Tubuh Sharon semakin menegang ketika melihat Renjun yang berlarian di lorong rumah sakit. Apa lelaki itu akan marah kepadanya? Semoga saja tidak.
"Dimana Rania?" tanya Renjun dengan nafas terengah-engah.
"Di dalem," pelan Sharon.
Renjun masuk ke dalam diikuti Sharon dan Shakila. Lelaki itu terdiam melihat wajah pucat adiknya dengan tubuh yang terbujur kaku. Suasana ruangan mendadak hening karena tak ada seorang pun yang bersuara.
"Nggak mungkin.." lirih Renjun. "Nggak mungkin Rania pergi secepet ini."
Renjun menyentuh pipi dingin adiknya, "Bangun sayang.. Kakak disini."
Nihil, tak ada pergerakan apa-apa dari gadis kecil itu.
Akhirnya tangisan Renjun pecah, ia memeluk tubuh Rania erat-erat sambil terus menyerukan nama adiknya itu.
Sementara Sharon terisak di ambang pintu sembari memeluk Shakila.
"DASAR PEMBUNUH!" Sharon terkejut ketika Renjun meneriakinya.
"Lo sengaja mau bunuh adik gue?!" tajam Renjun.
Sharon terdiam, hatinya terasa sakit ketika Renjun menuduhnya seperti itu.
"JAWAB!"
Sharon menggeleng pelan, "Buat apa gue bunuh Rania?"
"Terus ini apa? Kenapa adik gue nggak bangun-bangun?" lirih Renjun.
"Maaf Renjun.."
"LO NGGAK PANTES DAPET MAAF DARI GUE, PEMBUNUH!"
"Gue bukan pembunuh," pelan Sharon.
"LO UDAH BUNUH ADIK GUE DAN LO NGGAK MAU NGAKU KALO LO PEMBUNUH?!"
"KAKAK BUKAN PEMBUNUH!" teriak Shakila.
"Heh, tau apa lo bocah? Atau jangan-jangan kalian bersekongkol buat bunuh adik gue?" tanya Renjun.
"Rania kepeleset terus jatuh ke kolam, Kak," jelas Shakila.
Renjun tertawa sarkas, ia tak lantas percaya dengan ucapan Shakila. "Haha, kalian lucu."
"Apanya yang lucu Renjun? Itu kenyataannya," ucap Sharon.
"Mending kalian pergi deh dari sini," usir Renjun.
"Tapiㅡ"
"PERGI! GUE NGGAK MAU LIAT MUKA KALIAN LAGI!" teriak Renjun. "Dan mulai saat ini, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi."
Dunia Sharon runtuh untuk kesekian kalinya, air mata tak henti-hentinya menetes di pipi gadis itu. "Tapi, lo udah janji nggak akan pernah berubah.."
"Cih, lo percaya sama janji gue? Goblok!"
Sharon menundukkan kepalanya dalam-dalam, hatinya terasa sakit sekali mendengar ucapan Renjun. Dalam sekali kedipan mata, sikap lelaki itu bahkan sudah berubah 180 derajat.
"Tunggu apalagi? CEPET PERGI!"
Dengan berat hati, Sharon bersama adiknya pun meninggalkan tempat itu karena tak ingin membuat Renjun bertambah marah.
🍂🍂🍂
Renjun hanya diam, diapit diantara orang-orang berbaju hitam. Tak pernah terbayangkan olehnya harus menyaksikan pemakaman adiknya seperti ini.
Hatinya terasa pedih, ia bahkan belum percaya jika sang adik sudah pergi. Lelaki itu terjatuh, duduk bersimpuh di hadapan makam Rania. Ia menahan tangis, membuat dadanya terasa sesak sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
أدب الهواةAku sudah mencoba dengan yang lain, tapi hatiku tak bisa membantah jika aku masih mencintaimu hingga saat ini. Let's check this out! ©mahasantidevi, 2019 Start : 1 November 2019 End : 13 Februari 2020