko sebrang sana, kali aja ketemu barangnya" Erika dan Chena mengangguk dan segera masuk kedalam toko yang di tunjuk oleh Micho tadi.

"Kamu micho kan? "

Micho mematung di tempat, ia kenal suara itu bahkan ia sangat kenal, kenapa di saat ia ingin melupakan malah orang tersebut hadir? Dan bagaimana ia lupa jika mereka di negara yang sama?!

Orang tersebut memutar tubuh micho, hingga mereka berhadapan namun micho menundukkan wajahnya, "maaf bukannya anda yang mengisi seminar kemarin? "Micho menghembuskan nafas lega karena teman temannya datang di saat yang tepat.

Micho berusaha melepaskan diri lalu menarik Erika dan Chena untuk menjauh dari sana, "lo ngapa sih micho?! "Micho menempelkan jari telunjuknya di mulut Chena, Randi tersadar dan ia berlari untuk menyusul ketiga gadis tersebut.

"Dasar bloon lu, volume suara lu coba di kecilin dong! "Micho memutar kepalanya kebelakang dan menemukan Randi yang berlari ke arahnya, "gw duluan ya, gw lupa kalo ada urusan penting"Micho berlari menjauhi teman temannya dan segera menuju halte terdekat.

******

Jakarta, Indonesia.

kini Queen dan Ilham sedang dalam perjalanan menuju rumah utama Windana, Ilham sudah di perbolehkan pulang sejak kemarin dan keadaan fisik sedikit membaik.

"Assalamualaikum" Queen dan Ilham melangkahkan kakinya untuk masuk kedalam Mansion, "Waalaikumsalam, kebetulan nih, yuk kak di tunggu di ruang keluarga"Queen mengangguk dan segera mengikuti sang adik.

"Assalamualaikum pa"Queen mencium punggung tangan sang ayah begitu juga Ilham, "Waalaikumsalam, yuk duduk, kebetulan calon kakak kamu udah dateng"

DEG!

Queen mengeratkan genggaman tangannya, Ilham mengerti dan segera merangkul pinggang sang istri, "duduk dulu, nanti kamu kecapean sayang"Queen mengangguk dan duduk di samping sang suami dan bersebrangan dengan Reza.

Pembicaraan mengenai pernikahan sang kakak dan Reza telah usai, kini Ilham bersiap memberikan berita gembira, "pa, ma Ilham punya kabar baik"sang ayah mengerutkan alisnya begitupun dengan Reza, "apa itu ham? "

Ilham tersenyum hangat kepada sang istri lalu menarik nafasnya, "sebentar lagi kalian akan mendapat cucu" tatapan tak percaya kini mengarah ke Queen kecuali Reza yang telah mengeratkan rahangnya tak suka.

"Benarkah itu nak? Ya tuhan terima kasih"seruan senang memenuhi ruang keluarga, senyum merekah di wajah setiap orang begitupun ibu Queen, sang ibu memeluk Queen dengan sangat erat.

"Maafkan mama sayang, mama tau mama salah selama ini, tapi kini mama tau siapa yang perlu mama jaga dan yang tidak"Queen merasakan kehangatan di pelukan sang ibu, ia menangis bahagia dengan ucapan sang ibu.

Makasih sayang, kamu anugrah terbaik buat bunda, karena kamu hubungan bunda dan nenekmu membaik, bunda akan selalu jaga kamu sayang.

"Iya ma, Queen juga minta maaf untuk semuanya"mereka melepas pelukannya dan tersenyum hangat, mama nggak sabar buat nunggu cucu oma ini"sang ibu mengelus lembut perut Queen yang masih rata.

"Queen juga nggak sabar, apa lagi Queen penasaran sama jenis kelamin yang di kandung kak Fika"senyum sang ibu seketika luntur, hanya Fika yang menyadari perubahan itu perasaannya sedikit tersakiti.

*****

Moscow, Rusia.

"lagi masak apa nih? "Adinka terlonjak kaget lantaran pelukan dari belakang, "kakak ish! Bikin aku kaget aja" Axel terkekeh lalu mencium pipi kanan sang istri dengan gemas, "maaf deh, kamu lagi masak apa? "

Adinka memindahkan masakannya ke piring, "masak kesukaan kakak dong, udang pedes manis" Axel mengeratkan pelukannya hingga hawa hangat membuatnya sedikit tenang.

"Udah ah, lepas dong kak, gimana aku mau ke meja makan kalo di peluk mulu"Axel melepaskan pelukannya dan mengikuti sang istri menuju meja makan, Adinka mendudukkan dirinya di hadapan Axel hingga suara pesan masuk mengalihkan pikirannya.

Adinka membuka pesan tersebut dan membacanya dengan seksama hingga suara teriakan membuat Axel tersentak kaget, "Ya Ampun! " Axel yang telah kepalang panik segera menghampiri sang istri, "ada apa sayang? "

"Nggak apa apa kok, cuman dapet kabar dari Queen kalo dia hamil! "Axel hanya bisa menepuk jidat melihat kelakuan istri kecilnya tersebut, "udah dulu ya? Sekarang kita makan siang dulu, habis ini aku harus ke kantor terus kamu ada kuliah kan? "Axel mencoba mengambil handphone Adinka Namun terhenti lantaran Axel kalah cepat dengan Adinka.

"Yaudah, yuk makan "

*****

Berlin, Jerman.

Dering telefon memenuhi apartemen Merisya, sang pemilik handphone hanya bisa mengumpat sang penelfon yang mengganggunya tidur lantaran semalam ia harus begadang Untuk mengerjakan tugasnya yang harus di kirim melalui Email dengan batas waktu jam 12 malam tadi.

"Hallo! Merisya lo dimana? Lo nggak kuliah?! "

"Bacod amat sih lu! Gw patahin tulang leher lu, baru tau rasa"

"Wes, nyelo dong beb, gw kan cemas nyariin lo"

"Upil dugong! Entar gw tendang juga aset lu! "

"Jangan dong! Itu kan aset masa depan kita"

"Ya tuhan! Alzen, kalo ni hp belinya nggak pake duit, udah gw timpuk ke depan muka lo! "

"Ya sorry deh, jadi kuliah lo masuknya kapan? "

"Gw kuliah malem, soalnya dosennya ada urusan pagi ini sampe siang nanti"

"Ok, entar gw jemput lo ya? "

"Nggak perlu, gw udah di jemput sama temen satu jurusan gw"

"Ya udah deh, kalo ada apa apa bilang ke gw ya?! "

"Iya mbah dugong"

Panggilan pun di akhiri, Merisya bangkit dari kasurnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.

TBC.

DIAMOND DEAD SQUAD (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang