Baru selangkah Sharon menginjakkan kaki di sekolahnya tiba-tiba sudah ada seseorang yang menghentikan langkahnya. Ia terpaksa berhenti dan menatap lelaki berjaket OSIS di hadapannya.
"Selamat pagi, hari ini OSIS mengadakan sidak. Tasnya bisa tolong dibuka?" pinta sang ketos.
Dengan malas, Sharon membuka resleting tasnya dan membiarkan lelaki itu mengobrak-abrik isinya.
"Ron, ini apa?" tanya Jeno sembari mengeluarkan sebuah benda dari tas Sharon.
Mati.
Rasanya Sharon ingin mati saja karena malu. Jeno mengeluarkan sebuah bra bermotif bunga dari dalam tasnya. Bagaimana bisa ia lupa mengecek tasnya sebelum berangkat sekolah tadi?
"Hng.. itu.."
Sementara siswa yang lain tak kuasa menahan tawa melihat benda aneh yang dipegang Jeno, yang paling terdengar adalah tawa Lucas yang kebetulan ada di sebelah Sharon.
"Terus, ini apa?" tanya Jeno lagi sembari mengeluarkan celana dalam dari tas gadis itu.
Sharon menghela napas berat lalu menunduk dalam-dalam. Rasanya ia ingin menangis karena saking malunya.
"Lo ngapain bawa kayak ginian ke sekolah?" tanya Jeno sembari memasukkan kembali benda-benda itu ke dalam tas Sharon.
"Itu kerjaan adik gue," jawab Sharon pelan, suaranya sedikit bergetar.
Jeno menghela napas lalu melirik tajam ke arah siswa lain yang masih tertawa.
"Hehe, awas itu matanya keluar," ucap Lucas cengengesan.
Pandangan Jeno beralih ke Sharon yang masih menunduk. "Sharon, 12 IPA satu ya?"
Sharon mengangguk lesu.
Jeno mencatat nama gadis itu di buku sakti yang dibawanya. "Sekarang lo baris di lapangan ya."
Sharon mengangguk pelan lalu berjalan dengan lemas menuju lapangan. Rasanya ia ingin enyah saja dari dunia ini. Maniknya tak sengaja bertemu dengan Renjun, lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum sekilas. Ia tak membalas senyum Renjun, tatapan sendunya menyorot ke bawah diiringi langkah kaki menuju lapangan.
Setelah kurang lebih 15 menit berbaris di lapangan bersama anak-anak yang melanggar, akhirnya para OSIS memasuki lapangan.
"Baik, selamat pagi semuanya. Saya tidak akan berbicara panjang lebar pada pagi hari ini. Silahkan lari keliling lapangan 25 kali," ucap sang ketos.
Semua siswa yang melanggar mulai berlari, menyisakan satu orang yang masih mematung disana.
"Kaki gue masih sakit, apa nggak ada keringanan?" tanya Sharon.
Terlihat Jeno tengah berdiskusi dengan jajarannya sebelum bersuara. "Lo kita kasi keringanan. Berdiri di tengah lapangan sampe yang lainnya selesai lari."
Tak tau Sharon harus senang atau bagaimana dengan hukuman ini.
"Oke," ucap Sharon lalu berjalan ke tengah lapangan.
Mentari pagi menyambut Sharon yang sedang berdiri di tengah lapangan. Kepalanya tertunduk ke bawah, berharap semuanya segera berakhir. Keringat bercucuran di seluruh tubuhnya, padahal baru 10 menit ia berdiri disana. Samar-samar Sharon melihat sepasang sepatu hitam yang berjalan mendekatinya.
"Natasha?"
Yang dipanggil hanya diam, enggan menampakkan wajahnya pada lelaki yang ada di depannya.
"Lo nggak apa-apa?"
Sharon hanya pasrah ketika lelaki itu mengangkat dagunya. Dilihatnya wajah Renjun yang terlihat sedikit khawatir tapi ditutupi dengan pembawaannya yang tenang.
"Muka lo keliatan pucet," ucap Renjun.
Sharon masih diam, menatap sayu lelaki yang ada di hadapannya. Memang kepalanya terasa sedikit pusing ketika Renjun mengangkat dagunya tadi.
Renjun sedikit mengguncang bahu Sharon karena gadis itu sedaritadi hanya diam. "Hei, lo kenapa?"
Saeron menggeleng pelan, entah kenapa pandangannya semakin lama semakin kabur. Semuanya terasa berputar, sampai kakinya melemas hingga tak dapat menopang tubuhnya lagi. Dan akhirnya ia menyerah pada kegelapan dan kesunyian.
...
Cahaya terang menusuk pengelihatan Sharon ketika ia membuka mata. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan tidak mendapati seorangpun yang menjaganya di UKS. Sendiri dan sepi.
"Renjun.." rintih Sharon entah kepada siapa.
Sharon mengambil posisi duduk, menahan rasa pusing yang secara tiba-tiba menyerang kepalanya.
"Udah bangun?"
Seulas senyuman terlihat di bibir pucat Sharon ketika mendengar suara lembut itu. Ia mengangkat dagu dan melihat Renjun yang sudah berdiri di sebelah ranjangnya.
"Maaf, tadi gue keluar sebentar beli air minum," ucap Renjun. "Ini diminum dulu."
Ragu-ragu Sharon mengambil botol air itu dari tangan Renjun. "Makasih."
"Gue kira lo nggak bisa bilang terima kasih," ledek Renjun.
Sharon terkekeh pelan, "Lo yang gendong gue kesini?"
Renjun mengangguk pelan, "Keadaan genting, jangan marah."
"Enggak kok," ucap Sharon kalem.
Renjun tersenyum lalu perlahan mengusap lembut kepala Sharon. "Udah nggak pusing lagi kan?"
Jantung Sharon rasanya berhenti berdetak, lelaki di hadapannya ini malah membuat kepalanya semakin pusing saja.
"Sharon!!" Teriakan Yiren mampu membuat Renjun dan Sharon menjadi salah tingkah.
"Oopps, salah masuk," ucap Yiren lalu menutup pintu.
Tak selang beberapa lama, terdengar suara teriakan Lucas bersamaan dengan pintu yang terbuka. "Yoo Sharon!! Are you okay?!"
Terlihat Yiren yang berusaha keras menahan tubuh bongsor Lucas agar tidak masuk ke dalam.
"Hey Yiren, what are you doing? Me cuma pengen liat keadaan my friend," ucap Lucas.
"Your friend is baik-baik saja," balas Yiren.
"Tapiㅡ"
"Diem lo, nggak liat mereka lagi pacaran?" bisik Yiren.
"Oh, I see hehe. Have fun bro," ucap Lucas yang sksd pada Renjun.
Renjun hanya tersenyum canggung menanggapi primata satu itu.
"Yang cowok tadi itu temen lo?" tanya Renjun.
"Bukan. Itu kingkong jadi-jadian."
🍂🍂🍂
Tbc...
Terima kasih sudah membaca yeorobun💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
FanfictionAku sudah mencoba dengan yang lain, tapi hatiku tak bisa membantah jika aku masih mencintaimu hingga saat ini. Let's check this out! ©mahasantidevi, 2019 Start : 1 November 2019 End : 13 Februari 2020