23. Bitter Teddy🍂

1.2K 154 8
                                    

Renjun menatap botol obat yang ada di atas meja, disebelahnya terdapat bingkai foto yang berisi foto dirinya beserta Sharon ketika pergi ke resort beberapa bulan yang lalu. Waktu berjalan begitu cepat, seperti hanya dalam satu kedipan mata, semua hancur begitu saja.

Tangan Renjun bergerak mengambil bingkai foto itu, jujur ia sangat rindu dengan gadis manis yang pernah mengisi kekosongan hatinya itu. Dikiranya mereka akan hidup bahagia sampai menikah, tapi ternyata itu semua hanya angan-angan saja.

"Itu kecelakaan, Renjun. Tolong, maafin gue.."

Suara Sharon terus-menerus terngiang di pikirannya dan ingatan tentang hari buruk itu lantas membuat dadanya terasa sesak.

Renjun mengambil ponselnya yang berdering di atas meja dan segera mengangkat panggilan dari Jeno.

"Halo?"

"Dimana lo?" tanya Jeno di telepon.

"Rumah."

"Temenin gue ke mall yuk?"

"Ngapain?"

"Cari kado buat Siyeon. Gue jemput deh," ucap Jeno.

"Ya."

"Oke, setengah jam lagi gue sampe."

Renjun mengangguk, padahal Jeno tentu saja tak dapat melihatnya. Kemudian lelaki itu bangkit dari tempat duduknya dan segera bersiap.




Jeno memang orangnya on time sekali. Tepat 30 menit setelah menelepon, lelaki itu sudah berdiri di depan rumah Renjun.

"Lo nggak sibuk kan?" tanya Jeno.

Renjun menggeleng, "Gue juga bosen di rumah sendirian."

"Yaudah, ayo," ucap Jeno kemudian masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu.

Selama di perjalanan, keduanya hanya diam. Jeno fokus dengan mengemudi, sementara Renjun fokus dengan pikirannya.

"Enaknya beliin apa ya, Njun?" tanya Jeno yang tak dapat respon apa-apa. Ia melirik Renjun yang sedang menatap kosong keluar jendela.

"Woi, jangan ngelamun!" Jeno meninju lengan sahabatnya itu.

"Enggak kok," pelan Renjun.

"Lo kenapa sih?" tanya Jeno.

"Nggak apa-apa."

Jeno mendecih, "Udah kayak cewek aja lo, jawabannya nggak apa-apa."

Renjun menghela nafas pelan, "Apa gue udah keterlaluan ya?"

"Maksud lo?"

"Gue nggak sadar sama apa yang gue lakuin selama ini," ucap Renjun. "Apa gue terlalu kasar sama Sharon?"

"Yang udah berlalu biarin aja. Mungkin udah saatnya lo memperbaiki hubungan lo sama dia."

"Tapiㅡ"

"Lo masih sayang sama dia kan?"

Renjun menundukkan kepalanya, "Nggak tau."

"Jangan biarin rasa benci lo ngambil alih semua rasa sayang lo ke dia. Gue tau kalo diem-diem lo sering kangen sama dia."

Renjun terdiam, lelaki itu hanya memperhatikan sepatunya yang nampak bersih karena baru saja habis dicuci.

Jeno menepuk pundak Renjun, "Gengsi nggak akan membuat keadaan membaik."

Renjun mengangguk pelan, ia sudah membulatkan tekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Sharon, hari ini juga.

Tak lama kemudian, mobil Jeno akhirnya sampai juga di tempat tujuan mereka, yaitu mall.




IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang