Guanlin menatap Sena nanar. Tidak menyangka Sena akan jadi segila ini.
Guanlin mencondongkan tubuhnya ke arah Sena yang sedang duduk di depannya, lalu menarik botol yang ada di genggaman Sena.
"Udah, cukup-cukup! Satu botol masih kurang?!" seru Guanlin yang kewalahan menemani Sena.
Sena memukul-mukul lengan Guanlin yang masih berusaha merebut botol minumannya.
"Mabuk lo nanti!"
Sena mengibas-ibaskan tangannya. "Gue nggak peduli."
Guanlin hanya menghela napas pasrah. Selama besok hari libur, nggak masalah bagi Guanlin.
"Lin," panggil Sena yang sudah menyangga dagunya dengan salah satu tangannya.
Guanlin membenarkan posisi duduknya, menyandarkan tangannya di meja, dan mulai mendengarkan Sena.
"Hm?"
Tiba-tiba ponsel Sena berbunyi. Bahkan sudah sejak tadi. Puluhan telepon masuk ke ponsel Sena.
Sena menatap layar ponselnya, dan lagi-lagi mengabaikannya.
Begitu pula dengan Guanlin yang mendapat perintah dari Sena untuk tidak menjawab panggilan telepon, maupun pesan apapun dari Daniel.
Sena kembali mengalihkan perhatiannya ke Guanlin. "Lo tahu?"
"Apa?"
"Gue bahkan belum 2 hari resmi pacaran sama Daniel," ucap Sena sambil tersenyum miris.
Bahkan bukan seumur jagung lagi, seumur upil.
Guanlin mengambil gelas yang sejak tadi kosong di hadapannya, mengisinya dengan bir yang Sena pesan, dan ikut meminumnya.
"Gue yakin Daniel nggak bermaksud gitu. Dia ngomong gitu biar Hera mau minum obatnya."
Sena kembali tersenyum miris, lalu menghela napas berat.
"Gue tahu. Tapi sampai kapan?" tanya Sena sambil memandang ke luar jalanan melalui kaca di sampingnya.
Cafe Guanlin memang dipenuhi interior kaca. Meski nggak baik bagi atmosfer bumi, Guanlin mengakalinya dengan menanam banyak tumbuhan baik di dalam maupun luar cafenya.
Dan sejujurnya itu adalah ide Daniel. Mereka sudah kenal dan berteman sejak lama, kan.
Guanlin mengikuti arah pandangan Sena, dan berhenti di satu titik acak, sambil memikirkan sesuatu.
"Hera sakit sejak kecil, Sen. Dulu sempet kemoterapi, tapi nyokap nggak kuat lihatnya karena tubuh Hera makin kurus, rambutnya rontok, nggak bisa jalan, bahkan nggak ada temen yang mau main sama dia. Cuma gue, dan Daniel," jelas Guanlin sambil mengetuk-ngetukknya jarinya di meja.
"Akhirnya kita putusin untuk berhentiin kemoterapi, ganti pakai obat-obatan. Tapi ya gitu, nggak boleh nggak minum, harus rutin," sambung Guanlin, sedangkan Sena masih menyimak ceritanya.
"Dibanding gue, Daniel lebih andil dalam pengobatan Hera. Dulu waktu awal-awal, Hera bener-bener nggak mau minum obat sama sekali. Katanya nggak enak, sakit. Gue bujuk dia, tapi nggak pernah mau. Giliran Daniel yang bujuk, dia langsung minum. Sejak saat itu gue sadar, Hera sayang sama Daniel, lebih dari seorang kakak," lanjutnya dan menghadapkan wajahnya ke arah Sena.
"Gue paham perasaan lo, tapi gue juga bingung harus gimana," ucap Guanlin ikut merasa bersalah.
Hati Sena cukup sakit mendengar penjelasan Guanlin. Penyesalan menjalar di lubuk hati Sena. Kalau begini, Sena harusnya nggak perlu marah, dia nggak harus cemburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy | Kang Daniel [COMPLETED]
Fanfic🔞🔞🔞 Kang Daniel, senior tampan yang merupakan idola semua kaum hawa. Siapa yang tidak tahu Daniel? Tampan, putih, tinggi, gagah, berwibawa, namun sayangnya... Bad boy. Tidak pernah satu kalipun ia terlibat hubungan serius dengan seorang wanita. I...