01. The Beginning🍂

3.6K 337 23
                                    

Deruan langkah kaki yang tergesa terdengar jelas ketika seorang gadis baru saja memasuki gerbang sekolah di Senin pagi yang krodit ini. Diliriknya jam tangan yang telah menunjukkan pukul 07.30 pagi. Seharusnya gerbang sudah ditutup, tapi sungguh beruntung nasibnya hari ini.

"Telat?"

Gadis itu sontak menghentikan langkahnya dan menatap pemuda yang ada di depannya.

"Gerbangnya belum ditutup kok tadi," saut gadis itu.

Pemuda itu terkekeh, "Gerbangnya sengaja nggak ditutup, biar bisa ditangkep disini."

Si gadis mendecak sebal, ternyata dugaannya salah. Ia kurang beruntung pagi ini.

"Harusnya berangkat lebih pagi, hari Senin kan ada upacara bendera."

Gadis itu mendesis lalu melirik badge nama yang terjahit rapi di jaket OSIS lelaki itu. "Terus sekarang gue harus apa, Renjuna Sekala?"

Pemuda itu tersenyum tipis, "Panggil Renjun aja. Nama lo siapa?"

"Sharon."

"Lo taruh dulu tasnya di kelas terus baris di pojok utara lapangan sama anak-anak yang telat," suruh Renjun.

Dengan malas, Sharon pun mengikuti perintah Renjun untuk menaruh tasnya dan segera berbaris bersama anak-anak yang terlambat.

Upacara bendera berlangsung kurang lebih selama 30 menit. Rasanya seperti terpanggang matahari mengingat tak ada satupun pohon yang tumbuh di sekitar lapangan.

"Untuk siswa yang telat, silahkan berbaris di depan tiang bendera," ucap Pak Bambang, si guru BK.

Mau tidak mau, Sharon pun ikut berbaris di depan tiang bendera dan menampakkan wajahnya pada ratusan murid yang ada di depannya. Rasanya sungguh malu ditatap dari segala penjuru, ini pertama kalinya ia telat upacara.

"Baik, untuk siswa yang lain silahkan masuk ke kelas," tambah Pak Bambang.

Lapangan mulai sepi, hanya ada Pak Bambang dan anak-anak OSIS. Ya setidaknya Sharon bisa bernafas sedikit lega.

"Saya tidak akan buang-buang tenaga untuk memarahi kalian. Silahkan lari keliling lapangan 20 kali," ucap Pak Bambang. "OSIS, tolong awasi mereka."

Pak Bambang langsung pergi begitu saja setelah mengucapkan kata-kata itu. Dan sekarang, semua diambil alih oleh OSIS.

"Semuanya, lari keliling lapangan 20 kali. Cepat!!" ucap sang ketua OSIS, Jeno Barata.

Seluruh siswa yang kurang lebih berjumlah 15 orang itu langsung menuruti perintah sang ketos sambil sesekali mengumpat.

Sharon juga mengumpat dalam hati, tepatnya mengumpat pada diri sendiri karena menonton drama korea sampai larut dan akhirnya telat bangun.

Baru 3 putaran Sharon berlari, matanya tak sengaja bertemu dengan Renjun yang tengah berdiri di pinggir lapangan. Dilihatnya seulas senyum yang memberikan semangat untuk gadis itu.

Tunggu... semangat? Mereka bahkan baru bertemu tadi pagi.

Sharon mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ia tak ingin terlihat salah tingkah di depan lelaki itu.

Lima putaran telah dilalui Sharon dengan cukup sulit. Saat ini ia tengah berjalan karena sudah terlalu lelah untuk berlari. Ia memang tak terlalu suka dengan olahraga, terutama lari.

"Siapa nyuruh kalian jalan? Lari!!" bentak Jeno membuat semua siswa langsung berlari.

"Makanya kalo nggak mau dihukum, bangun lebih pagi!" omel Javiero Milan atau sebut saja Jaemin, si waka 1 OSIS dengan tangan terlipat di depan dada.

Dengan sisa tenaga yang dimiliki, Sharon menyelesaikan putaran kesepuluh. Masih ada sepuluh putaran lagi.


Brukk!!


Sharon tiba-tiba terjatuh karena tersandung kakinya sendiri, mungkin efek karena terlalu lelah.

Beberapa OSIS langsung menghampirinya yang terduduk di tengah lapangan dengan nafas tersengal.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya salah seorang gadis.

Sharon mendecih, "Lo nggak liat lutut gue berdarah?"

"Ayo ke UKS. Kamu bisa jalan?" tanya gadis yang lainya.

Sharon berusaha bangkit, tapi kakinya terlalu sakit untuk berdiri. Gadis itupun kehilangan keseimbangannya, hampir saja ia jatuh tengkurap jika tubuhnya tidak segera ditahan oleh seorang lelaki.

Bau vanila yang lembut menusuk indera penciuman Sharon ketika hidungnya tak sengaja bersentuhan dengan seragam lelaki itu.

Sharon mendongak, yang pertama kali ia lihat adalah wajah Renjun yang terlihat tenang. Renjun telah melepas jaketnya, ia terlihat dua kali lebih tampan tanpa jaket yang kebesaran di tubuhnya.

Sharon mencengkeram erat kedua lengan Renjun lalu mencoba untuk berdiri lagi.

"Lukanya parah. Sini gue gendong," ucap Renjun lalu berbalik memunggungi Sharon.

"Gue bisa jalan sendiri," ucap Sharon keras kepala.

Renjun menghela nafas lalu menarik paksa kedua tangan Sharon sampai melingkar diantara leher lelaki itu. Dengan terpaksa, Sharon hanya menurut dan tak banyak bergerak ketika Renjun sudah mulai berjalan.

Pintu UKS terbuka, Renjun segera mendudukkan Sharon di salah satu ranjang. Tak ada orang lain lagi selain mereka berdua. OSIS yang lain tak ada yang menemani Renjun karena mereka masih sibuk mengawasi siswa yang lain.

Renjun sedikit menunduk dan melihat luka di lutut Sharon. Setelah itu, ia bangkit dan mencari-cari obat merah. Jangan salah, Renjun ini dulunya anak PMR sebelum dia masuk ke OSIS.

Obat merah sudah ditangan dan kini Renjun tengah fokus mengobati luka Sharon.

"A-aduh," ringis Sharon.

Renjun mendongak, "Maaf, sakit ya?"

"Iyalah, makanya pelan-pelan!"

"Ini udah pelan-pelan," ujar Renjun sabar.

Sharon mendengus lalu lebih memilih diam dan memperhatikan lelaki yang sedang mengobati lukanya.

"Kenapa?" tanya Renjun.

"Hah?"

"Kenapa ngeliatin gue?" tanya Renjun tanpa mengalihkan pandangannya dari luka Sharon.

"Dih, siapa yang ngeliatin lo? Dasar kepedean."

Renjun terkekeh pelan, "Lo kelas apa?"

"12 IPA 1," jawab Sharon singkat.

"Oh, gue kelas 12 IPA 2."

Sharon memutar bola matanya, "Nggak nanya."

Renjun berdiri dan menaruh obat-obatan di tempatnya kembali. Sharon masih duduk di ranjang, memperhatikan punggung Renjun dari kejauhan.

"Lo mau disini dulu atau langsung ke kelas?" tanya Renjun menghampiri Sharon.

"Ke kelas, tapi gue bisa sendiri," jawab Sharon lalu turun dari ranjang secara perlahan.

Renjun hanya diam, membiarkan Sharon turun dan berjalan keluar sendirian.

"Terima kasih," ucap Renjun.

Sontak Sharon langsung berhenti dan menoleh ke belakang. "Sama-sama."

🍂🍂🍂










To be continued...

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang