ROAD TO SISI MICHICO

2.6K 67 0
                                    

Queen POV.

Disini gw, berdiri di samping brankar rumah sakit, menatap wajah teduh ilham yang belum sadarkan diri sejak beberapa jam yang lalu.

Kini telah pukul 02.40 dan gw masih setia mandangin wajah itu, wajah yang selalu bikin gw merasa tenang, di sofa ada merisya sama pak iffat sedang tertidur, adinka sudah pulang sama micho karena dia pasti bakal di cariin sama keluarganya.

Gw berjalan menuju sofa single dan mencoba tidur disana, membaca doa  lalu menutup mata dan berharap ini semua hanya mimpi burukku.

*****

"Queen? "Gw mencoba membuka mata dan menyesuaikan cahaya di mata gw.

"Egh? "Gw melihat merisya telah berdiri di depan gw, tersenyum hangat dan gw balas dengan senyuman.

"Lo solat nggak? Kalo solat itu ada sejadah sama mukena punya gw, gw sama pak iffat mau pergi cari makan dulu untuk kita" gw mengangguk dan beranjak dari sana, mengambil wudhu dan melaksanakan solat subuh.

Ya allah, sembuhkanlah suami hamba, beri dia kesehatan, hamba mohon kepadamu ya allah, berilah hamba kekuatan untuk menghadapi semuanya.

Queen melipat kembali sejadah dan mukena tersebut, memasukkannya ke dalam lemari dan beranjak untuk mandi.

"Qu~een"gw menoleh ke asal suara, di atas brankar ada ilham yang telah membuka matanya, gw berlari mendekati brankar dan menangis haru.

Secepat itukah allah mendengar doaku?

"Mor~ning"suara gw bergetar, menatap tak percaya ke arah ilham, gw memencet tombol untuk memanggil dokter dan suster.

"Kamu, nggak, apa, apa kan? "Gw menggeleng, bagaimana bisa dia nanyain kabar gw sedangkan dia habis mempertaruhkan hidup mati dia demi gw?!

"I'm ok" dokter masuk bersama suster dan memeriksa keadaan ilham dengan begitu seksama.

"Syukurlah, pak ilham sedikit membaik, mungkin lusa beliau sudah boleh pulang ke rumah, namun tolong beri beliau makanan yang lembut terlebuh dahulu"gw mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada dokter muda tersebut.

"Kamu mau minum? "Ilham mengangguk, gw ambil segelas air dan membantunya untuk meminumnya.

"Terima kasih"gw mengangguk, dan duduk di atas brankar dengan posisi menghadap ke ilham.

"Masih sakit? "Ilham menggeleng dan tersenyum hangat kepadaku.

"Kamu tau siapa yang ngelakuin ini? Apa kamu udah lapor polisi? "Gw menangguk, menundukkan kepala dan mereplay kejadian tadi malam.

"Syakira pelakunya, dia dalang dari semuanya, mulai dari pelemparan batu sampai penembakan dimalam itu"ilham menggeleng tak percaya, merisya dan pak iffat kembali dengan sekantong makanan di tangan pak iffat dan sekantong snack untuk dia, sedangkan di tangan merisya ada nampan yang gw rasa dari rumah sakit. 

"Sudah bangun ham? Mau makan? Soalnya tadi suster nitip makanan ke kita jadi sekalian aja kita ambil"merisya nyodorin gw nampan yang berisi bubur dan makanan yang bikin gw ngerasa geli.

"Cepat sembuh ya ilham"pak iffat berjalan menuju sofa dan menaruh semua kantong di atas meja.

"Terima kasih pak"pak iffat tersenyum, gw yang nggak sengaja ngeliat senyumannya cuman bisa cengo, senyumannya itu loh bisa mengalihkan dunia yang lo punya.

"Jaga mata yang, suami lagi sakit di perhatiin bukan di cuekin"ya elah, baru juga mau menikmati nikmat yang haqiqi udah di buyarin, bingung sama bahasanya? Sama gw juga.

"Iya maaf, kata pak ustad kalo ada nikmat itu jangan di sia siain kan mubazir jadinya"ce ilah, udah bawa bawa ustad kayak pinter agama aja lu, gw nyegir aja gitu.

"Emang aku kurang? "Gw menggeleng tak terima, ilham itu udah lebih dari cukup.

"Enggak kok, tapi kalo ada yang lebih kan bisa di nikmatin dulu "gw nyegir sedangkan merisya hanya terkekeh mendengar ucapan gw.

"Dasar nakal"ilham menarik hidung gw, gw sontak merengut dong, enak aja gw nakal, nakalnya gw itu masih baik tauk.

Contohnya tu ya; balap, ngeclub, ngerokok, jahilin temen, bully adik kelas. Baik kan tuh? Iyain aja lah,IYA NGGAK?! awas aja sampe bilang nggak! Gw gorok kalian para readers.

Setelah selesai makan, gw segera membersihkan diri dan kembali duduk di samping ilham yang sedang fokus dengan handphonenya.

"Ini kedua kalinya kamu nyelamatin aku"gw menatap jauh ke luar jendela rumah sakit, membuang nafas lalu menatap ilham yang telah tak menggenggam handphone.

"Dua kali? Sebelumnya emang kapan? "Dih?! Pikun nih orang, masih muda udah pikun aja seh?!

"Pas kamu nyelamatin aku di kantor, kalo kamu nggak datang mungkin aku udah nggak ada disini, di samping kamu.

"Enggak apa apa kok, seorang suami wajar melindungi istrinya kan? "Gw tersenyum, dia mirip sama papa, sifatnya yang lembut ngebuat gw betah deket deket sama dia.

"Iya"

*****

Micho POV.

Hening, satu kata yang cocok untuk suasana sekarang, beberapa menit yang lalu randi nelfon gw untuk ketemu dicafe oliver deket sekolah gw.

"Ehem!... "Kenapa nih orang? Tenggorokannya gatel? Kebelet batuk apa gimana?

"Ada apa? "Udah bosen sama suasana hening, jadi langsung ke pointnya aja lah ya?

"Aku mau kita balikan cho"balikan? CLBK gitu ceritanya? Gw ngebuang nafas secara halus, sehalus bokong bayi.

"Alasannya? "Galau deh lo, gundah gulana mengelilingi cakrawala, ok abaikan saja.

"Cinta itu tak memiliki alasan cho, sekarang aku mau serius sama kamu"aihs! Jawabannya kok romans banget sih?! Jadi sayang... Maksudnya sayang untuk dilepaskan yak?!

"Maaf"randi menggernyitkan dahinya, menggenggam erat tangan gw yang udah panas dingin, berasa uji nyali sumpah deh!

"Untuk apa? "Gw menarik nafas dalam dan membuangnya lewat mulut, udah kayak emak emak mau ngelahirin.

"Maaf aku nggak bisa, setelah ini aku bakal ngelanjutin study di perancis, ngelanjutin jejak momy untuk jadi disainer"gw menarik tangan gw dari genggaman dia, dan tersenyum miris ke arah randi.

"Mungkin kita memang nggak berjodoh ran, maafkan aku yang terlalu lemah dengan kata LDR"randi mengusap puncak kepala gw, gw menatap sendu mata dia.

"It's ok, aku ngerti kok, aku bakal nunggu kamu sampe kamu pulang ke sini lagi"oh my god! Jadi baper gw nya.

"Sorry, lebih baik kamu lepasin aku aja, aku rasa menunggu aku itu butuh waktu yang sangat lama, jangan berharap ke aku ran, carilah perempuan lain tapi bukan aku"gw beranjak dari sana, mengambil tas dan berjalan menuju pintu keluar cafe.

Tepat saat itu juga, randi beranjak dan mencekal tangan gw, "gak ada yang lebih baik dari lo, cuman lo yang bisa bikin hati gw berdebar"tuhan, kenapa engkau mengirimkan lelaki sebaik randi, jika hanya untuk tersakiti.

Gw berbalik, menatap dalam mata randi, "tapi, di luar sana ada seseorang yang berdebar saat melihat kamu, tapi orang itu bukan aku"melepas cekalan tangan randi secara pelan dan tersenyum miris.

"Thanks untuk kenangan indah selama ini"gw berjalan mendekati mobil gw, masuk dan segera mengemudikannya menuju rumah sakit tempat ilham di rawat.

*****

Randi POV

Bagus ran! Bagus!

Ini kedua kalinya lo kehilangan micho, lo bego ran sumpah demi apapun lo orang terbego yang ngelepasin perempuan sebaik micho dulu.

Gw berjalan menuju mobil panther hitam gw yang terparkir persis di sebelah mobil micho, mobilnya nggak ada? Kemana dia?

Gw melajukan mobil gw menuju mansion keluarga windana di jalanan yang padat.

TBC

DIAMOND DEAD SQUAD (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang