Sharon hanya menunduk ketika ia tak sengaja berpapasan dengan Renjun di lorong sekolah. Sejak kejadian malam itu, Sharon tak pernah mau menemui lelaki itu lagi. Sudah cukup, tak apa jika Renjun tidak mau memaafkannya.
"Heh, tumben nggak minta maaf," ucap Renjun.
Sharon berhenti sejenak kemudian kembali melanjutkan jalannya tanpa menoleh pada Renjun.
"Sharon!" Gadis itu berhenti ketika ada seseorang yang menyerukan namanya. Ia menoleh ke belakang dan melihat Haechan tengah berlari kecil ke arahnya.
"Baru dateng?" tanya Sharon.
Haechan mengangguk dengan nafas yang terengah-engah. "Untung gerbangnya belum ditutup."
"Lo sih kebiasaan tidur kayak kebo."
"Gimana hubungan lo sama Renjun? Udah baik?" tanya Haechan. "Barusan gue papasan sama dia."
Sharon menghela nafas kemudian menggeleng pelan.
"Gue nggak nyangka si Renjun bisa sejahat itu."
"Wajar kok dia bersikap kayak gitu ke gue."
"Tapi tetep aja, itu kan kecelakaan, Ron."
Sharon tersenyum tipis, "Udah ah, sana taruh tas dulu. Ntar upacaranya keburu mulai."
Haechan mengangguk kemudian beranjak dari sana.
Sharon menghampiri Yiren yang sudah berbaris di lapangan. Hari ini adalah Senin, dan sekolah pun mengadakan upacara bendera pagi ini.
"Hei." Sharon menepuk pundak Yiren.
"Ya ampun, gue kira siapa," ucap Yiren.
Sharon hanya terkekeh kemudian mengambil posisi berbaris di belakang sahabatnya itu.
"Ron, hari ini gantian lo yang baris di depan ya? Panas banget," ucap Yiren.
"Yaudah deh," ucap Sharon kemudian bertukar posisi dengan Yiren.
Tak lama kemudian, upacara pun dimulai. Sial sekali, hari ini Renjun yang menjadi pemimpin upacara dan lebih sialnya lagi Sharon berbaris di barisan paling depan, mau tak mau ia harus bertatap muka dengan Renjun.
"Bangsyatt," umpat Sharon dalam hati.
Sedari tadi Sharon hanya menunduk, sesekali ia melirik Renjun yang berdiri tegap di tengah lapangan. Ia hanya bisa berdoa agar upacara bendera ini segera selesai.
Keringat dingin membasahi tubuh Sharon, selain cuaca panas, hatinya juga ikut panas hanya dengan melihat wajah Renjun.
Akhirnya gadis itu menyerah, ia keluar dari barisan dan duduk di pinggir lapangan.
"Kakak nggak apa-apa?" tanya salah satu anak PMR.
"Cuma sedikit pusing," balas Sharon.
"Minum dulu, Kak."
Sharon mengambil sebotol air pemberian gadis itu kemudian meneguknya sampai habis.
Sharon merasa lebih baik setelah meminum sebotol air, ia masih duduk di pinggir lapangan yang teduh sembari memperhatikan upacara bendera sampai selesai. Lebih baik daripada harus berpanas-panasan di lapangan.
Beberapa detik setelah upacara selesai, Sharon hendak kembali ke kelas, tapi pergerakannya itu terhenti ketika melihat Renjun berjalan menghampirinya sembari melepas peci hitam yang ada di kepalanya.
Renjun langsung duduk di sebelah Sharon dan meletakkan kepalanya di pangkuan gadis itu.
Sharon nampak kebingungan, ia hanya menatap wajah pucat Renjun yang sudah banjir keringat. Mata lelaki itupun terpejam dengan nafas yang terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable
FanficAku sudah mencoba dengan yang lain, tapi hatiku tak bisa membantah jika aku masih mencintaimu hingga saat ini. Let's check this out! ©mahasantidevi, 2019 Start : 1 November 2019 End : 13 Februari 2020